[1] With You, I'm Drunk In The Back Of The Car

14.8K 2.9K 170
                                    

Kedua matanya sudah terasa berat, pandangan yang buram dan tidak bisa fokus. Bahkan lautan manusia di sekitarnya pun terlihat bagaikan lidi yang bergerak lincah. Sialnya lagi, kepalanya terasa sangat sakit seolah ia baru saja tersandung dan jatuh menghantam lantai. Suara musik menambah sakit kepala yang kini ia rasakan. Namun, mau bagaimana lagi? Tidak mungkin ia marah-marah dan meminta seseorang mematikan musik sialan yang membuatnya emosi.

Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menggerutu lantaran hidungnya sulit bernapas. Bukan hanya hidungnya yang bermasalah, kedua matanya pun terasa sangat perih. Kedua tangan yang ada di atas meja bar tak sengaja menyenggol gelas kaca kecil. Ah, benar juga, ia sejak tadi sedang menikmati minuman beralkohol seorang diri.

Jari telunjuk yang mengacung ke arah botol-botol di atas meja mulai berhitung. "Satu..... dua.... tiga..."

Tak berselang lama, tangan kanan yang mengacungkan jari telunjuk terjatuh ke atas meja, mengenai ponsel yang sejak tadi tergelatak begitu saja. Lantas ia raih ponsel miliknya dan dari layar ponsel terlihat foto mesra sepasang kekasih melalui feed Instagram. Ia mengenal si cowok. Atau bisa dibilang sangat mengenal?

"Sialan, bisa-bisanya gue galauin mantan sialan yang mutusin gue dengan alasan mau fokus kuliah, tapi sekarang malah jadian sama cewek lain," tuturnya seraya tersenyum miris.

Merasa sudah puas menikmati kebisingan kelab malam, ia pun memutuskan beranjak dari sana. Keluar dari kelab malam dengan langkah sempoyongan. Bahkan sesekali harus berpegangan pada dinding. Sebab, bumi yang ia pijak terasa berputar-putar. Ia memaksakan diri untuk tersenyum ketika melewati penjaga kelab malam yang berdiri di depan pintu masuk. Tidak lupa tersenyum ramah kepada penjaga kelab.

Sejenak gadis yang mengenakan dress hitam cukup seksi dengan rambut tergerai itu bersandar pada dinding depan kelab malam. Sekadar mengumpulkan tenaga untuk sampai ke mobilnya yang berada di tempat parkir.

"Saya di depan kelab malem. Saya nggak bisa masuk. Nggak boleh sama penjaganya. Karena saya anak di bawah umur. Aneh, tapi kok kamu boleh masuk, ya? Kamu di mana? Bisa ke sini? Saya bingung harus apa. Saya nggak bawa kendaraan ikutin kata kamu."

Samar-samar ia mendengar seseorang berbicara. Penasaran, ia pun menoleh ke samping dan menemukan cowok asing berdiri tak jauh darinya. Cowok itu juga sedang bersandar dan ponsel menempel pada telinganya. Cowok itu mengenakan kemeja biru muda yang tidak dikancing dengan dalaman kaus putih, celana abu-abu, dan wajahnya terhalang topi yang ia kenakan.

Dirasa dirinya sudah jauh lebih baik, gadis itu pun kembali melangkahkan kakinya sempoyongan. Melewati cowok itu tanpa menoleh dan si cowok pun sibuk teleponan, tidak acuh dengan gadis itu.

Keinginan gadis itu untuk segera sampai rumah supaya bisa merebahkan tubuh yang lelah sepertinya tidak akan dengan mudah terkabulkan. Jangankan sampai rumah, sampai ke mobilnya pun ia kesulitan karena tiba-tiba saja, dirinya yang sudah sedikit lagi sampai ke tempat parkiran bertemu dengan tiga cowok asing. Ketiga cowok itu tertawa melihatnya yang berjalan sempoyongan seorang diri. Ketika gadis itu berusaha menyingkir memberikan jalan seluas mungkin untuk mereka, mereka justru mengikutinya.

"Mau ke mana, Kak? Mau dianter nggak, Kak?"

"Mending kita anter aja, Kak."

"Dijamin nggak nyesel."

Tawaran serta suara tertawa mereka terdengar menyebalkan di telinga gadis itu. Bukannya ia takut kepada ketiga cowok brengsek di hadapannya ini, tetapi ia yang sedang mabuk merasa enggan meladeni hal yang tidak penting. Maka jalan keluar yang ia pilih hanya diam, tidak memberi respons.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang