[17] Cause You're So Gorgeous It Actually Hurt

8K 2.3K 1.8K
                                    

Sun Screen dan sunblock adalah dua pelindung penting untuk kulit tubuh dan wajah di tengah teriknya matahari yang seolah-olah hanya berjarak sepulu centimeter dari atas kepala. Namun, kebanyakan warga Indonesia juga memakai pelindung lain seperti jaket, topi atau pakaian panjang yang menutupi tubuh.

Tidak terkecuali Zahera. Gadis yang kini sedang berdiri di halte busway itu mengunakan tiga pelindung andalannya, sun screen, sunblock dan sweater rajut panjang yang bisa menyembunyikan kedua tangan. Dan biasanya di cuaca panas seperti ini Zahera akan mengikat rambutnya. Terkecuali hari ini, dimana ia meriap rambutnya dan sering sekali menyisir dengan jari tangan demi menjaga kerapian rambut.

Sejak tadi Zahera yang dua menit sekali menyisir rambutnya itu menoleh kiri-kanan, memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Alasannya hanya satu. Mencari sosok yang ia dambakan.

Kemudian, tiba-tiba saja terasa getaran yang berasal dari kantong rok abu-abunya. Lantas ia pun merogoh kantong rok abu-abunya, menatap layar ponsel, dan menempelkan ponsel ke telinga setelah menerima panggilan.

"Apa?" tanya Zahera, merasa terganggu. Ia tak kunjung lelah mengintai sekitar demi mencari satu orang.

"Lo dimana, nyet?"

"Di halte depan."

"Ngapain?"

"Nunggu busway lah, mau pulang."

"Anjir, bego lo, ya? Terus ini gimana mobil lo? Sumpah sih gue nggak paham sama konsep otak lo. Lo bawa mobil ke sekolah, tapi sekarang lo mau pulang naik busway."

"Ssssstttt!" Zahera terusik mendengar omelan Renata, sahabat baiknya. "Hari ini hari jum'at."

"Iya, gue tau, terus kenapa?" sewot Renata.

"Setiap jum'at Kiel pulang naik busway."

Terdengar helaan napas berat dari dalam ponsel. "Jadi, alasan bego lo yang ninggalin mobil di sekolah dan kuncinya lo titipin ke gue karena Kiel pulang naik busway setiap jum'at, terus lo mau pulang naik busway juga biar bisa bareng sama Kiel?" tanya Renata dengan nada penuh penekanan. Terdengar jelas usahanya untuk menahan emosi.

"Benar sekali!" sahut Zahera tanpa dosa.

"Terus mobil lo yang masih di sekolah dan kuncinya yang ada di gue ini mau diapain? Mau lo tinggalin?" Renata memelankan suaranya, berusaha lembut. Bukan karena menerima kebodohan Zahera, melainkan menahan diri untuk tidak memaki dengan bahasa kasar no sensor.

"Lo bawa aja mobil gue ke rumah."

Sayangnya kesabaran Renata yang setipis tissue dibagi dua puluh pun sirna. "Heh, nyet, gue bawa mobil juga! Lo mau mobil lo gue derek di belakang mobil gue, hah?"

"Ya udah lo kasih aja ke Tama. Suruh dia yang bawa atau siapa kek yang bisa bawa tuh mobil. Tolong taro mobil gue di rumah karena gue mau naik busway biar bisa berduaan sama Kiel!" riang Zahera.

Tanpa tahu bahwa di tempat lain, Renata sedang meremas botol minum dan membuat murid di sekitarnya menatap ngeri. "Bucin gila! Bisa-bisanya lo ninggalin mobil BMW demi cowok!"

"Bisa! Apa sih yang nggak bisa buat Kiel?" sahut Zahera dengan ngeyel.

"Kenapa nggak ajakin aja Kiel pulang bareng lo naik mobil? Kenapa harus susah-susah ikutan naik busway dan ninggalin mobil lo? Punya otak nggak lo buat mikir?" maki Renata.

"Ren, listen to me! Justru karena gue punya otak makanya gue nggak ngajak Kiel pulang bareng naik mobil dan milih naik busway."

"Hah? Nggak paham gue maksud lo!" sungut Renata, tetap emosi.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang