[8] Make Me Wanna Know That Body Like It's Mine

9.2K 2.4K 528
                                    

Ketika Zahera menghampiri cowok itu dan bahkan menunjukkan kedekatan mereka berdua, seluruh kelas langsung gaduh. Mereka bingung, juga penasaran tentang bagaimana Zahera bisa mengenal cowok itu. Risi menjadi pusat perhatian dan pemeran utama dalam pembicaraan, cowok itu pun mengajak Zahera untuk berbicara di luar kelas saja. Zahera menyetujuinya. Renata dan Nirail memutuskan memberikan waktu kedua orang yang kembali dipertemukan itu untuk berbicara dengan leluasa, meninggalkan Zahera bersama cowok itu dan menuju ke kantin duluan.

Di sini lah Zahera saat ini, di depan balkon kelas, saling berdiri berhadapan. Cowok itu belum memulai pembicaraan, fokusnya masih terbagi dengan sering sekali melirik ke arah kaca jendela kelas karena teman kelasnya mengintip dari sana.

"Hai! Lo masih inget sama gue?" Maka Zahera pun yang berinisiatif mengajak berbicara terlebih dulu.

Cowok itu membiarkan teman-temannya mengintip dari jendela, lalu beralih menatap Zahera. "Kakak yang waktu itu mabuk."

"Syukur deh ternyata lo masih inget gue," kata Zahera, tersenyum lebar.

Cowok itu mengamati Zahera dari bawah sampai ujung kepala. "Ternyata Kakak sekolah di Brawijaya."

"Gue emang sekolah di Brawijaya. Kelas 12-5." Zahera menunjukkan lima jarinya. "Tadinya gue mau kasih lo kejutan kalau gue juga sekolah di Brawijaya, tapi gue nggak tau nama lo dan nggak tau lo kelas berapa. Selama seminggu gue terus mencari lo."

"Kakak, mencari saya?" Cowok itu sedikit terkejut mendengar pernyataan Zahera.

"Iya, gue terus mencari lo. Di kantin, di parkiran, dan di setiap ekskul. Kenapa lo susah banget buat ditemuin?" Zahera sedikit memiringkan kepala, menatap lekat cowok itu.

"Saya nggak ke kantin."

"Kenapa?"

"Saya biasanya beli jajan pagi dan disimpan buat istirahat."

"Terus kenapa gue nggak pernah liat lo di parkiran?"

"Biasanya saya nggak langsung pulang. Saya biasanya kerjain PR dulu di kelas atau mengulang materi dari guru."

Zahera bergumam, melirik papan kayu di dekat ventilasi pintu kelas. Tidak heran jika cowok itu rajin belajar, kelasnya saja kelas 10-1. Di Brawijaya, kelas yang belakangnya angka satu merupakan kelas khusus murid-murid pintar dan memiliki nilai tinggi sewaktu ujian masuk sekolah.

Zahera kembali menatap penuh cowok di depannya. "Lo ikut ekskul apa?"

"Sepak bola."

Raut wajah Zahera berubah terkejut dan antusias. "Kemaren gue juga pergi ke lapangan sepak bola! Tapi gue nggak liat lo ada di sana." Ia menunjuk cowok itu.

"Oh, kemaren saya sakit jadi ijin nggak ikut ekskul."

"Sekarang masih sakit?" Zahera mengulurkan tangan ke depan, telapak tangannya menyentuh kening cowok itu. "Nggak demam."

"Sekarang saya udah baik-baik aja," ujar cowok itu, tidak komplain perihal Zahera yang tiba-tiba menyentuhnya dan bersikap biasa saja.

Namun, yang bersikap tidak biasa justru teman-teman cowok itu. Tiba-tiba saja terdengar suara gaduh dari dalam kelas. Para penonton di balik jendela itu terkejut dan histeris ketika melihat Zahera menempelkan telapak tangannya di kening cowok itu. Seolah-olah mereka sedang menonton bioskop dan sampai lah di adegan romantis antara dua tokoh utama.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang