[42] I Once Was Poison Ivy, But Now I'm Your Daisy

7.3K 2.4K 6.2K
                                    

Dulu rumah ini ramai dan hangat. Namun semuanya berubah sejak kedua orang tuanya meninggal dunia, meninggalkan Zyakiel dan Syakia yang saat itu masih terlalu kecil.

Posisi Zyakiel sebagai anak sulung membuatnya tidak bisa terlalu lama larut dalam kesedihan. Bahkan meskipun kala itu ia masih terlalu muda, Zyakiel sudah bersikap dewasa menggantikan kedua orang tuanya. Memberikan segala hal keperluan Syakia. Begitu besar pula usaha Zyakiel untuk mengembalikan senyum Syakia. Dan perjuangannya terbayar ketika perlahan Syakia bisa kembali menjalani hidupnya seperti biasa dan banyak tersenyum.

Tentu saja ada kalanya Zyakiel melihat Syakia bersedih merindukan kedua orang tua mereka. Zyakiel pun tidak bisa menepis rasa rindu yang terkadang singgah di hatinya. Bedanya, ketika rasa rindu menghampirinya, Zyakiel akan berusaha mengubur perasaan tersebut dalam-dalam. Sedangkan ketika ia melihat rindu menyerang Syakia, Zyakiel akan berusaha menghibur adik perempuannya itu.

"Gimana main sama Kak Nala nya? Seru?" Selagi memasak nasi goreng sesuai permintaan Syakia, Zyakiel sesekali menoleh ke belakang untuk menatap Syakia yang menantinya di meja makan.

"Seru, Mas! Kita bikin keramik dari tanah liat. Kita juga beli bunga. Mas Kiel juga dibeliin sama Kak Nala bunga, kan?"

Zyakiel terkekeh pelan. Benar, ia mendapatkan buket bunga yang cantik dari Zahera melalui Syakia. Dan mendapatkan buket bunga dari Zahera membuat perasaan Zyakiel senang bukan main. Zyakiel merasa selalu diingat kapan pun oleh Zahera.

"Bunganya cantik," puji Zyakiel.

"Kak Nala milih bunganya lama banget! Sampai tiga puluh menit. Kata Kak Nala, dia mau kasih bunga paling cantik buat Mas Kiel!" Syakia begitu menggebu-gebu menceritakan kebersamaannya dengan Zahera tadi pagi sampai sore.

"Terus kalian ngapain lagi?"

"Terus kita juga jahit sapu tangan. Mas Kiel dapet hasil jahitnya Kak Nala, kan? Aku juga dapet!"

Selain bunga, Zyakiel juga mendapat sapu tangan bergambar kelinci dan ukiran namanya. Sapu tangan yang mulai saat ini akan ia anggap sebagai harta paling berharga.

"Kak Nala juga nyanyi di kafe. Suara Kak Nala bagus banget!"

Zyakiel mendapatkan rekaman video ketika Zahera bernyanyi di kafe. Benar kata Syakia, suara Zahera sangat bagus dan indah. Suara terindah yang selalu Zyakiel nantikan untuk memanggil namanya.

"Kita juga main sepatu roda, Mas!"

"Kamu bisa main sepatu roda?" tanya Zyakiel. Ia meletakkan dua piring berisi nasi goreng di atas meja. Satu untuknya dan satu lagi untuk Syakia. Kemudian ia duduk di samping Syakia.

"Awalnya aku nggak bisa. Tapi Kak Nala ajarin aku dan bantuin aku jalan pakai sepatu roda."

"Seru?"

"Banget!" Syakia tertawa bahagia.

Zyakiel tersenyum sembari menopang dagu memperhatikan Syakia.

"Kita juga main balapan mobil. Kak Nala jago banget! Kak Nala bisa apa aja. Keren banget! Atau ada yang nggak bisa dilakuin sama Kak Nala?" Di mata Syakia, sosok Zahera begitu sempurna. Sosok yang tanpa sadar ia jadikan sebagai inspirasi. Dan Syakia sangat menyukai Zahera, bahkan sangat menyayanginya.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang