[13] And You Should Think About The Consequence

8.4K 2.3K 503
                                    

Rubyiana tidak pernah bosan menjadi murid yang selalu datang paling awal ke sekolah. Ia juga tidak takut ketika masuk ke dalam kelas dan menemukan bangku-bangku kosong, lampu yang redup, dan suasana hening. Justru ketenangan ini menjadi kesukaannya, yang selalu ia dambakan. Dengan riang gembira ia memasuki kelas yang sepi. Menuju tempatnya, menaruh tas, lalu duduk.

Biasanya untuk membunuh rasa bosan, ia akan menghapus bekas tulisan di papan tulis. Namun, kali ini papan tulis dalam keadaan bersih. Lantas Rubyiana mengeluarkan komik dari dalam tasnya, mulai membaca komik dari halaman terakhir yang ia buka.

Tidak berselang lama tenggelam pada keheningan, suara decitan pintu yang didorong ke dalam membuat Rubyiana refleks menoleh ke sumber suara. Tidak perlu lama-lama menatap ke arah murid yang baru hadir, ia sudah kembali menatap halaman komik.

Suara langkah kaki di tengah keheningan terdengar sangat jelas. Langkah yang semakin mendekatinya. Kemudian, berganti dengan suara gesekan bangku yang ditarik mundur ke belakang.

Di balik komik yang terbuka, Rubyiana sedang mengatur pernapasannya. Setelah itu ia berlatih tersenyum. Dirasa semuanya sudah sempurna, Rubyiana menurunkan komik dari depan wajahnya dan menoleh ke samping.

"Pagi, Kiel!" sapanya pada murid rajin selain dirinya yang selalu datang pagi, cowok yang duduk di baris kedua setelah barisnya dan sejajar menyamping dengan bangkunya.

Zyakiel yang sudah duduk dan sedang sibuk merogoh isi dalam tas, mengangkat kepala untuk menoleh. "Iya, pagi juga..... Ru...ya?" Ia memiringkan kepalanya, bingung apakah ia benar menyebut nama teman kelasnya atau tidak.

Rubyiana tertawa. "Ruby, Kiel," ujarnya membenarkan.

"Ah, Ruby. Maaf." Zyakiel tersenyum canggung, merasa bersalah.

"Lo udah ngerjain pr?" tanya Ruby.

"Pr Bahasa Inggris? Udah." Zyakiel melirik ke arah komik yang sedang dipegang oleh Rubyiana. "Oh, lagi baca Jujutsu keluaran terbaru?" tanyanya, tertarik dengan komik yang dibaca Rubyiana. Kebetulan ia juga menyukai komik.

Rubyiana melihat sampul depan komik miliknya. "Iya. Lo udah baca?"

Zyakiel terkekeh sembari menggaruk pipinya. "Belum."

"Lo mau minjem punya gue?" Dengan cepat Rubyiana menawarkan, bahkan sudah menyodorkan komik kepada Zyakiel.

"Saya udah beli. Cuma emang belum sempat baca aja," katanya, tersenyum.

Rubyiana bangkit dari duduknya, berdiri di samping meja Zyakiel. "Mau gue spoiler?" ledeknya.

"Jangan! Nanti jadi nggak seru!" protes Zyakiel.

"Jadi.... Yuji...."

"Eh, eh, eh, spoiler itu tindak kejahatan yang fatal, loh!" kata Zyakiel panik.

Rubyiana tertawa mendengar alibi Zyakiel.

Rubyiana memang murid rajin yang selalu datang ke sekolah pagi-pagi. Namun, ada alasan lain yang membuat Rubyiana selalu berusaha berangkat pagi. Karena ia tahu bahwa Zyakiel juga murid rajin yang selalu datang pagi.

Zyakiel berdiri. "Saya mau ke kantin dulu," ujarnya, sekadar memberitahu.

"Gue juga mau beli minum di kantin. Bareng aja," tutur Rubyiana.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang