[6] Lead To Where I Can't Stop Go There Every Night

Start from the beginning
                                    

Zahera mengangkat kedua bahu sembari tersenyum. "Just friend," jawabnya.

~to my first love~

"Ini mau samperin satu persatu anak ekskul?" tanya Renata.

"Iya. Gue penasaran sama tuh cowok," jawab Zahera.

Pencarian Zahera mengenai sosok cowok yang menolongnya belum berakhir. Hari ini ia mengikuti saran dari Malviro, mencari cowok itu ketika sedang kegiatan ekstrakurikuler. Mengambil waktu ketika istirahat dari kegiatan ekstrakurikuler cheerleader, Zahera mengajak Renata dan Nirail ikut dengannya. Kebetulan dua teman Zahera itu juga anggota cheerleader.

"Hai!" Zahera yang mengenakan seragam cheerleader melambaikan tangan sembari tersenyum ketika berdiri di depan ruangan ekstrakurikuler mading.

Murid-murid yang ada di dalam ruangan langsung berhamburan keluar ruangan menghampiri Zahera, mengobrol ringan dengan primadona Brawijaya itu.

"Permisi, kita harus pergi dulu." Nirail menarik Zahera sembari tersenyum terpaksa. Jika Zahera tidak dibawa pergi, entah sampai kapan anak-anak mading terus mengajak Zahera mengobrol.

Mereka bertiga kembali melangkah menuju tempat berlangsungnya ekstrakurikuler lain.

"Lo basa-basinya nggak usah lama-lama, nanti keburu waktu istirahat kita abis," nasihat Nirail.

"Sorry, gue keasikan. Kalian berdua tolong tarik gue aja ya kalau gue lupa kayak tadi." Zahera tersenyum merayu, menatap ke kedua temannya.

"Sekarang mau ke ekskul mana lagi?" tanya Renata, entah kenapa ia jadi bersemangat menghampiri setiap anak-anak ekstrakurikuler.

"PMR," jawab Zahera.

Mereka pun menuju ruang PMR. Kemudian, berkeliling ke seluruh bagian sekolah, mengunjungi setiap kegiatan ekstrakurikuler yang sedang berlangsung. Tidak lupa Zahera berbasa-basi dengan mereka, lalu Nirail dan Renata akan menariknya ketika dirasa sudah memakan banyak waktu.

Dan kunjungan mereka selanjutnya adalah lapangan sepak bola di bagian belakang sekolah. Mereka tidak masuk ke wilayah lapangan, hanya berdiri di depan pagar besi yang sangat tinggi. Memperhatikan murid-murid ekstrakurikuler sepak bola sedang berlatih. Ada sebagian yang duduk di pinggir lapangan.

"Gimana kalau kita masuk ke dalam aja?" ajak Renata, semangat.

"Bilang aja lo mau ketemu mantan selingkuhan lo," sindir Nirail, menatap tajam Renata.

"Oh, si kapten. Noh kapten, mantan selingkuhan lo keliatan keren kalau lagi main bola." Zahera menunjuk ke arah lapangan dengan tangan kiri dan tangan kanannya menempel di alis menjadi penghalang dari terik matahari.

"Dia emang keren," puji Renata, memperhatikan kapten sepak bola yang merupakan murid seangkatannya.

"Tapi masih gantengan sahabat gue," kata Zahera lagi.

"Ya, makanya gue pertahanin," sahut Renata, tersenyum tidak acuh dan tanpa merasa bersalah.

"Kalau lo berani nyakitin Tama, gue penggal kepala lo!" ancam Nirail.

Renata menanggapinya dengan tertawa, tidak memberi argumen. "Nal, lo kenal Cale?" tanya Renata, mengganti topik pembicaraan.

"Cale?" Zahera mengernyitkan kening.

"Ricale," jelas Renata, tetap fokus menatap ke lapangan.

"Nggak," jawab Zahera.

"Yang itu, si Cale. Dia sering nongkrong di Social Place, terus kayaknya masuk circle Aris, Mapi, Tama deh. Gue sering ketemu dia pas nongkrong bareng tuh tiga bocah. Cale juga populer loh, tapi katanya sih dia playboy," cerita Renata tentang adik kelas mereka.

"Cocok buat lo, Nal. Nggak merasa tertantang buat naklukin?" Nirail menyenggol bahu Zahera sembari tersenyum.

"Brondong? Not my cup of tea," ujar Zahera. Ia menarik tangan Nirail dan Renata menjauh dari pagar pembatas lapangan sepak bola. "Yuk lanjut ke basket aja sekalian nyapa mereka," ajaknya.

Tujuan terakhir mereka setelah menjelajah ke setiap ekstrakulikuler yang sedang berlangsung adalah lapangan indoor basket. Berbeda dengan kebanyakan ekstrakulikuler yang hanya dihadiri oleh para anggotanya saja, ekstrakulikuler basket justru ramai oleh penonton yang tidak termasuk anggota. Kebanyakan dari penonton adalah kaum hawa. Bangku-bangku di tribun penuh oleh para penonton. Meskipun ramai, tetapi tidak berisik atau gaduh. Para penonton berusaha bersikap tenang supaya tidak mengganggu anak-anak basket yang sedang berlatih.

Dan alasan mengapa ekstrakulikuler basket memiliki banyak penonton setiap latihan adalah karena Orion, Sagatara, dan Malviro merupakan bagian dari ekstrakulikuler basket. Bahkan Orion menjabat sebagai kapten basket Brawijaya.

Zahera, Nirail, dan Renata memasuki ruangan lapangan basket. Mereka tidak duduk di bangku tribun penonton, dan lebih memilih berdiri di pinggir lapangan.

Melihat kehadiran tiga cewek itu, Orion, Sagatara, dan Malviro langsung berhenti latihan. Ketiga cowok itu memutuskan menghampiri.

"Kakakkkk!!" seru Malviro dengan nada manja, lalu berusaha memeluk Zahera yang langsung dihadang pakai tangan oleh cewek itu.

"Bau keringet lo!" kata Zahera, tidak membiarkan Malviro memeluknya.

"Ini." Nirail membagikan botol minum ke ketiga cowok itu. Sebelum ke lapangan basket, ketiga cewek itu mampir sebentar ke kantin.

"Makasih, Bunda," ujar Malviro, langsung membuka tutup botol.

"Makasih," kata Sagatara.

"Makasih, sayang," tutur Orion, membuka botol minum sembari tersenyum menatap Nirail.

"Udah pada selesai latihan?" tanya Sagatara kepada ketiga cewek.

"Belum, lagi istirahat. Kita abis nganterin Nala nyari cowok yang nolong dia." Renata menjawab sembari menunjuk Zahera.

"Terus ketemu, Nal?" tanya Orion.

Zahera menggelengkan kepala. "Nggak. Aneh, ya, kok nggak ketemu. Nggak mungkin dia nggak ikut ekskul, apalagi dia masih kelas 10." Zahera masih sangat penasaran mengenai keberadaan cowok itu.

"Mungkin dia lagi sakit, jadi nggak ikut ekskul," ujar Sagatara, memberi pendapat.

"Bisa jadi, tapi udah beberapa hari gue merhatiin kantin nggak muncul-muncul juga." Zahera menghela napas lelah. Mulai meragukan cowok itu bersekolah di Brawijaya. Bisa saja ia salah dengar ketika cowok itu mengiyakan pertanyaannya saat itu, bisa juga ia salah lihat seragam.

"Apa udah pindah sekolah?" Malviro mengeluarkan pendapatnya.

Zahera terdiam, memikirkan dengan serius pendapat Malviro. Bisa jadi cowok itu awalnya bersekolah di Brawijaya, lalu pindah sebelum ia menemukannya. Jika benar seperti itu rasanya sangat disayangkan. Sebab, Zahera berharap bisa bertemu lagi dengan cowok itu, sekali lagi ingin bertanya nama cowok itu dan berterimakasih dengan benar.

🎈TO MY FIRST LOVE🎈


Gimana chapter ini?

Jangan lupa vote dan spam komen

@palupiii07

@kieliel_d

@zahera_syanala

Makasih💕

First Girlfriend To BrondongWhere stories live. Discover now