[2] And I Cried Like a Baby Coming Home from The Bar

Mulai dari awal
                                    

Menyadari cowok itu diam tanpa menjawab pertanyaannya, Zahera yang semula menunduk pun mendongak untuk melihat cowok itu. Dan seketika ia terperangah, cukup terkejut melihat cowok itu berdiri diam dengan kedua bahu meninggi, kepala tertunduk dan wajah merah merona seperti udang rebus. "Lo baik-baik aja?" tanyanya, sekadar memastikan cowok itu tidak tiba-tiba kesurupan.

"K-kita..... kita..... kita nggak berhubungan badan.... kita bukan partner ons." Cowok itu langsung menutupi wajah dengan satu tangan setelah menyelesaikan kalimatnya yang terputus-putus.

Wah, sekarang Zahera sungguh menyesal berpikiran jelek mengenai cowok itu. Terutama ketika melihat reaksi cowok itu. Sangat polos dan lucu hingga membuat Zahera ingin tersenyum. Namun, Zahera tahan karena sekarang bukan waktunya merasa gemas dengan cowok asing.

Zahera yang sudah lebih tenang tanpa prasangka buruk lagi pun meminum air kelapa pemberian si cowok asing. "Kenapa gue ada di kamar lo? Kenapa juga gue pake pakaian yang bukan punya gue?" tanyanya setelah menghabiskan air kelapa.

"Kakak, nggak inget sama kejadian semalem?" tanya cowok itu, memastikan.

"Kita ons?"

"Bukan! Kita nggak ons!" seru cowok itu, menutupi bibirnya dengan telapak tangan dan wajahnya kembali merona. "Kita bener-bener nggak ngelakuin ons," tuturnya dengan suara pelan, menahan malu.

Kali ini Zahera tidak bisa menahan senyumnya. "Terus kenapa?"

Cowok itu menatap Zahera. "Semalem Kakak mabuk, terus ada cowok yang godain Kakak. Kakak hampir aja dalam bahaya. Saya menarik Kakak dan pura-pura kenal sama Kakak. Setelah cowok-cowok itu pergi, tiba-tiba aja Kakak nangis sambil marah-marah," ceritanya.

"Gue nangis sambil marah-marah?" tanya Zahera, terkejut. Cowok itu menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Sama lo?" Zahera menunjuk cowok itu.

"Iya, Kakak marah-marah sama saya. Ngatain saya pake kata-kata kasar sambil nyebut nama Rayan."

"Gue sebut-sebut si brengsek?" Zahera terkejut setengah mati mendapati fakta dirinya masih menyebut nama cowok brengsek yang membuatnya kesal.

"Iya. Kakak terus maki-maki saya sambil manggil saya Rayan. Kakak bahkan mukulin saya dan jambak rambut saya," ujar cowok itu.

Zahera yang merasa harga dirinya jatuh hanya bisa menghela napas. Kepalanya tertunduk dan memijit keningnya.  Sangat memalukan dirinya bisa seliar itu di depan cowok asing.

"Setelah marah-marah, Kakak udah lemes banget sampe nggak bisa berdiri. Saya berniat anterin Kakak pulang, tapi saya nggak tau alamat rumah Kakak. Makanya saya bawa Kakak ke rumah saya," lanjut cerita dari cowok itu.

"Tanpa ons?" tanya Zahera, masih beranggapan dirinya tidak sekadar tidur di kamar cowok itu.

"Tanpa, Kak!" tegas cowok itu dengan wajah merona.

Zahera tertawa kecil. Sangat menyenangkan menggoda cowok itu. "Terus kenapa gue pake pakaian yang bukan punya gue?" tanyanya lagi.

"Kakak muntah--"

"Gue muntah di kasur lo?" tanya Zahera khawatir tanpa menunggu cowok itu menyelesaikan kalimatnya.

"Nggak di kasur saya, tapi pas saya bopong menuju kamar."

"Berarti lo kena muntah gue dong?"

"Iya."

"Maaf banget demi dah sumpah gue benar-benar minta maaf!" rengek Zahera, merasa sangat bersalah.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang