Extra Part 3

3.5K 219 39
                                    

Siapa yang kena prank?
Di Extra Part 3, semoga bisa memuaskan. Karena ya ... gitu, deh!

Vote dulu gamau tau!😙

Detik, menit, jam, hari, bulan, tahun telah terlewati. Kini, umur Gisell pun ikut bertambah. Gadis kecil itu kini menduduki kelas 2 Sekolah Dasar yang tentunya tempat di mana dulu Exel belajar.

Seperti perkiraan pasca gadis itu lahir, Gisell tumbuh bukan seperti layaknya perempuan, tetapi lebih dominan ke anak laki-laki. Bagaimana tidak? Dibelikan boneka barbie tidak mau, malah minta dibelikan play station yang baru.

Lebih dari itu, Gisell pun menyukai basket, sepak bola dan juga futsal. Ia sudah dididik oleh Reval dan juga Exel. Tiga anak dari pasangan Revan dan Feli itu semakin erat rada persaudaraannya.

Seperti sekarang ini, mereka berada di lapangan belakang rumahnya—bermain basket bersama. Reval mengendalikan bola, Exel menghadang, sedangkan Gisell kini berdiri menunggu bola itu datang menghampirinya.

Gadis itu mengenakan celana lepis di atas lutut dan juga kaos tipis agar mempermudah menyerap keringat. Sungguh, aura feminimnya tak ada sama sekali.

"Bang, lempar sini!" teriak Gisell dari sana. Reval berhenti mendrible, menyorot Gisell sembari geleng-geleng kepala.

"Kalo mau dapet bolanya ya ke sini!"

Gisell berdecak. Gadis itu mulai melangkah maju, mencari celah untuk mengambil alih bola basket itu dari abangnya. Reval tak akan terkecoh, akan malu sekali nantinya. Ia yang mengajari, masa ia juga yang harus kalah? Tidak epic!

Gisell tak akan menyerah, ia berhasil mengambil alih bola itu dari Reval lewat samping kanannya. Pria itu sepertinya kurang pertahanan, Gisell tertawa kemenangan.

Namun, tak berhenti pada Reval. Exel pun menghadang. Cowok yang kini mulai tumbuh besar dan duduk di bangku kelas 11 SMA itu nampak bertambah ketampanannya, melampaui Reval malahan.

"Gak akan lepas kamu dari Abang, Wahai Gisell!" kata Exel. Tapi, ucapan yang ia bangga-banggakan seolah ekspetasi belaka. Gisell mampu mencetak angka dan melewati Exel begitu saja.

Reval berdecak sinis. "Heh, bocil! Cupu banget kalah sama Gisell," cibir Reval.

"Halah, Abang juga iya! Pake ngatain," cibirnya balik, Exel berkacak pinggang. Peluhnya ia biarkan menetes.

"Itu namanya ngalah sama adek."

"Bacot!"

Gisell mendribble bolanya sendiri, ia memantul-mantulkan sembari menonton perkelahian antara dua abangnya. Meresahkan sekali.

"Yo, yo ayo, yo ayo yo, yo ayo, yo ayo yo, yo ayo, yo ayo yo yo woo ohh ooh hoo!" Gisell bersenandung dengan suara keras, memancing kedua abangnya untuk melihat ke arah di mana ia berdiri.

"Kata Papi, berantem terus! Yang menang dilempar pake sapu," kata Gisell enteng.

Reval melengos, masih kecil tetapi sudah menjengkelkan. Tidak ingat apa? Sewaktu bayi Reval yang menggantikannya popok. Dasar bocah tidak tahu diuntung!

"Nggak usah ditemenin, bocil yang satu itu udah terkontaminasi ke-savage-an Papi," sinis Reval.

Exel setuju, ia mengangkat tangannya. Mengajak sang Abang untuk bertos ria. Reval ikut mengangkat tangan, tapi malah mendaratkan di kepala Exel.

"Woy, Bang!" Reval tak peduli, ia berjalan memasuki rumah. Rasanya, badannya pegal-pegal. Padahal, umurnya baru menginjak 23 tahun. Seperti sudah tua saja.

Ia masuki kamarnya, di sana, nampak Allesta sedang menidurkan sang buah hatinya yang baru berumur satu tahun. Jenis kelaminnya perempuan, cantik seperti Isterinya.

REVALESTA (END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن