Extra Part 2

2.4K 237 63
                                    

Hallo, Guys!

Gimana kabarnya? Baik? Semoga iya.

Gimana perasaan kalian pas REVALESTA update?

Lagi di mana pas baca Extra Part 2 REVALESTA?

Ramaikan setiap paragraf dengan komentar-komentar kalian, ya!!

Vote-nya ditunggu, parah!

Baca juga bacotanku di bawah, xixi.

Penasaran?

Oke, Happy Reading!
_________________________________________

Baru kemarin rasanya bayi itu lahir dan menangis, sekarang usianya menginjak 3 tahun. Itu petaka bagi Reval. Gisell tidak ada kalem-kalemnya sama sekali, bahkan Reval selalu menjadi tempat sasaran empuk tinjunya.

Gisell begitu gemar memukuli Reval, padahal lelaki itu tidak memiliki dosa. Entahlah, Gisell begitu menyebalkan. Jenis kelamin perempuan, tetapi tingkah dan sifatnya melebihi Exel saat balita dulu. Reval mengelus dada sambil istighfar.

Petaka lagi, Feli dan Revan menitipkan Gisell padanya. Mampus! Reval akan menjadi sambel udang jika berdekatan dengan bocah kecil itu. Tapi untungnya, ia bersama Allesta. Gadis yang telah setia bersama Reval.

Saat ini juga, Reval dan Allesta kuliah di universitas yang sama. Jurusan yang sama pula—akuntansi. Mereka memutuskan memilih jurusan yang sama, karena kebetulan sama-sama lulusan kelas IPS. Itu memudahkan.

"Aduh, Gisell! Kamu nggak kasihan sama Abang yang tiap hari jadi bahan timpuk kamu? Pengin Abang tendang, tapi takut nangis," keluh Reval. Usianya yang semakin bertambah, justru juga semakin sering membuat orang lain kesal.

"Udah, nurut aja ya, Sayang. Itung-itung jadi Abang yang baik." Allesta mengusap rambut Reval manis.

Tapi, Reval kali ini tidak luluh. Ini masalah keselamatan tubuhnya, loh! Kalau sewaktu-waktu Reval mati bagimana?

"Ini masalah nyawa, Sayang. Kalo aku mati, kamu siap jadi janda sebelum nikah, hm?" goda Reval. Ia terus mencegah agar Gisell tidak mendekatinya dan memukul kepala Reval saat itu juga.

Benar juga, Allesta merotasikan bola mata. Ia mendekat ke arah Gisell, mencoba menggendong gadis kecil itu. Berharap, Gisell berhenti untuk memukuli Reval.

"Gisell cantik, Abang jangan dipukul terus, ya? Kasihan tuh, udah mau nangis," titah Allesta lembut. Gisell memandangi Allesta dengan raut datar.

"Berhenti mukul Abang, ya?" Allesta sekali lagi memberi arahan pada gadis kecil itu.

Gisell mengangguk. Tapi setelahnya, ia melempar sendok nasi tepat mengenai kepala Reval. Sakit, pasti. Reval mengaduh. Banyangkan, sendok alumunium yang keras itu mengenai kepala!

Reval mau menangis, tapi malu dengan Allesta. Bisa-bisa rusak reputasi Reval dan Allesta tidak mau menikah dengannya. Terpaksa, ia menggigit bibir bawahnya untuk mencegah isakannya keluar.

Anehnya, justru Gisell yang menangis tanpa sebab. Allesta kelimpungan sendiri, ia bingung bukan kepalang. Mana nangisnya kencang sekali.

"Kok jadi elo yang nangis sih, Baedah! Kan gue yang kena lempar sendok sama lo," kesal Reval. Lihatlah, dengan adiknya tidak pernah bisa lembut. Pantesan, Gisell dendam kesumat kepada lelaki itu.

"Reval, anak kecil itu ingatannya tajem loh. Hati-hati kalo ngomong, bisa-bisa dia niruin nanti," saran Allesta. Ia tidak habis pikir, di mana letak kedewasaan seorang Reval. Meresahkan.

REVALESTA (END)Where stories live. Discover now