47

2.3K 240 21
                                    

Yang kangen sama cerita ini mana?
Yang kemarin minta next cepet mana suaranya?
Jangan lupa VOTE, ya!
Selamat membaca..
•••

Empat orang laki-laki itu berjalan menuju kantin untuk memanjakan perut mereka. Sehabis berperang dengan otak, perut butuh nutrisi. Reval, Iden, Zrey dan Kelvin sangat antusias mengunjungi kantin.

Namun, di tengah-tengah perjalanan mereka, empat laki-laki itu berpapasan dengan seorang yang berjalan dengan dagu sedikit dinaikkan. Seorang itu nampak melirik ke arah Reval sinis.

Reval tertawa remeh, ia bahkan tidak takut sama sekali. Reval memberi kode teman-temannya untuk berhenti melangkah dan menghadang seseorang itu.

Iden dan Kelvin sudah berdiri di depan Lian. Ya, cowok itu adalah Varelian Pradana. Cowok yang dicap brengsek oleh Reval karena sangat berani memperlakukan Allesta tidak sopan.

Reval berjalan memutari Lian, lalu berdiri di samping kanan cowok itu sambil tersenyum.

"Napsu makan gue ilang gara-gara liat lo. Masih ada nyawa tetep sekolah di sini?" Reval mengintimidasi.

Lian justru menatap empat orang cowok itu bergantian. Matanya ia sipitkan dan perlahan mundur menghindar.

"Gue nggak cari ribut." Lian berujar tegas dan sinis.

Iden tertawa lepas. Cowok itu merasa lucu mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Lian.

"Lo napas aja udah cari ribut!" gereget Iden. Ia menunjuk dada Lian dengan telunjuknya dan sedikit menekan.

"Mau lo pada apa, sih?!"

Reval mendekat ke arah Lian dan membisikan sesuatu ke telinganya, "Mau gue ... lo pergi jauh-jauh dari gue dan juga Allesta. Ngerti?"

Lian melotot dan menatap Reval penuh kebencian. Bukannya meminta maaf pada Reval, Lian justru ikut menaruh benci pada cowok itu. Gara-gara Reval kemarin, ia gagal meminta maaf pada Allesta. Walaupun gadis itu sulit memaafkannya.

"Kenapa, nggak terima?"

"Cukup lo pergi dari sekolah ini, gue nggak akan hantuin lo lagi." Reval kembali berbisik ke telinga Lian.

Lian merasa tersudutkan. Padahal, ia tidak ada niat macam-macam lagi. Tetapi, Reval justru seakan ingin menambah masalahnya. Jika Lian tidak bertekad untuk menurunkan egonya, saat ini mungkin sudah menghajar Reval.

"Reval!"

Reval mencari-cari sumber suara, ia mendapati Allesta berdiri tidak jauh dari tempat ia berdiri. Reval merekahkan senyumnya.

Gadis itu mulai menghampiri kelima cowok itu. Allesta mengernyit karena melihat Lian yang tampak tidak suka. Ia menatap Reval, Iden, Zrey dan Kelvin secara bergantian.

"Lo ngapa dah, Al. Tatapan mata lo tajem banget, setajem silet. Eaa!" seru Iden.

Bukannya tertawa, Allesta malah tidak menanggapi candaan Iden sama sekali. Ia mengalihkan pandangan ke arah Lian.

"Ngapain lo di sini?" tanya Allesta.

"Tanya sama mereka." Lian menjawab ketus.

Allesta menyenggol lengan Reval, "Lo pukulin dia lagi?"

Reval menggeleng kuat. "Ya nggak lah, Al. Gue mau mukulin anak ini juga pake strategi, nggak di sini." Ia menunjuk Lian dengan jari kelingkingnya meremehkan.

"Val. Udah gue bilang, nggak usah mempersulit masalah yang udah-udah. Gue anggep semuanya selesai dan nggak usah dibahas lagi." Allesta menatap Reval nyalang.

REVALESTA (END)Where stories live. Discover now