23

2.2K 237 9
                                    

"Lo ... maksud lo apa, Val?"

Reval hanya terkekeh saja mendengar penuturan Allesta yang berlagak sok tidak tahu. Sungguh, Reval sangat muak.

"Maksud gue? Kalo lo pengen tau, mending lo cari tau sendiri. Jawabannya ada di diri lo," tegasnya sambil menunjuk diri Allesta.

Allesta terkejut. Dirinya? Maksudnya bagaimana? Ia benar-benar tidak mengerti.

"Gue bener-bener nggak ngerti maksud lo, lo tau kan, gue bego? Nggak usah pake basa-basi, gue nggak paham."

"Tapi maaf, gue nggak mau buang-buang tenaga. Mungkin, itu PR buat lo." Setelah mengucapkan itu, Reval melenggang pergi meninggalkan Allesta yang tidak berkedip serta berusaha mencerna apa yang Reval bicarakan.

Dan juga, Cica Klarista. Gadis itu menyunggingkan senyum kemenangannya pada Allesta. Ia berjalan dengan dagu diangkat mendekati cewek yang berada di dekatnya.

"Rupa-rupanya, lo halu. Denger 'kan, Reval ngomong apa tadi sama lo?"

Allesta diam. Tidak menanggapi Cica dan berusaha menganggap tidak ada orang di sekitarnya. Fokusnya kini hanya kepada sosok Reval.

Tanpa meladeni Cica, Allesta melangkah pergi menuju kelasnya. Sebentar lagi bel masuk, namun pikiran Allesta belum kunjung stabil. Ia tidak akan bisa fokus kalau seperti ini.

"Al, lo kenapa?"

Allesta menggeleng lemah.

Tara yang sedang mengobrol dengan Nesa kompak mendekati Allesta di bangku duduknya. Mereka menatap sahabatnya intens. Matanya, kosong. Sepertinya, ia sedang tidak baik-baik saja.

"Gue kenal lo bukan sehari, Al. Pulang sekolah, lo jelasin ke kita," putus Tara final sebelum bel masuk benar-benar berbunyi.

Allesta masih tetap diam. Namun, ia rasa, mungkin perlu berbagi cerita kepada dua sahabatnya itu.

****

Setelah pulang sekolah, mereka bertiga langsung menuju rumah Allesta. Kebetulan, sedang tidak ada orang. Papa dan Mamanya pergi. Kata Pak satpam, sedang mengunjungi acara kantor.

Allesta sudah nampak paham dengan kondisi seperti ini. Ketika ia harus berada di rumah sendirian kala ditinggal kedua orang tuanya bekerja. Ia sadar, mereka bekerja untuk dirinya. Benar, bukan?

Allesta, Tara dan Nesa masuk ke kamar Allesta yang bernuansa biru muda dicampur dengan warna putih. Ini adalah hasil design mereka bertiga. Tara dan Nesa membantu Allesta untuk mendekor kamarnya.

Mereka bertiga duduk di ranjang dengan melingkar. Tara sangat berniat mendengarkan apa yang nantinya Allesta akan ceritakan. Sedangkan Nesa, ia asyik memakan sisa camilannya tadi di sekolah.

"Bisa lo cerita?"

Allesta mengangguk. "Soal Reval."

"Reval? Apa yang terjadi sama dia?"

Allesta menghela napasnya, ia bersandar di ujung ranjangnya. "Dia aneh, Tar. Padahal kemaren, baik-baik aja gue sama dia. Malah, kita belajar bareng. Tapi tadi pagi, sikapnya bener-bener aneh. Biasanya, dia bucin banget sama gue. Tapi tadi, cuek abis. Bahkan, minum dari gue ditolak," jelasnya.

Nesa meletakan bungkus camilannya. Lalu mendongak menatap Allesta. "Terus? Biasanya, lo nggak selemah ini, Al. Apa yang bikin lo lesu gini, sih?"

REVALESTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang