32

2.2K 234 22
                                    

VOTE DULU SEBELUM BACA.
MAAP CAPSLOCK, KARENA INI WAJIB, WKWK.
•••

Reval bersiap-siap ingin berangkat sekolah, tapi sebelumnya ia sudah ada niatan untuk menjemput Allesta. Sebenarnya, kemarin ia hanya mengerjai Allesta saja. Tidak benar-benar ingin putus. Reval sangat merindukan gadisnya, dengan ia memberi kejutan hari ini, mungkin dia akan senang.

Reval bersama Exel dan kedua orang tuanya sarapan pagi. Setelah selesai, minum susu andalan Reval tidak terlewatkan. Begitupula, Exel.

"Mi, Exel berangkat sama Abang aja, ya."

"Nggak!"

"Mi ... Bang Epal nggak mau," ujar Exel merengek.

"Reval, anterin adik kamu, ya." Feli pun membujuk Reval agar sulungnya mau mengantarkan adiknya itu.

"Reval mau jemput Allesta, Mi."

Revan geleng-geleng kepala, nyatanya, Anaknya itu bisa bucin juga. Berangkat pulang selalu antar dan menjemput pacarnya. Dia jadi teringat masa muda bersama mantan. Ehem!

"Biarin aja, sayang." Revan menyela istirnya. "Exel, berangkat sama Papi, ya?" Revan mengusap kepala bungsunya.

Exel mendecak. Padahal, ia ingin sekali mengerjai Abangnya. Sudah direncanakan sedari kemarin, tapi kali ini harus gagal.

"Hm, yaudah, deh." Exel mendengkus kesal.

"Adik baik." Reval mencomot roti milik Exel. Setelahnya, ia buru-buru kabur sebelum bocah kecil itu mengadu pada Maminya, dan ujung-ujungnya Reval sendiri yang akan mendapat amukan.

"Bang Reval!"

Reval tidak menghiraukan. Mendingan, ia buru-buru menjemput Allesta pagi ini. Ia sudah tidak sabar.

Ia rindu.

Cowok itu melajukan motornya sedikit kencang, agar cepat sampai. Di sela-sela perjalanannya, ia juga bersenandung ria sambil membayangkan wajah Allesta. Pasti, gadis itu sangat terkejut nanti.

Reval berpikir, bahwa Allesta sudah memiliki perasaan padanya. Sikap Allesta sekarang sudah memperlihatkan bahwa dia memang benar-benar cinta pada Reval.

Sampai di rumah Allesta, ternyata gadis itu baru saja keluar dari pintu rumah. Berjalan santai dengan ponsel berada di tangannya. Rambutnya dibiarkan tergerai indah, dan tak lupa penjepit rambut berwarna hitam andalannya.

Allesta terkejut kala Reval sudah berada di depan rumahnya. Pikirnya, ia mau apa? Bukannya, Reval sudah memutuskan hubungan mereka semalam? Apa, cowok ini gila?

"Ngapain, lo?" tanya Allesta jutek.

"Jemput pacar," sahutnya santai.

"Pacar? Sorry, gue sama lo udah putus, btw."

Reval tertawa terbahak-bahak, benar rupanya. Allesta kesal dan wajahnya ditekuk kusam. Benar-benar menggemaskan.

"Kok, lo ketawa, sih!"

"Gue becanda semalem, Al. Sengaja, ngerjain lo. Gue kangen banget, makanya bikin kejutan," ujar Reval sambil tersenyum, benar-benar tulus.

Allesta sempat ingin menahan senyumnya, tapi buru-buru ia menjutekkan kembali wajahnya.

"Nggak lucu."

"Lo ... nangis ya, diputusin gue?" Reval menerka-nerka.

Allesta mengelak. "Nggak, PD banget, lo!"

"Ututu, Dede Allesta. Jujur saja sama Abang Reval," papar Reval sembari mencolek dagu gadis itu.

Allesta tiba-tiba salah tingkah. Sudah tidak bisa menyembunyikan senyumnya lagi. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Sejak kemarin lusa, Allesta sudah menyadari perasaannya kepada Reval. Ternyata, ia sudah mulai menaruh rasa pada cowok itu.

REVALESTA (END)Where stories live. Discover now