15

2.8K 300 11
                                    

Reval dan Exel berada di depan televisi-menonton acara kesukaan mereka berdua. Yaitu, Spongebob si Spons kotak yang menyebalkan.

Mempunyai kesukaan yang sama tidak membuat dua manusia itu akur. Setiap harinya tidak ada adegan 'tidak berantem' dalam kehidupan Reval dan Exel.

Mereka nampak serius kala melihat Spongebob dan Squidward beradu mulut. Squidward yang malas menanggapi dan Spongebob yang tambah menyebalkan.

"Tuh, Spongebob itu ibarat lo! Bisanya bikin orang naik darah," keluh Reval sambil menjitak kepala Exel.

Exel yang mendapat jitakan langsung mengusap kepalanya. Ia mendengus. "Enak aja! Abang yang ngeselin. Aku kan anak baik-baik." Exel membela diri sambil mengalihkan pandangannya.

"Anak baik ndasmu!" serunya.

Exel hanya diam tak menanggapi. Entah, hari ini ia tidak ingin mengerjai Abangnya. Seperti nya kurang asupan, sehingga menjadi anak yang kalem.

"Xel, kok diem aja, sih? Biasanya udah gangguin Abang," ucapnya membuat Exel menoleh ke arah Reval.

Exel menghembuskan napasnya pelan. Ia bangkit dari duduknya. Sebelum melenggang pergi, ia berucap, "Abang maunya apa, sih. Aku gangguin, dimarah. Aku kalem gini, disuudzonin. Emang bener ya kata Laras, cowok itu selalu salah." Lalu ia langsung melangkah meninggalkan Reval. Menuju kamarnya.

Reval kicep. Ia berpikir, adiknya seperti kurang sajen. Sejak kapan Exel berubah menjadi baperan pikir Reval.

Akhirnya, Reval pun ikut bangkit dari duduknya. Mematikan televisi dan dilihatnya jam dinding. Pukul 21.00 tertera di sana. Biasanya, Exel tidak akan tidur selarut ini, namun katanya tidak bisa tidur.

Sekarang, Reval berjalan menuju kamarnya. Sebelum melewati tangga, ia berhenti di depan kamar Papi dan Maminya karena mendengar sebuah percakapan lirih.

Ia menempelkan telinganya di pintu.

"Mami mau minta apa lagi, sih, Mi."

"Mami nggak bisa tidur, Pi. Maunya mual terus. Kaya pengen cendol gitu."

"Kok cendol sih, Mi. Minta yang keren dikit, dong. Nanti anak kita jadi kampungan lagi kaya anaknya mbok jamu itu."

Brakk!

Pintu itu di dorong paksa oleh seorang di sana. Revan dan Feli nampak waswas. Namun, setelah tau itu adalah Reval, mimik wajahnya berubah menjadi panik.

"Apa?! Mami hamil lagi?? Astaga, Pi. Papi nggak bisa tahan apa, pake kondom dong, kalo nggak ya gimana gitu caranya biar nggak ngehasilin tuyul baru lagi," desah Reval.

Reval duduk lemas di lantai sembari menatap wajah Papi dan Maminya secara bergantian.

"Reval, nggak boleh kaya gitu," sergah Feli. "Anak itu titipan Tuhan, kita harus syukuri," ucapnya lagi.

"Nah tuh, dengerin mami ngomong." Revan ikut menyahuti.

Reval nampak pasrah, jika sudah kejadian. Ya, bisa apa? Daridulu, Reval memang tidak mau mempunyai adik lagi. Cukup, cukup Exel yang selalu membuatnya emosi dan ingin menendangnya ke kutub Utara.

REVALESTA (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon