37

2K 251 55
                                    

BACA NOTE SETELAH SELESAI BACA PART INI. ADA DI BAWAH.
UDAH VOTE?
•••

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Allesta keluar dari kelas bersama Tara dan Nesa. Langkah mereka bersamaan berjalan menuju gerbang, juga berbarengan dengan murid-murid SMA Tribakti.

Namun, panggilan dari seseorang menghentikan langkah Allesta. Ia menoleh ke belakang, mendapati laki-laki berdiri tegak yang sedang menatapnya.

Cowok itu menghampiri Allesta, Tara dan Nesa.

"Al, gue mau minta maaf soal kejadian tadi. Gue bener-bener nggak tau kalo lo kecapekan," ucap Lian memohon maaf pada Allesta.

Allesta sebal, padahal kejadian sebenarnya adalah dia sudah meminta untuk berhenti bermain, namun Lian memaksanya agar tetap memainkan bola basket itu. Alhasil, ia kecapekan. Dan ... pingsan.

"Gue udah maafin," kata Allesta dingin.

Hati Lian bersorak senang, ternyata tidak sulit mendapatkan permintaan maaf dari Allesta.

Sedangkan Tara dan Nesa hanya bisa diam. Sembari menghalangi mata mereka dengan tangan karena saking panasnya. Matahari siang ini sangat terik.

"Oh ya, pulang bareng gue, yuk!" ajak Lian dengan riang, dia menyunggingkan senyuman terbaiknya. Agar gadis itu mau diajak pulang bersamanya.

"Allesta pulang sama gue." Suara dengan nada dingin terdengar menyela percakapan tersebut.

Lian mencari sumber suara, ternyata Reval yang menciptakan suara dingin tersebut. Lian mendecak pelan, mengapa selalu dia lagi dia lagi yang mengganggu momennya.

"Mending lo pulang sendiri," kata Reval.

Pandangannya beralih kepada Allesta, lalu menarik tangan gadis itu.

"Al, ayo pulang. Gue sama Allesta duluan," ucapnya kepada Tara, Nesa dan tentunya Lian.

Allesta menurut, dalam hatinya senang. Namun, ada secercah rasa tidak enak karena menolak penawaran Lian. Jujur, Allesta juga tidak bisa marah kepada cowok itu. Mau bagaimanpun, mereka sudah mengikat janji sebagai teman. Secara, ia tahu kehidupan seorang Varelian Pradana yang sangat menyakitkan.

Gue bakal lakuin apa aja demi dapetin lo, Al. Lo harus jadi milik gue.

"Kenapa, cemburu lo?" Iden berceloteh ria. Ia menepuk pundak Lian dengan penuh tekanan.

"Lo itu nggak ada apa-apanya dibanding Reval," ucap Kelvin seraya terkekeh.

Lian hanya diam memandangi tiga orang laki-laki yang mengerubunginya secara tiba-tiba.

"Mending lo mundur, karna sebesar apapun usaha lo, nggak akan bikin mereka jauh." Iden menegaskan tepat di depan wajah Lian.

"Bisu, lo?" Kini, Zrey yang berucap. Karena sedari tadi ia tidak mendengar apapun yang terlontar dari mulut cowok itu.

"Kicep, lah! Gugup berhadapan sama cowok ganteng sejagad kayak gue," bangga Iden. Ia menata rambutnya dan menyisirkan ke belakang dengan tangan.

"Sekuat apapun lo halangin gue, nggak akan pernah bikin gue nyerah." Sepuluh kata terlontar menjadi satu kalimat dari mulut Lian.

Iden, Kelvin dan Zrey terkekeh kecil. Lalu, Iden menaikkan dagu Lian agar mendongak dan menatapnya.

"Kata-kata plagiat, nggak usah sok keras. Ini peringatan, kalo lo nekat ... jangan salahin kita," ujar Iden kembali menegaskan kepada Lian.

Lian seperti tawanan sekarang, rasanya berhadapan dengan geng Amburadul membuatnya kesulitan bernapas. Akan semakin sulit untuk memisahkan Reval dan Allesta jika banyak pawang seperti ini.

REVALESTA (END)Where stories live. Discover now