44

2K 233 30
                                    

Bimbang. Itu satu kata sifat yang mendedikasikan perasaan Tara sekarang. Kata-kata Iden kemarin berhasil membuatnya terus berpikir keras. Bagaimana cowok itu bisa mengetahui jika Kelvin akan suka padanya? Bagi Tara, itu tidak akan terjadi.

Tapi, satu sisi ia juga lega karena masalah bisa terselesaikan dengan baik. Untung saja, Iden tahu apa yang ia maksudkan. Gadis itu berharap, Kelvin dan Iden segera berbaikan.

Gadis itu kini meremas-remas ponsel berlogo apel setengah itu. Takut. Padahal, ia sangat ingin memberikan pesan kepada Kelvin. Tapi, di mana letak rasa malu Tara jika ia tetap nekat memberi pesan pada cowok itu? Ah, ia bimbang.

Jari-jarinya sudah mencari kontak Kelvin dan sudah berada di roomchat antara ia dan cowok itu. "Send nggak, ya?" Tara berpikir keras.

Berulang-ulang ia mengetikkan pesan namun berulang-ulang juga ia hapus. Tara rasa, itu tidak pantas. Tapi, yang pantas bagaimana? Jatuh cinta membuatnya gila!

Tara merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Dia merentangkan tangan dan matanya menyorot ke lampu tumbler yang gadis itu pasang di kamarnya sebagai penggias.

Warna-warni.

Tara kembali melihat ke arah ponselnya. Karena bosan, gadis itu membaca ulang pesan-pesan yang saling mereka kirimkan. Tidak banyak, sih. Hanya hal-hal yang perlu saja, tidak lebih.

Seperti ... membahas tentang kerja kelompok kemarin silam.

Satu notifikasi muncul di layar ponsel Tara. Gadis itu membelalakkan matanya. Kelvin. Cowok itu mengirimkan pesan kepadanya, bagaimana ini? Pesan itu langsung terbaca karena Tara berada di roomchat. Ia sangat malu.

Sekarang, ia ketahuan. Ia memohon pada Tuhan, agar Kelvin tidak menyadari akan hal memalukan ini.

Kelvin : Tara?

Begitulah pesan yang Kelvin kirimkan. Hanya satu kata dan menuliskan nama Tara.

Thalira : Ya.

Gadis itu sengaja membalas dengan singkat. Ia berpikir akan membuktikan ucapan Iden kemarin, apakah benar atau sekadar bualan Iden belaka.

Kelvin : Lagi di mana?

Kali ini, tiga kata. Hati Tara bersorak senang, meskipun ia sedang berakting sekarang. Ada apa tiba-tiba Kelvin bertanya seperti itu? Tara penasaran.

Thalira : Di rumah.

Kelvin : Gue ke rumah lo, boleh?

Thalira : Ngapain?

Kelvin : Ada yang mau gue omongin.

Thalira : Yaudah.

Terakhir, hanya dibaca oleh Kelvin. Tara penasaran, apa yang akan Kelvin bicarakan. Jangan-jangan, cowok itu ingin Tara tidak mendekatinya lagi? Demi apapun, Tara terus kepikiran.

Gadis itu beranjak dari tidurnya, ia berdiri di depan cermin menatap wajahnya. Merapikan sedikit rambutnya yang acak-acakan dan mengoleskan pelembab ke kulitnya.

Tidak terlalu buruk. Penampilan Tara cukup sopan. Ia mengenakan celana jeans selutut dan kaos lengan panjang bertuliskan namanya. Tara melangkah menuju ruang tamu.

Ia melihat sang Mama duduk di sofa kecil dan menatap layar ponsel. Tara menghampiri Mama-nya.

"Ma," panggil Tara.

"Iya sayang," jawab Lena-mama Tara tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Nanti temen Tara mau ke rumah."

REVALESTA (END)Where stories live. Discover now