5

4.3K 433 107
                                    

"Xel, kaos kaki Abang ke mana?"

Exel yang tiba-tiba mendapat pertanyaan itu akhirnya gelagapan. "Mana aku tau!" Exel berseru, untung saja cara bicaranya tidak gagap.

Reval menatap Exel dengan sorot mencurigakan, ia memincingkan matanya. "Ya biasa aja dong kalo nggak tau," tekan Reval.

Exel menyebikkan bibir, ia merasa terfitnah dengan cara yang halus. "Apaan sih, Bang! Ngeliatin aku gitu banget!" sinis Exel yang tidak suka ditatap seperti itu oleh Reval.

Reval hendak mendekati Exel, ingin mengamati gerak-gerik bocah yang mencurigakan itu. Reval yakin seratus persen bahwa adik laknatnya lah yang menyembunyikan kaos kakinya.

"Abang curiga, kamu yang udah ambil kaos kaki Abang, ya?" Reval mendekati Exel dengan gerakan slow motion.

Exel menepis Reval. "Kok Abang fitnah, sih!" elak Exel dengan tegas.

Reval mendesah. Ingin rasanya mendepak anak itu. Jika bukan Exel, siapa lagi. Tidak mungkin tuyul, kaos kaki Reval murahan. Tuyul mana mau.

"Ya terus di mana kaos kaki Abang, Xel," gerutu Reval, ia terus mengobrak-abrik kamarnya.

"Awas aj--"

"Bang," panggil Feli. Wanita itu tiba-tiba memasuki kamar Reval dan memanggil namanya.

"Apaan sih, Mi! Aku lagi nyari kaos kaki, Mami tau nggak?" Reval tidak menatap Feli. Ia terus saja mencari-cari di mana barang yang hilang itu.

Pasalnya, hanya kaos kaki itu yang bentuknya masih layak dipakai, sisanya pada bolong. Ada yang bolong di jempol, di betis, di tengah juga ada. Katanya sih orang kaya, tapi kaos kaki yang bener cuma satu.

"Ngoceh terus kamu, nggak diem Mami lempar pake wajan!" ucap Feli mengeraskan nadanya.

Sontak membuat Reval menghadap ke maminya yang memang sedang memegang wajan di tangannya. Reval melongo, apa ia ada salah pagi ini?

"Mami ngapain sih, bawain wajan ke kamar Reval. Emang nya di sini ada kontes masaknya chef Juna apa," ucap Reval sinis.

"Kamu nyari apa tadi hah?! Kaos kaki? Suruh siapa kaos kaki kamu taruh di kulkas Reval!" Feli menjerit kencang.

Reval menutup kuping dengan tangannya dan memejamkan mata. Feli menetralkan nafasnya agar terlihat normal.

"Hah? Di kulkas, kok, bisa sih?" Reval mengingat-ingat namun ia tetap saja tidak menemukan memori kejadian hari kemarin.

Exel diam-diam mengendap-endap untuk pergi meninggalkan kamar Reval. Ia paham, jika nanti Abangnya itu tahu, maka ia akan diamuk habis-habisan.

Reval yang sedang berpikir, matanya melihat Exel yang hendak keluar dari kamarnya. Langsung saja ia menarik kerah baju adiknya itu.

"Exel, kamu kan pasti biang keroknya?" Reval melotot ke arah Exel.

"Astaghfirullah," ucap Exel menggelengkam kepalanya. "Mami, Exel difitnah!" rengek Exel yang berusaha kabur dari cekalan Reval.

"Halah! Gak usah drama deh, Xel," kata Reval dengan tangan yang sudah mengepal.

"Siapa lagi sih, Mi. Kalo bukan kerjaan si anak Bagong itu," cibir Reval menunjuk Exel yang cengar-cengir tak berdosa. Dihadapan maminya saja ia memelas, tapi jika didepan Reval ia menertawainya dalam diam.

"Reval! Enak aja kamu main sebut-sebut anak Bagong!" ucap Feli menegur Reval.

"Teros, belain aja teros si anak Bagong itu."

Feli menghembuskan nafasnya pelan, ia bertanya pada Exel, "Exel, bener kamu yang masukin kaos kaki Abang ke kulkas?" Feli sangat hati-hati menanyakan hal itu pada Exel.

REVALESTA (END)Where stories live. Discover now