6

4.1K 389 43
                                    

Happy reading 🎉
Bantu cari typo, yuk!

Sore ini, Tara dan Nesa berada di rumah Allesta. Mereka berencana akan menginap. Karena besok Minggu, jadilah tiga gadis itu akan begadang dan menonton film bersama. Tara dan Nesa adalah sahabat Allesta sejak mereka SMP dan dipertemukan lagi ketika SMA. Ajaibnya, kembali dengan kelas yang sama. Takdir atau kebetulan?

Mereka berdua sudah dianggap seperti anak kandung sendiri oleh Yesi dan Jefan. Sebab, Allesta memang tidak mempunyai teman bermain di rumah. Karena, dulu Yesi sempat keguguran ketika sedang mengandung anak kedua mereka. Akibat kecelakaan yang dialaminya, rahim Yesi harus diangkat dan Yesi tidak dapat mempunyai anak lagi. Itu sebabnya, Allesta merasa kesepian dan kerap kali mengundang Tara dan Nesa untung menginap di rumahnya.

"Al, lo sama Bisma putus belom, sih?" tanya Tara yang sedang merapihkan buku-buku di meja belajar Allesta.

"Ya belom lah," ketus Allesta yang mendengar pertanyaan dari Tara itu.

"Ya abisnya lo kayaknya berantem mulu tapi nggak putus putus," tukas Tara menjelaskan. Memang, Allesta kerap kali curhat pada Tara jika ia sedang berantem dengan Bisma. Tara yang jengah yang kerap kali mendengar keluhan-keluhan dari Allesta.

"Ya abisnya, tuh bocah bikin gue kesel, selalu aja ngerecokin gue."

Nesa yang sedari tadi bermain ponsel dan memasang earphone di telinganyapun memandang mereka berdua heran. Allesta dan Tara saling memasang wajah ketus dan mulut berkomat-kamit.

"Mereka ngomongin apa, sih," gumam Nesa. Ia mengedikkan bahunya berusaha tak acuh.

"Yaudah putusin aja kali, yang mau sama lo mah banyak, tinggal pilih aja. Walaupun lo tolol tapi kan seenggaknya lo cantik," ungkap Tara dengan senyum smirknya.

Allesta melirik Tara sekilas. "Lo mau muji gue apa hina gue, sih?" desah Allesta kesal.

Tara memang suka blak-blakan kalau bicara, tidak suka basa-basi. Jika bicara, langsung to the point. Makanya, kadang suka bikin nyesek di hati.

"STOPPP!" teriak Nesa. "Kalian malah berantem, sih!" serunya.

"Lo lagi otak setengah, ikutan aja!" sinis Tara melempar Nesa dengan buku yang ada di tangannya.

"Ya abisnya lo berdua, dari tadi gue liatin adu mulut terus," cibir Nesa.

"Kalo gak tau apa yang diomongin mending diem deh, Nes. Sebelum nih buku melayang ngenain lo lagi," titah Allesta. Ia harus super sabar menghadapi Nesa si Otak Setengah. Sebego-begonya Allesta, masih bego lagi Nesa. Mereka itu beda ya, Allesta itu otaknya separo, kalau Nesa otaknya setengah.

Nesa langsung kicep, lebih baik ia diam daripada menjadi bahan timpukan mereka berdua. Sebenarnya, dia salah apa sih, sering sekali di-bully.

"Btw lo ada stok film baru nggak?" tanya Tara mencari-cari kaset-kaset di rak milik Allesta.

"Nggak ada, kayaknya tuh udah pada kita tonton semua."

"Gimana kalo ntar malem ke Mall? Cari kaset."

Allesta mengangguk semangat. "Boleh tuh."

Nesa yang tidak menyimak tadi dan hanya mendengar separuh dari percakapan itu mendadak melongo.

"Siapa yang suka sama Kemal? Kemal anaknya Pak Samsul yang item dekil itu? Astaghfirullah! Lo suka sama Kemal, Tar?!" pekik Nesa terkejut. Ia menghampiri Tara dan mengecek suhu tubuh Tara.

"Astaghfirullahaladzim, Nesa!" kompak Allesta dan Tara beristighfar. Mimpi apa mereka mempunyai teman modelan Nesa begini.

"Kenapa? Gue salah lagi, ya? Gue kan kaget aja si Tara suka sama Kemal," ungkap Nesa dengan wajah polosnya.

REVALESTA (END)Where stories live. Discover now