"WOY, SA! MUKA LO SEREM BANGET. GUE SAMPE MERINDING," ucap Bobby yang sedari 30 detik yang lalu memperhatikan perubahan raut wajah laki-laki tampan itu, Angkasa.

Angkasa berdecak, "Diem lo, Bob. Mau gue abisin lo?"

"APA SALAH DAN DOSAKU SAYANG," balas Bobby yang membuat Angkasa semakin melototkan matanya tajam. Siaga satu untuk menerkam mulut licin Bobby.

"Gue Bobby, gue cakep, gue diam!"

"Sialan lo emang," celetuk Rama.

"UDAH DI KATAIIN BANGSAT, BULLSHIT, SIALAN, EMANG LU LU PADA AJA DAH YANG BENER. GUE SUCI LO SEMUA PENUH DOSA," ujar Bobby.

"Jangan berkecil hati, Bob. Jadi baik emang penuh tantangan dan resiko," jelas Bara dengan bijak.

"Alas kaki mana?" tanya Rama. Cowok itu mengedarkan pandangannya di seluruh penjuru warung zebra.

"Biasa, lagi sok ganteng di depan cewek-cewek," sahut Sekala yang baru saja datang dengan Razi.

Sekala dengan wajah berseri-serinya, senyum semangat selalu terlihat pada wajahnya. Sementara Razi, cowok itu memasukkan tangannya di saku celana dengan ekspresi dingin di wajahnya yang semakin menambah kesan damage di mata para adik kelas.

"Captain basket makin cool aja, bikin adik-adik emesh meleleh," goda Bobby cengingiran, Razi hanya memberinya respond dingin.

"Yaelah, muka lo datar amat. Bisa-bisa lo jadi jomblo forever kalau gini ceritanya," sahut Bara mulai mengkompori.

"Muka gue emang gini," ujar Razi dengan ekspresi datarnya.

"Iya ganteng. Tapi dingin kayak kutub utara. Nggak ada yang bakalan betah, Zi. Seriusan! Percaya sama gue," jelas Bobby.

"GINI NIH MANUSIA, HANDAL BANGET JADI KOMENTATOR YANG BISANYA NGURUSIN KEHIDUPAN ORANG," ucap Sekala yang sedang duduk rapi menyantap nasi gorengnya.

"Orang pintar di larang ikut campur Ska," potong Bobby. "Level pembicaraan kita beda kasta woy!"

"Oh iya lupa, gue tadi sedang mode tidak tahu." Sekala lalu melanjutkan makanannya. Cowok yang satu ini harus kembali ke kelas sebelum bel berbunyi. Biasa, anak kesayangan guru.

"Hari ini Bu Dira masuk nggak?" tanya Bara, jiwa bolosnya mulai meronta-ronta. Dah lama nggak bolos, kangen juga batinnya.

"Muwana shayaw tawhu, shayaw koan ikhan," balas Bobby sambil mengunyah roti bakar coklat pesanan Razi.

"Diem lo, Bob."

"Budayakan nelan sebelum bicara, kata-kata lo barusan banyak typonya," komentar Sekala yang diikuti dengan suara tawa teman-temannya.

"Mentang-mentang otak encer, doyan banget buat gue merasa rendah," ujar Bobby tanpa ekspresi. "Kalau gitu ceritanya, gue bawaannya insyur mulu,"

"Insecure, Bob." ujar Razi memperbaiki.

"Ya, itu maksud gue," tepis Bobby cepat.

"Gue serius nanya, anjir! Bu Dira masuk atau nggak?" tanya Bara ulang dengan suara yang mulai ia tekan.

"Masuk," jawab Sekala.

DIA ANGKASA Where stories live. Discover now