29. CEMBURU?

253K 20.8K 6.4K
                                    

HAPPY READING BOR❤️ SEMOGA SUKA AAMIIN.

29. CEMBURU?

Dianggap berharga? Dianggap istimewa? Bagi dia tidak, kamu saja yang terlalu perasa.
...

"Aurora,"

Suara seseorang terdengar memanggil namanya ketika ia sedang berjalan sendiri di koridor sekolah. Aurora baru saja tiba, dan perempuan itu baru saja melewati parkiran yang ramai dengan anak Satrova.

Aurora berbalik dan menyipitkan matanya, "Sekala?"

Sekala juga sedang berjalan sendiri, pemandangan yang sangat langkah, karena biasanya cowok itu akan bergerombol bersama teman-temannya. Sekala melangkah maju, tepat beberapa langkah untuk menyelaraskan posisinya dengan Aurora.

"Ra, sorry-"

"Nggak papa, Ska, lupain masalah kemarin, bukan tanpa sebab juga kan lo tinggalin gue di ruangan musik waktu itu?" potong Aurora, seolah tahu apa yang Sekala akan bahas kepadanya.

Sekala memberi anggukan. Laki-laki itu sibuk mencari pertolongan waktu itu, sementara kondisi sekolah sudah sangat sepi, tidak ada siapapun yang ia temukan, bahkan penjaga sekolah sudah tidak ada lagi di pos jaga. Dan ketika ia kembali, Aurora sudah tidak ada di ruangan itu.

"Gue berusaha cari pertolongan buat lo, Ra, tapi gue nggak nemuin siapa-siapa di sekolah," jawab Sekala.

"Lupain aja, Ska. Gue juga nggak papa," balas Aurora dengan senyum.

"Ra, makasih yah?"

Aurora menoleh, menatap Sekala, "Untuk apa?"

"Karena lo nggak pernah nyalahin gue sedikitpun atas segala hal yang terjadi sama lo," jelas Sekala. Aurora memang perempuan yang pas untuk ia cintai, bukankah begitu?

"Lo berlebihan, Ska," balas Aurora.

Mereka lalu berjalan beriringan di koridor sekolah, dan tanpa sadar, ada seseorang yang mengikuti mereka dari arah belakang, bukan hanya Angkasa saja, tetapi Bara, Alaska, Bobby, Razi, Rama, ada di belakang mereka.

"Ska, terima kasih juga," sahut Aurora. Dan tentunya suara perempuan itu bisa di dengan oleh Angkasa dan teman-temannya.

Sama dengan ekspresi Aurora tadi saat Sekala mengatakan terima kasih padanya, bingung, "For what?"

"Proposal PENSI, makasih udah bantuin gue, tanpa lo proposal itu nggak akan jadi, gue bener-bener nggak pernah terjun buat bikin proposal," jelas Aurora.

"Dan, lo juga ngumpulin proposal itu ke Widya kan? Ahh, kebayang, gue ngerepotin lo banget pasti buat nyari tanda tangan ketua osis, ketua panitia, dan kepala sekolah," tambah Aurora yang membuat Sekala semakin bingung.

Bingung, karena bukan dia yang melakukan itu, bukan dia yang mengumpul proposal itu pada Widya, bukan dia yang mencari tanda tangan ketua osis, ketua panitia, dan juga kepala sekolah. Cowok itu berfikir keras, kemarin, Angkasa meminta flashdisk file proposal yang Aurora kerja, lalu pergi begitu saja, apa mungkin dia yang melakukan semua itu? Tetapi rasanya bukan, karena Angkasa juga tidak berpengalaman mengenai proposal kegiatan dan rulers yang harus dilakukan.

Sekala tersenyum, "Iya, santai aja, Ra. Gue ikhlas ngelakuin itu buat lo," balas Sekala, padahal bukan dia yang melakukannya.

Mendengar itu, dari belakang Angkasa mengepalkan tangannya, ia tidak menuntut Sekala untuk mengakui bahwa Angkasa yang melakukan itu buat Aurora, tetapi Angkasa kesal karena Sekala mengakui hal yang bukan jeripayahnya.

DIA ANGKASA Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu