31. BERPISAH SEBELUM BERSATU

214K 21.4K 2.6K
                                    

Aku update lagi, part khusus untuk AngkasaAurora. Selamat membaca pembacaku, semoga sukaa Aamiin❤️

31. BERPISAH SEBELUM BERSATU

Terimakasih atas waktu yang luang
-Aurelani Aurora
...

Angkasa Naufal Merapi: Gk ush geer. Ada cwk gue yg lbih gue prioritaskan.

Hanya sebuah pesan, tetapi Aurora tidak bisa menahan airnya matanya untuk jatuh. Menyakitkan? sangat.

"Halte lama Smanda emang angker, Ra. Buktinya lo tiba-tiba nangis,"

Seseorang dengan celana abu-abu SMA dan baju kaos hitam sedang berdiri di sampingnya. Laki-laki itu menatapnya datar, sama seperti yang sering ia lakukan.

Aurora tidak menoleh sedikitpun, ia sangat kenal dengan suara itu, suara seseorang yang berhasil membuatnya menangis hari ini.

"Lo nangis karena gue bilang kayak gitu sama lo?" tanya Angkasa. Laki-laki itu duduk di samping Aurora, membuat perempuan yang berada di dekatnya lalu bergeser, memberi jarak.

Tidak ada jawaban. Sekuat tenaga Aurora menahan air matanya.

"Kenapa, Ra?"

Ini yang gue benci, lo tahu, tapi masih bertanya kenapa.

"Jadi perempuan itu harus kuat, nggak boleh cengeng kayak yang lo lakuin sekarang," sahut Angkasa lagi. Begitu enteng, dan tak merasa bersalah.

Aurora masih tidak bersuara, enggan.

"Liat gue," titah Angkasa.

"Ra,"

"Apa?" Perempuan itu berbalik, menatap nanar Angkasa.

"Lo suka sama gue?"

Pertanyaan bodoh. Tetapi Angkasa ingin mendengar langsung perempuan itu mengatakannya, bukan lewat penjelasan bertele-tele waktu di rooftop.

"Nggak," balas Aurora.

"Gue nggak mungkin suka sama orang yang nggak tahu caranya menghargai orang, Sa."

"Jadi gue nggak tahu caranya menghargai lo?" tanya Angkasa balik. Seolah memberi Aurora jebakan lewat pertanyaannya.

Aurora tidak menjawab, karena memang ia tidak mau menjawabnya. Buang-buang waktu.

"Gue nggak mau bahas yang itu-itu terus," timpal Aurora.

"Kenapa?"

"Males,"

"Males sama siapa?"

Aurora menatap Angkasa, "Gue males dengan semuanya, termasuk sama lo. Puas?"

"Latihan lagi?" tanya Angkasa mengalihkan.

"Bukan urusan lo," balas Aurora sinis.

Angkasa masih mempertahankan tatapan datarnya, "gue mau tahu,"

"Untuk apa? Tentang gue nggak ada sangkut-pautnya sama lo 'kan?" serang Aurora.

Ketus. Yah, Aurora yang ada di depannya cukup berbeda. Tidak bersikap lembut seperti biasanya.

"Balas dendam?" tanya Angkasa.

"Ngaco, gue nggak punya dendam sama lo,"

Dingin, datar, benar-benar bukan Aurora yang ia kenal.

"Gue mau pergi," kata Aurora, perempuan itu merubah posisinya, menjadi berdiri. Dan tangan Angkasa dengan sigap menahannya.

"Kita belum selesai bicara," tahan Angkasa.

DIA ANGKASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang