62. MILIK MUTLAK

208K 20.7K 6.8K
                                    

Finally, bisa double update lagi!! Target next masih sama yah<3

Selamat membaca, semoga suka, Aamiin❤️ btw, Selamat malam Senin, selamat malam dari jauh readers❤️🔥

📌Tag tipo.

62. MILIK MUTLAK

Ada rencana indah setelah ini, tapi kamu tahu kan? Untuk mendapatkan pelangi, ada badai besar yang lebih dulu menghadang, dan tugas kita hanya bertahan.
...

Bersamaan dengan ambruknya Angkasa, Satrova berseru menang di gudang 20, mereka berhasil meratakan anggota STR yang jadi rivalnya.

"Angkasa!" seruan Aurora membuat semua fokus anak Satrova maupun anggota Vagans yang tersisa mengarah kepadanya.

Bara dan Alaska berlari mendekat, sedangkan Razi mengomando anggota satrova untuk menyiapkan mobil dan membawa Angkasa ke rumah sakit.

"Tolong Angkasa, Bar," kata Aurora lirih, perempuan kembali menangis.

Aruna mendekat dengan mata berkaca-kaca, "Bang, bangun woi!"

Suara sirine mobil polisi terdengar, sebagian anak Satrova menghadang anggota STR yang ingin kabur, sebagian lainnya membawa Angkasa ke mobil Juna untuk segera mendapatkan pertolongan.

Aurora mengikuti cowok itu, Aurora tidak akan membiarkan Angkasa sendiri setelah apa yang cowok itu korbankan untuknya. Diikuti Aruna, mereka sama-sama masuk ke mobil Juna.

Razi dan Bara menuntaskan gudang 20 terlebih dahulu, dua cowok itu memberi klarifikasi kepada polisi terkait hal ini, dan saat Razi menoleh ke arah jendela gudang, ada seseorang yang ia lihat di balik sana, kita lihat, sejauh mana lo akan berkhianat, batin cowok itu kemudian mengalihkan pandangannya.

Pistol yang tadinya Aurora pegang beralih ke tangan Bara, dan Bara lalu menyodorkan benda itu ke Om Tiano, sahabat karib Dwipa Matra sekaligus bawahannya di kepolisian.

"Kami akan segera memproses kasus ini," kata Tiano tegas.

"Dan Razi, terima kasih telah menginfokan kami," lanjut Tiano sembari menoleh ke arah cowok dingin itu.

"Sama-sama, Om," angguk Razi mantap.

Gudang yang tadinya ramai, perlahan kosong, menyisakan Razi dan Bara yang masih berada di TKP.

"Bar? Lo percaya kalau salah satu dari kita ada yang berkhianat?" tanya Razi, serius.

Bara menggeleng, "Ngaco lo, Zi, ya enggak lah."

"Bagaimana kalau seandainya?" tanya Razi memutar pertanyaannya.

"Yah, gue kecewa, gue marah, gue nggak terima," jawab Bara.

Dan wajar jika jawaban cowok bermata segelap obsidian itu seperti ini, Satrova adalah tempat pulangnya, Satrova adalah rumah ramai yang selalu ia datangi saat orang tuanya meninggalnya untuk mengurus bisnis dan pasien di rumah sakit. Bagi Bara, Satrova adalah bagian terbesar dalam dirinya, dan cowok itu tidak terima jika ucapan Razi benar.

Razi terdiam, kemudian memilih berjalan lebih dulu.

"Wah ... kebiasaan lo, Zi," Bara menggeleng-geleng. "Gue nggak suka ya, kalau lo ngasih gue pertanyaan dan saat udah gue jawab tuntas lo malah gantung gue."

"Itu resiko lo, Bar," sahut Razi tanpa menoleh.

Bersamaan saat dua orang itu akan keluar dari gudang 20, seseorang yang sangat mereka kenali baru saja akan masuk.

DIA ANGKASA Onde as histórias ganham vida. Descobre agora