35. PRIORITAS

225K 21.2K 3.9K
                                    

Hai^^ Selamat membaca kalian❤️✨ semoga suka Aamiin. Kawal terus cerita Dia Angkasa yaw^^ ily🍫

35. PRIORITAS

Dikatakan ataupun tidak, kau tetap jadi utama meski bukan pertama yang hadir.
-Angkasa Naufal Merapi
...

 -Angkasa Naufal Merapi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

**

Seluruh dokter melakukan penanganan cepat di ruangan UGD, setelah monitor electrocardiogram menampilkan garis hijau lurus yang membuat semua orang panik di tempat itu.

"Siapkan alat defibrillator sekarang," titah Dokter Ariandi kepada rekannya. 

"Dok? Berusaha sebaik mungkin," kata Dwipa sebelum perawat menutup rapat ruangan UGD. 

Dwipa dan Angkasa sekarang kembali duduk tidak tenang di luar ruangan. Wajah keduanya terlihat sangat cemas, khawatir, dan begitu kusut. Mata keduanya juga tidak pernah lepas dari pintu putih yang sedang tertutup rapat di depannya.

"Sa, orang tua Analisa nelfon gue, katanya Analisa nggak mau keluar kamar kalau lo nggak datang ke acaranya ulang tahunnya," kata Sekala sembari berbisik. Sekala memang akrab dengan orang tua Analisa, karena perusahaan Ayahnya bekerjasama dengan baik dengan perusahaan keluarga Analisa.

"Gue nggak bisa, Ska," ujar Angkasa. Pikirannya hanya berporos pada Aurora, untuk memikirkan sifat kekanak-kanakan Analisa sepertinya itu berada di poin ke 10.

"Cewek lo juga butuh lo sekarang," ucap Sekala.

"Tapi gue nggak bisa, Ska, lo liat Aurora kondisinya gimana sekarang?!" emosi Angkasa mulai terpancing, ia benar-benar panik melihat garis hijau lurus di monitor electrocardiogram. Dan untuk meninggalkan ruangan perempuan itu rasanya sangat berat untuk ia lakukan.

"Gue tahu, tapi lo harus profesional sama perasaan lo sendiri, Analisa pacar lo," tekan Sekala.

Angkasa menoleh dengan tatapan yang tidak bisa di baca, "Jangan mancing emosi gue."

"Prioritas lo sebenarnya siapa sih, Sa? Lo masa biarin cewek lo nunggu lo terus," tegur Sekala seakan tidak ingin mengalah, karena menurunnya Angkasa tidak bisa menempatkan posisinya, ia rela membuang waktunya untuk orang yang sama sekali bukan prioritasnya.

Angkasa menahan tangannya untuk menonjok Sekala saat itu, Angkasa  sangat tidak suka dengan orang yang terlalu mengusik dan sok tahu dengan hidupnya, walaupun orang itu adalah temannya sendiri.

"Ada hal yang emang nggak perlu lo tahu, Ska. Jadi diem, karena gue nggak segan-segan nonjok lo kalau lo masih bacot di samping gue!" sentak Angkasa.

Sekala terdiam, ketika mendapatkan kode dari Bara untuk diam, toh kondisi seperti ini bukan waktunya untuk berkelahi.

Angkasa menyandarkan kepalanya di dinding rumah sakit, jantung cowok itu berdebar hebat, berkali-kali ia termenung dengan pandangan kosong, malam ini benar-benar jadi malam yang panjang untuknya. Sudah hampir 1 jam dokter menangani Aurora, dan itu artinya sekarang sudah menunjukkan pukul 1 malam.

DIA ANGKASA Where stories live. Discover now