15. MELUKIS SENJA UNTUK SEMENTARA

253K 23.2K 2.6K
                                    

Mulmet: Garis terdepan - Fiersa Besari

Selamat membaca, semoga suka Aamiin❣️

15. MELUKIS SENJA UNTUK SEMENTARA

Ilusi atau nyata, kau tetap fana, bersama dengan harapan, dan segala hal baik yang selalu gagal untukku artikan.
...

Aurora sedang duduk di atas kursi ruang keluarga rumahnya sambil menonton beberapa iklan yang sejak tadi tayang di Televisinya. Hari minggu memang membosankan, benar-benar membosankan karena ia tidak tahu harus melakukan apa hari ini.

"Selamat Pagi, komandan." sapa Aurora dengan senyum yang melengkung dibibirnya. Walaupun ia terlihat pucat tetapi wajah cantik tak pernah hilang dari diri perempuan itu.

"Selamat Pagi, Rel," balas Dwipa hangat lalu melangkahkan kakinya ke arah sofa untuk duduk di samping Aurora. Ia mendaratkan tangannya di puncuk kepala putrinya. "Besok Ayah akan berangkat ke Makassar lagi," lanjut Dwipa.

Aurora langsung berbalik menatap Ayahnya sedih, ia memang sudah tahu bahwa Ayahnya akan ke Makassar untuk menyelesaikan tugas kenegaraan sejak kemarin, "Berapa hari?"

"10 hari," jawab Dwipa.

"Aurel boleh ikut nggak?" tanya Aurora penuh harap. Beberapa bulan yang lalu ia di bolehkan ikut dengan Ayahnya ke Makassar, jadi kali ini pasti Ayahnya juga akan meng-iyakan permintaannya.

"Tidak bisa," balas Dwipa Matra. "Kamu sekolah, dan nanti kamu akan kecape-"

"Oke, Aurel di rumah aja," potong Aurora cepat. Ia mengerti maksud Ayahnya. Semua ini demi kesehatannya, dan ia tidak mau Ayahnya mengkhawatirkannya apalagi membuatnya repot.

Dwipa tersenyum. "Nanti kalau libur, baru kita jalan-jalan," bujuknya.

"Really?"

"Yes, kemanapun tempat yang mau kamu datangi, Ayah siap ngawal putri kesayangan Ayah," jawab Dwipa Matra yang membuat mata Aurora berkaca-kaca. Hanya Ayah yang ia miliki, dan Aurora sudah merasa beruntung untuk itu.

"Ayah sayang Aurel," lanjut Dwipa Matra lalu menarik putrinya dalam pelukannya. Baginya, Aurora itu bintang, walaupun tidak terlalu terang setidaknya ia selalu menyinari malam yang penuh kegelapan.

"Aurel sayang sayang sayang banget sama Ayah," balas Aurora.

"Kapan Ayah berangkat?" tanya Aurora sambil melepas pelukannya.

"Nanti sore."

Aurora mengangguk paham, lalu mengubah posisinya berbaring.

"Sekola kamu gimana?" tanya Dwipa sembari menyerumput jus alvokat yang ada di depannya.

"Aman," balas Aurora.

"Ayah mau denger cerita tentang teman-teman kamu," kata Dwipa memancing putrinya agar mau bercerita tentang Angkasa.

"Vana? Vana ngeselin Ayah, tetapi Aurel beruntung kenal sama dia, soalnya beberapa makna tentang kehidupan Aurel banyak belajar dari Vana," jelas Aurora jujur.

"Terus ada siapa lagi?" tanya Dwipa.

"Ada Darko, dia ketua kelas Aurel, anaknya suka diusili sama teman-teman kelas, tetapi tetap aja sabar terus," lanjut Aurora.

"Terus?"

"Ada Sekala, dia ketua ektrakulikuller musik di sekolah Aurel, dia yang ajak Aurel ikut pensi tahun ini," jelas Aurora. Dwipa mengangguk, jelas ia tahu siapa Sekala, anak Satrova.

DIA ANGKASA Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora