32. Pelukan Terakhir

752 93 1
                                    

Jackson turun dari mobilnya dan menatap gerbang yang tertutup rapat. Dilihat dari gerbang itu, Jackson tahu rumah itu mewah. Jackson maju tiga langkah dan ia langsung menekan tombol kecil. Dan gerbang itu otomatis terbuka sendiri, seolah si pemilik rumah tahu siapa yang datang. Jackson kembali ke mobilnya dan menyalakan mobilnya, lalu masuk ke pekarangan rumah.

Jackson berhenti di depan teras dan ia langsung turun. Di teras seseorang sudah menunggunya.

"Mana Keyrin?!" Jackson melangkah dengan cepat. Ia menarik kerah baju lelaki itu.

"Aneh, kenapa kamu menanyakan dia padaku?"

"Dion, kamu tidak usah berlagak tidak tahu! Aku tahu Keyrin ada di sini!"

Dion menepis tangan Jackson, menatap lelaki di depannya dengan santai dan tetap tenang.

"Dia tidak ada di sini! Kalau pun dia ada di sini, dia tidak mau bertemu denganmu! Pergilah dari rumahku sebelum semakin larut."

Jackson mencoba tenang. Kepalanya sudah cukup pusing karena terkena hujan tadi sore. Rasanya ia ingin meledak melihat Dion yang begitu tenang.

"Kenapa kamu berbohong?"

"Memangnya kenapa?"

"Dion, apa tujuanmu?"

Dion tersenyum mengejek. "Kamu ini lucu sekali. Datang ke rumah orang, dan bicara tidak sopan pada pemilik rumah. Begitu, ya didikan anak orang kaya sepertimu?"

"Kau!" Jackson kembali menarik kerah baju Dion, tapi tampaknya Dion tidak terpengaruh.

"Dion...." Suara lembut Keyrin membuat Jackson melepaskan kerah baju Dion. Keyrin kini sudah berdiri di depan pintu.

"Key...." Dion mendekati Keyrin dan menyembunyikan Keyrin di punggungnya.

"Key, kita pulang ya...." Jackson mencoba mendekat, tapi dihalangi Dion.

"Aku sudah cukup sabar melihat dramamu selama ini. Aku sudah cukup sabar membiarkanmu menikahi Keyrin. Tapi aku merasa bersyukur kalian gagal menikah. Dasar, lelaki pengecut!"

"Apa maksudmu, hah?!" Jackson kembali emosi. Ia bahkan melayangkan tinjunya ke pipi kiri Dion.

"Pulanglah, Jack! Jangan ganggu aku lagi!"

"Key, dia ini orang jahat!"

"Kamu sepertinya lupa berkaca," ucap Keyrin dengan gusar. Ia maju satu langkah, menatap Jackson tidak suka.

"Key, Dion ini pembohong! Dia sudah merencanakan semuanya dengan wanita itu!"

"Aku tidak peduli! Setidaknya dia lebih baik dari kamu! Setidaknya dia tidak pernah menyakiti aku! Dan setidaknya dia selalu melindungi aku dari orang-orang jahat. Pulanglah, Jack. Hanya sia-sia kamu datang ke sini."

"Key...." ucap Jackson memohon. Keyrin kembali bersembunyi di belakang Dion.

"Pergilah, aku tidak mau bertemu denganmu lagi."

"Baik, aku akan pergi. Aku tidak akan mengganggu kamu lagi. Tapi aku ada satu permintaan."

"Apa?"

"Sebuah pelukan terakhir," ucap Jackson dengan berat hati. Bagaimana pun juga ia tidak bisa memaksa Keyrin untuk kembali padanya. Setidaknya ia sudah memikirkan keputusannya ini. Demi kebaikan bersama, meski Jackson tidak bisa menjamin apa ia akan baik-baik saja.

Keyrin mendekati Jackson dan memeluk lelaki itu dengan erat. Jackson juga begitu. Keyrin bisa merasakan panasnya tubuh Jackson.

Jackson melepaskan pelukan mereka, ia mengecup kening dan bibir Jackson. Lalu ia pergi.

Keyrin memejamkan matanya. "Jack...." ucapnya pelan.

Namun Jackson kini sudah pergi. Pergi dengan hatinya yang kacau dan berantakan. Ia akan mencoba mengikhlaskan dan melepaskan Keyrin. Ia akan menuruti permintaan Keyrin asal Keyrin bahagia.

Keyrin menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Dion memeluknya dan tangis Keyrin pun pecah.

Dion terus memeluk Keyrin sampai berhenti menangis.

"Semua akan baik-baik saja," bisik Dion. Keyrin mengangguk pelan.

Sementara itu, Jackson melangkah gontai memasuki rumahnya. Ia masuk ke kamar Keyrin dan menjatuhkan tubuhnya. Ia menangis dalam diam.

Keesokan harinya, Jackson membuka matanya saat ada yang mengguncang bahunya. Kepalanya sangat sakit, badannya panas, dan wajahnya pucat.

"Mama...." Jackson duduk sambil memegangi kepalanya.

Devany tersenyum dan langsung memeluk Jackson.

"Tidak apa-apa, Nak. Semua akan baik-baik saja." Jackson mengangguk pelan. Air mata itu terjatuh lagi.

"Pokoknya kamu tidak boleh sakit."

"Tapi ini lebih sakit, Ma. Lebih sakit saat Mine meninggalkan aku dulu."

"Dalam mencintai itu, tidak selamanya berjalan dengan lancar, Nak. Beri Keyrin waktu untuk berpikir." Jackson mengangguk pelan.

"Aku sudah melepaskannya, Ma."

"Mudah-mudahan keputusan yang kamu ambil sudah benar." Devany melepaskan pelukan mereka. "Perpisahan mungkin akan berasa seperti akan berpisah selamanya, tetapi tetap yakinlah bahwa itu bukanlah akhir. Terutama dari kenangan dalam hati kalian masing-masing, bahkan ketika dia berada jauh di sana. Intinya sabar." Jackson memaksakan senyumnya.

"Sekarang kamu makan, ya. Ada hal besar yang harus kita lakukan setelah ini."

Jackson mengangguk patuh. Meski tidak selera, namun ia memaksa untuk makan dan minum obat sakit kepala.

Seteleh selesai makan, Jackson segera mandi dan mengganti pakaiannya.

"Hari ini kamu istirahat penuh, ya. Besok kami akan menjemputmu." Jackson mengangguk. Ia berbaring dan menatap kepergian sang ibu.

Setelah pintu kamar tertutup, Jackson memejamkan matanya. Ia kembali tidur agar merasa lebih baik.

Lagi pula, dengan tidur ia tidak akan memikirkan Keyrin lagi.

★•••★

SECRET OF JACKSONWhere stories live. Discover now