31. Ironis

669 85 3
                                    

Jackson berlari menghampiri ibu dan adiknya di lobby depan mall dengan wajah yang memerah. Namun ia tetap mencoba untuk tenang walau sudah sangat panik dan takut.

"Ma, bagaimana bisa hilang?"

"Kami juga tidak tahu. Katanya dia ingin ke toilet, tapi kami tunggu tak kunjung datang. Maafkan kami," ucap Devany penuh rasa sesal.

"Kami sudah melihat CCTV, Bang. Keyrin sudah keluar dari tempat ini." Leonyca menyerahkan ponsel Keyrin pada Jackson. Jackson menerimanya dan mencoba melihat ponsel itu.

"Sial, Keyrin mengganti sandinya." Jackson mengerang pelan. Lalu ia berlari ke mobilnya. Ia masuk dan duduk di kursi kemudi, mencoba menenangkan dirinya.

Devany dan Leonyca masuk ke dalam mobil Jackson.

"Ony, apa kamu tahu Keyrin ke mana?" Leonyca menggeleng.

"Aku tidak tahu alamat Dion. Bisa kamu tanya pada Matt? Aku curiga ini ada hubungannya dengan Dion."

Leonyca meraih pinselnya dari dalam tas, lalu mengirimkan pesan singkat untuk suaminya.

"Jack, jangan diam saja! Ayo kita cari!"

"Aku sedang berpikir, Ma."

Devany menghela napasnya pelan. Jackson menghidupkan dan melajukan mobilnya.

"Bang, Matt mengatakan bahwa Dion sudah berhenti bekerja di kantor setelah menikah dan pindah ke luar kota."

"Aku tidak percaya. Pasti dia masih ada di kota ini." Jackson mengeluarkan ponselnya saat benda persegi itu bergetar. Ternyata yang meneleponnya adalah anak buahnya.

Jackson mengangkat telepon itu dan mendengarkan anak buahnya baik-baik. Lalu Jackson memutuskan sambungan telepon.

"Bagaimana, Nak?"

"Ma, dia masih ada di kota ini." Jackson memutar balik mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Hati-hati, Jack!" ucap Devany. Jackson hanya diam dan fokus menyetir.

Sementara itu, Keyrin menghela napasnya pelan. Ia baru saja sampai di depan rumahnya.

Matanya berkaca-kaca melihat rumah itu sudah runtuh. Ia menggigit bibirnya pelan, setelah ini ia bingung akan tinggal di mana.

"Aku harus kemana?" Keyrin menahan diri agar tangisnya tidak pecah. Ia harus tetap tegar dan kuat. Keyrin maju lima langkah, menatap nanar rumahnya.

Keyrin duduk di tanah sambil memeluk lututnya. Menatap rumahnya yang tidak berbentuk lagi. Ia tidak mempunyai uang untuk memperbaiki rumah itu.

Tadi pun ia hanya mengambil sedikit uang dari tasnya. Hanya bisa membeli makan untuk beberapa hari.

"Aku harus bagaimana?" Keyrin mengusap pipinya. Air mata tidak bisa ia tahan lagi. Ia menundukkan kepalanya sambil menangis pilu. Betapa dirinya ingin mati saja karena tidak sanggup lagi menjalani cobaan hidup yang begitu berat.

Tubuhnya bergetar, ia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Ayah, Ibu, apa salahku? Kenapa aku seperti ini? Kalau harus menanggung beban seberat ini, lebih baik aku tidak usah dilahirkan. Kenapa kalian meninggalkan aku begitu cepat, Yah, Bu? Semua orang meninggalkan aku. Teman-temanku juga. Tidak ada yang peduli padaku, Ayah, Ibu. Ayah, kenapa Ayah tidak menjemput aku di sini? Aku benar-benar sudah lelah." Keyrin terus menangis. Suaranya juga sudah serak.

Sentuhan hangat dibahunya membuat Keyrin mendongak.

"Dion?" Dion tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Keyrin. Keyrin menerimanya dan ia bangkit berdiri.

SECRET OF JACKSONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang