04. Tidak Bisa Menolak

1.1K 103 0
                                    

Jackson menatap Keyrin penuh sesal. Gadis itu hanya diam sambil menatap kakinya. Dressnya yang tadi basah karena terkena percikan air kamar mandi kini sudah mulai mengering. Keyrin menghela napasnya pelan.

"Key, apa masih perih?" Keyrin menggeleng. Jackson semakin merasa bersalah karena mendengar perut Keyrin yang keroncongan. Ia malirik jam tangannya, menggerutu dalam hati karena Leonard begitu lama.

"Sabar, ya Key. Sebentar lagi makanannya datang." Keyrin tidak menjawab. Ia bahkan tidak berniat menatap Jackson.

"Maaf lama, Bang. Jalanan macet." Leonard mendekati tempat tidur dan memberikan makanan yang ia beli pada Jackson.

"Oke." Leonard menaikkan alisnya sebelah sembari duduk di depan Keyrin.

"Apa ada keluhan?" tanya Leonard sambil tersenyum pada Keyrin. Keyrin hanya menggeleng.

"Kamu makan, ya. Setelah makan, obatnya diminum. Obat ini untuk meredakan nyeri atau denyut lukanya." Keyrin mengangguk.

"Key, kamu bisa makan sendiri, kan?" Keyrin mengangguk.

"Lee, bisa ambilkan piring dan sendok?" Leonard mendengus kesal, ia berdiri dan berlari keluar dari kamar untuk mengambil piring dan sendok. Sekaligus air mineral.

"Tidak perlu lari-lari juga, Lee. Lihat kan, airnya jadi curah." Leonard mengangkat bahunya cuek.

"Kamu sangat manis," goda Leonard, namun tidak ada respons dari Keyrin membuat Leonard bertanya-tanya dalam hati.

"Kamu usianya berapa?" Leonard tidak menyerah.

"16 tahun."

Leonard menatap Jackson mengejek. Jackson menyerahkan makanan yang sudah ia taruh di piring pada Keyrin. Keyrin menerimanya.

"Lee, ikut denganku." Jackson berdiri dan melangkah pergi.

"Nanti kita ngobrol lagi, ya." Leonard mengelus kepala Keyrin dan ia pun keluar dari kamar Keyrin. Tidak lupa ia menutup pintu.

Leonard masuk ke kamar Jackson dan mendekati lelaki itu yang sedang berdiri di depan jendela. Leonard menyentuh bahu Jackson dan menatapnya meminta penjelasan.

"Pacar Abang?" Jackson menggeleng.

"Lalu?" Leonard duduk di sofa. Ia mengambil kue kering yang ada di toples berukuran sedang dan memakannya.

"Aku berniat menikahinya." Ucapan Jackson membuat Leonard terbatuk dan mengeluarkan isi mulutnya.

"Yang benar saja," desah Leonard sambil membersihkan baju dan celananya dari remah-remah kue kering.

"Gimana menurut kamu, Lee?" Jackson berbalik dan duduk di sofa, tepat di depan Leonard.

Leonard yang masih sibuk membersihkan remah-remah kue kering hanya mengangkat bahu.

"Hah, kamu ini. Tadi katanya penasaran," cibir Jackson.

"Bang, dia masih 16 tahun! Sementara Abang sebentar lagi 27 tahun! Cukup papa mama saja yang usianya beda jauh. Lagi pula, dia masih sangat muda! Biarkan saja dulu dia menyelesaikan pendidikannya."

"Aku tahu. Dia juga tak ingin menikah."

"Lagian, Abang kenal Keyrin itu sudah berapa lama, sih Bang?"

"Kemarin," jawab Jackson santai. Leonard memutar bola matanya.

"Astaga! Abang sudah gila? Baru juga kenal kemarin, sudah ajak nikah, eh? Bang, patah hati boleh, tapi tidak begini juga cari penggantinya! Abang ini ada-ada saja."

"Aku punya rencana sendiri kenapa ingin menikahinya, Lee!"

"Kenapa, Bang? Apa alasannya? Pernikahan demi bisnis? Sudah basi, Bang! Aku sudah sering baca novel-novel yang seperti itu! Ayolah, Bang. Banyak di luaran sana gadis yang seumuran Abang! Apa abang se frustrasi itu?"

SECRET OF JACKSONWhere stories live. Discover now