16. Self-injury (2)

701 75 14
                                    

Jackson keluar dari kamar Keyrin. Ia baru saja membersihkan kamar dan walk in closed dari darah Keyrin. Ternyata Keyrin mengiris tangannya memakai pisau silet. Jackson juga tidak tahu dari mana Keyrin mendapat silet tersebut karena ia tidak pernah membeli atau melihat ada silet di rumahnya. Ia sudah membuang silet itu.

Jackson melangkah gontai menuju ruang tamu. Devany masih setia menunggu. Hari juga sudah hampir gelap.

Jackson menggulung lengan kemejanya dan membuka dua kancing atas.

"Bagaimana?"

Jackson duduk di sebelah Devany, ia memaksakan senyumnya.

"Maaf, Nak."

Jackson mengangguk.

"Jack, sebaiknya kita membawa Keyrin ke psikiater. Self-injury dilakukan untuk melampiaskan atau mengatasi emosi yang berlebihan. Kita tidak bisa membiarkan dia terus seperti ini. Bisa-bisa dia kehilangan nyawanya."

"Mungkin besok aku akan membawanya ke psikiater, Ma."

"Jack, kamu harus menyingkirkan bedan tajam dari rumahmu. Apa pun itu. Bila perlu, kamu juga harus memasang CCTV di kamar dan walk in closed. Ini tidak bisa dianggap remeh, Nak."

"Aku tahu, Ma." Jackson menarik pangkal hidungnya.

"Gelas, cermin, apa saja yang bisa dia gunakan untuk melukai dirinya sendiri. Tapi lumayan sulit, ya Nak. Rumah ini terlalu banyak kaca." Devany mendesah pelan.

"Ma, aku bingung."

"Pelan-pelan saja, Nak. Kalau rutin di bawa ke psikiater pasti Keyrin akan sembuh." Devany mengelus bahu Jackson.

"Kalau bisa, jangan biarkan dia sendirian di rumah, Nak." Devany berpikir sejenak. "Bagaimana kalau dia bekerja? Melakukan pekerjaan ringan saja. Pasti itu bisa mengalihkan pikirannya."

"Nanti akan kupikirkan, Ma."

"Nanti kalau kamu sudah selesai berpikir, kamu bawa saja dia ke toko kue Mama. Bagaimana?" Jackson menatap Devany sambil tersenyum tipis.

"Ide yang bagus, Ma."

"Setidaknya kalau kamu tidak bisa mengawasi dia, Mama bisa. Kamu tidak bisa mengawasi dia 24 jam." Jackson mengangguk. Yang dikatakan Devany memang ada benarnya juga. Keyrin tidak boleh sendirian dan Keyrin harus mengisi waktu luangnya.

"Jack, ada yang ingin Mama tanya."

"Tanya saja, Ma."

"Tadi Mama melihat kiss mark di leher Keyrin. Apa kamu yang melakukannya?" Jackson tersenyum salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Nak, jangan melakukan hal seperti itu lagi. Dia begitu polos, kamu ingin merusaknya?" Jackson langsung menggeleng. Devany menghela napas.

"Mama masak makan malam untuk kalian dulu, ya."

"Tidak perlu, Ma. Bagaimana dengan Papa?"

"Oh iya. Mungkin lain kali saja. Kamu tetap semangat, Jack." Devany mengelus kening Jackson yang berkerut.

"Mama pulang dulu, ya." Devany berdiri begitu juga dengan Jackson. Mereka melangkah menuju pintu utama.

"Mama hati-hati nyetirnya." Devany mengangguk. Ia masuk ke dalam mobil. Lalu pergi.

Jackson kembali masuk ke rumah. Pintu ia kunci. Kakinya melangkah menuju kamar Keyrin untuk melihat keadaan gadis itu.

Ternyata Keyrin masih tidur. Jackson duduk di tepi ranjang, menatap Keyrin yang tidur dengan pulas. Wajah itu terlihat lelah. Jackson meraih tangan Keyrin yang luka. Perbannya sudah dipenuhi darah. Dengan gerakan pelan dan hati-hati, Jackson melepas perban itu. Ternyata pendarahannya sudah berhenti.

SECRET OF JACKSONWo Geschichten leben. Entdecke jetzt