Ekstra Part 2: Foto

1.6K 72 5
                                    


Baca Part 7 ya, buat merefresh ingatan. Hihi.

Happy Reading~

~♡~

Azel melangkah perlahan mendekati pintu kamar Iqbal. Ia tidak ingin menimbulkan suara sama sekali. Iqbal sejak tadi diam di kamarnya, dan Azel penasaran atas apa yang tengah diperbuat pemuda itu. Mencurigakan.
Hal yang sangat ia curigai, karena biasanya Iqbal akan dengan pedenya mengganggu Azel di kamarnya atau bolak-balik berjalan di depan kamar Azel bagai setrika. Biasanya pemuda itu akan mencari cara untuk mengganggu Azel dan merecokinya hingga Azel geram. Iqbal dan Danang sudah sebelas-duabelas sekarang, ketika gabut melanda, Azel yang menjadi sasaran keisengan mereka.

Azel mendekatkan telinganya ke pintu kamar Iqbal. Kemudian dahinya berkerut. Hening. Tak ada suara apapun. Benar-benar mencurigakan.
Azel memberanikan diri menyentuh gagang pintu lalu mendorongnya. Seperti dugaannya, pintu itu tidak terkunci, jadi ia bebas masuk kapanpun. Kepalanya melongok masuk ke dalam kamar Iqbal.

Iqbal sedang tengkurap, membelakangi pintu. Entah apa yang pemuda itu lakukan. Namun Azel bisa melihat Iqbal seperti tersenyum sendirian lalu merenges, berikutnya bahkan seperti menahan tawa gemas. Azel melihat hal itu dengan kerutan di dahinya yang makin dalam. Apa Iqbal sudah gila?

Kini Azel sudah berada di samping ranjang Iqbal, dan pemuda itu masih belum menyadari keberadaannya.

"Bal, kamu sejak kapan jadi gila?"

Sesuai dugaan Azel, pemuda itu tersentak kaget. Bahkan ekspresinya lebay, Iqbal bahkan hampir terjungkal.

"Noona ngagetin aja!"

Azel terkekeh melihatnya.

"Sejak kapan Noona di sini? Tiba-tiba berdiri di samping ranjang kek apaan, aku kan kaget." Iqbal beranjak duduk. Matanya melotot, berniat memarahi Azel. Namun Azel tidak takut, justru malah terkekeh. "Ketawa lagi," geramnya.

"Lagian kamu cekikikan, senyum-senyum, kek orang kesambet," celetuk Azel. Ia masih terkekeh memandang Iqbal yang kini tampak kesal.

"Ngapain sih Bal?" Azel terkekeh melihat Iqbal yang merajuk. Matanya memandang sebuah benda yang sejak tadi dipegang Iqbal.

Itu selembar foto.

Azel menyipitkan matanya memandang foto itu. Foto itu tampak familiar baginya. Dan benar saja, ketika ia mendekat lagi, foto itu terlihat jelas. Mata Azel membelalak.
Iqbal yang sadar jika Azel mengetahui foto itu kini menyembunyikannya. Ditaruhnya foto itu di bawah bantal dan ia tekan agar Azel tidak bisa meraihnya.

"Bal minggir, kayaknya aku kenal foto itu deh," ucap Azel sembari menepuk keras-keras tangan Iqbal. Pemuda itu mengaduh, namun tetap bersikeras menahan tangan Azel yang hampir menyibak bantal.

"Enggak, Noona salah liat. Ini fotoku kok." Iqbal menindih bantal itu dengan kuat.

"Bal! Minggir gak?"

"Enggak."

"Iqbal!" Azel berseru dan menggeplak lengan Iqbal. Pemuda itu menjerit sakit karena memang pukulan Azel benar-benar menyakitkan.
Kecil-kecil tapi tenaganya kuat juga.

"Aw, Noona jahat banget sih!" Iqbal mengelus lengannya.

Azel meringis dan kini jadi merasa bersalah. "Lagian kamu malah main-main. Awas aku mau liat foto itu." Dan Azel berhasil menyingkirkan Iqbal dengan mendorongnya sedikit menjauh. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Dengan gerakan cepat ia menyibak bantal dan mengambil foto itu.
Matanya membelalak sekali lagi. Bibirnya menganga. "Heol! Kamu dapat dari mana foto ini?" Azel menatap Iqbal dengan kesal. Sedangkan Iqbal kini menciut di tempatnya, ia bahkan menunduk.

"E- anu-"

"Jawab!"

Azel memandang selembar foto yang kini berada dalam genggamannya. Itu foto Azel saat usianya sekitar empat tahun, saat masih TK. Ia ingat betul kapan foto itu diambil. Tepatnya saat ia, Danang, dan Mamanya berwisata air di Jakarta. Foto yang sangat dibencinya karena Azel merasa jijik melihat ekspresinya sendiri. Azel kecil memakai bikini sambil berpose duckface di depan kolam renang. Mamanya sendiri yang memotretnya. Mungkin untuk sebagian orang, foto itu terlihat menggemaskan, tapi baginya, foto itu benar-benar aib dalam hidupnya. Ia tidak  menyangka bahwa foto itu masih ada, karena seingatnya dulu Azel pernah menyuruh Reina untuk membakar foto itu.

"Mama." Azel meremas foto itu. Ia kini memandang Iqbal, memberi deathglare pada pemuda itu. Membuat Iqbal susah payah menelan ludahnya sendiri karena gugup ditatap Azel seperti itu.

"Eh Noona ... tunggu dulu. Jangan marah dulu." Iqbal mengangkat kedua tangannya. Ia memelas pada Azel. Sedangkan gadis itu tetap mengabaikannya.

"Engga. Ini tuh foto aib, Bal!" serunya. Ia mendekat ke arah Iqbal, tangannya ia angkat seolah ingin mencekik leher pemuda itu.

"Aib apanya? Lucu gitu. Gemesin banget."

"Enggak! Pokoknya ini aib!"

"Ampun, Noona!"

Iqbal beranjak dengan gesit dan berlari mendekati pintu.
Namun Azel juga tidak kalah cepat, gadis itu berhasil meraih gagang pintu lebih dulu, dan mengunci pintunya. Ia perlahan mendekati Iqbal dan memasang seringaian di wajahnya.

"AWAS KAMU, YA!"

"AMPOON NOONA!"

Begitulah sore itu kamar Iqbal berisi teriakan dari pemuda itu, dan tawa jahat Azel.

~♡~













Oh My Fiance! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang