3- Peringatan

4.7K 274 0
                                    

~♥~

"Let today pass and tomorrow come
I'll make you happy" -- For You (Lovelyz)

~♥~

Dibalik pintunya, Iqbal terkekeh geli mendengar teriakan histeris Azel. Iqbal berjalan mendekati tempat tidurnya, lalu merebahkan dirinya disana.

Awalnya Iqbal merasa sangat kesal karena orangtuanya bersikeras menyuruhnya untuk tinggal di kediaman Keluarga Om Aldo, padahal ia sudah terbiasa tinggal sendirian di rumah super mewah milik mereka. Ia juga tidak perlu takut mati kelaparan karena sedari SMP ia sudah dapat menaklukan dapur.

Bahkan Bunda dan Ayahnya sering meninggalkannya sendirian untuk dinas ke luar kota, dulu sewaktu ia masih kecil. Yang artinya Iqbal sudah terbiasa sendirian.

Tapi saat Bundanya mengatakan bahwa ia akan menempati kamar yang tepat di sebelah kamar Azel, entah mengapa ... akhirnya Iqbal jadi girang, dan langsung menyetujui permintaan kedua orangtuanya untuk menitipkannya di Keluarga Aldo.

Sekarang rasanya, ia justru tidak sabar menanti apa yang akan terjadi berikutnya di hari-hari ke depan.
Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali Iqbal merasa bersemangat seperti ini.

~♥~


Danang menggedor pintu di depannya berulang kali dengan tidak sabar. Sudah hampir habis kesabarannya membangunkan orang yang ada dalam kamar yang pintunya terdapat banyak stiker kecil bergambar boyband korea itu.

"Apa-apaan coba pake nulis di pintu, kalo gue dilarang masuk!"
Danang menggerutu tak jelas. "Bego emang si Azel, kalo semua cowok dilarang masuk, berarti Papa juga gak boleh masuk dong? Tapi nyatanya Papa sering keluar masuk," lanjutnya mulai mengurangi frekuensi ketukannya.

"Kak?"

"..."

"AZEL!"

"..."

"WEH, CUY! BANGUN, ELAH!"
"..."

"Ntar gak dikasih ijin sama Mama buat nonton konser boyband kesayangan lo, kalo masih suka telat bangun, baru tau rasa!"

"..."

"Ah, Bodo amat!" Kesabaran Danang sudah benar-benar habis sekarang. Ia memutar tubuhnya berniat kembali ke ruang makan, menghampiri Mamanya tersayang dan mengadukan kebiasaan buruk kakaknya itu.
Namun niatnya itu tertunda saat ia secara tidak sengaja berpapasan dengan Iqbal yang ternyata sudah berpakaian rapi dengan seragam sekolahnya yang dulu. Iqbal tersenyum tipis kemudian menyampirkan handuk bekas rambutnya ke bahunya.

"Azel susah dibangunin?" tanyanya.

Danang mengangguk. Mukanya masih sepet. Bibirnya dimanyunkan, membuat Iqbal terkekeh.

"Biar gue aja yang bangunin, bilangin ke Tante Reina, kita berdua nyusul."

"Tapi mas, Mama nyuruh Mas Iqbal langsung ke bawah. Biarin aja noh si Azel biar telat sekalian, siapa suruh bangunnya kesiangan," gerutu Danang. Cowok itu rasanya ingin menjambak rambut Azel sekarang.

"Tapi nanti kalo Azel telat ke sekolahnya, dia nggak bisa anterin gue ke ruang Kepsek, dong," kekeh Iqbal. Pemuda itu menepuk pundak Danang sebelum berujar, "Udah, urusan Azel... biar gue yang urus."

Akhirnya Danang menyetujui usulan Iqbal. Danang mengangguk mengiyakan.

Danang melangkah menuju tangga dan menghilang dari pandangan Iqbal saat cowok itu telah mencapai lantai dasar.

Iqbal memandang kamar di depannya. Tangannya mengayun pelan, memutar knop pintu, lalu mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci itu.

Saat berada di dalam kamar Azel, Iqbal tidak mendapati gadis itu ada di atas tempat tidurnya, tapi pemuda itu mendengar suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi.
Sekarang Iqbal yakin, Azel tadi tidak mendengar suara gedoran pintu bukan karena masih terlelap, melainkan karena berisiknya suara air dari shower di kamar mandinya.

Oh My Fiance! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang