8- Pesona Iqbal

3.4K 209 8
                                    


~♥~♥~♥~♥~

"I’m happy when i think of you
I’m happy when I look at you
When you pass by me, it feels like my heart will stop" -- Love At First Sigh (TINT)

~♥~

Azel mengernyit menatap punggung di depannya. Gadis itu berjalan perlahan, diam-diam memperhatikan Iqbal yang berjalan di depannya sambil memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana.

Dibelakangnya, sang Mama masih melambaikan tangannya dengan antusias saat mengetahui Azel menyetujui perintahnya untuk berangkat bersama dengan Iqbal. Azel nggak habis pikir. Mamanya baik sekali terhadap Iqbal. Padahal dengan cowok lain yang pernah dekat dengan Azel saja Mamanya akan memasang tampang sangarnya.
Termasuk pada Ilham.

Meskipun Ilham ini teman kecilnya yang artinya sudah lama sering keluar-masuk rumahnya, tapi Mamanya nggak bisa akrab dengan cowok itu.
Apa mungkin pesona Iqbal membuat Mamanya jadi klepek-klepek ya?

Hal aneh yang hingga detik ini membuatnya heran.

"Heh!"

Iqbal menghentikan langkahnya. Iqbal mengernyit mendapati Azel memandangnya dengan pandangan jijik.

Eh? Jijik?

"Apa?" tanya Iqbal.

Azel memutar bola matanya jengah. Gadis itu melangkah lebih dekat ke arah Iqbal. Tangannya bersidekap di depan dada sambil dagunya ia dongakkan. Menantang Iqbal yang malah santai.

"Kenapa sih? Aneh banget deh lo!"  Iqbal geram karena Azel tak kunjung bicara.

"Mau lo apa sih?!" tanya Azel.

Iqbal semakin geram saat Azel bertanya dengan muka nyolot dan nggak masuk diakalnya.

"Apanya, Azel?" Tapi Iqbal tidak bergegas menunjukkan kegeramannya. Pemuda itu malah bertanya dengan lembut dan nada yang dibuat-buat.

Azel memutar bola matanya kesekian kalinya. "Ngapain lo sok akrab gitu sama Mama?!"

Dahi Iqbal berkerut. Pemuda itu tertawa sedetik selanjutnya.

"Are you five, Fazlina? Lo kenapa nanya begitu sih ke gue? Lo cemburu Mama Rei jadi lebih sayang sama gue dibanding lo?" Lagi, Iqbal tertawa.

Azel mendengus dan semakin memajukan tubuhnya. Ia berjinjit ke arah Iqbal dan menarik kerah OSIS pemuda itu.
"Inget, ya! Lo itu cuma numpang di rumah gue. Dan lo nggak berhak bertingkah seenaknya di rumah gue, karena lo cuma tamu." Azel mendekatkan wajahnya ke arah Iqbal.

Bukannya takut, pemuda itu malah tersenyum manis. Manis sekali, yang sayangnya tidak ada efek apapun pada Azel.

"Lo mau apa?" Iqbal menyeringai. "Mau nyingkirin gue dari rumah itu?"

Azel tertawa sumbang. "Of course, ya! Gue udah gedeg banget sama kelakuan lo!"

"Tapi lo tunangan gue!" Iqbal melebarkan senyumannya.

Tarikan tangan Azel di kerah Iqbal mengendur. "Kenapa memangnya kalo gue tunangan lo?! Bukan berarti gue harus nurut kan sama lo!" Mata Azel mengerjap.

Iqbal tertawa. Ia menepis tangan Azel dari kerahnya dan menepuk-nepuk bekas tangan Azel, membuat Azel mendengus.

"Lo harus nurut sama gue. Gue kan tunangan lo!"

"Ih, ogah! Pokoknya lo nggak boleh berkeliaran di dekat gue, entah di rumah maupun di sekolah!"

"Kalo gue nggak mau?" Iqbal menaikkan alisnya.

Oh My Fiance! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang