12- Bunda Iqbal

2.8K 171 5
                                    


~♥~♥~♥~

"Tell me when you like me
Very very very much
Call me when I come up in your mind
Very very very often" -- Very Very Very (I.O.I)

~♥~♥~♥~♥~

"GUE BENER-BENER GAK PERCAYA!"

"MASIH GAK PERCAYA!"

"Sumpah demi apa kalian berdua itu tunangan?!"

Azel terkekeh menyaksikan kedua sahabatnya yang juga tengah menatapnya, lewat sambungan video call di layar tabletnya. Ekspresi keduanya lah yang membuat Azel gemas. Apalagi saat keduanya sama-sama mendelik sebal dengan tangan terkepal dan raut tidak ikhlas mereka.
Dalam hal ini, Azel merasa senang karena secara tidak langsung membuat kedua sahabatnya itu iri terhadapnya.

Azel menggeleng sekali lagi sebelum berucap, "Kalian nggak perlu segitunya kalik."

Irma menggeleng dramatis di sebrang sana, dan kemudian layar beralih dan menampakkan raut yang sama dari Ica.
Azel tertawa girang.

"Gue nggak mau tau, lo harus ceritain semuanya, titik!"

"Kapan-kapan ya. Enggak janji gue." Azel memeletkan lidahnya.

Irma mendelik dan Ica memasang raut herannya.

"HARUSS!!!!"
Teriak keduanya dari sana, dan Azel lagi-lagi tertawa riang.

Cklek

"Kak, dipanggil Mama di bawah. Buruan, GPL!"

Brak

Azel mendengus menyaksikan tingkah kurang ajar adiknya. Danang ini benar-benar bertingkah seenaknya padanya. Azel jadi kasihan melihat pintu kamarnya yang sering jadi bulan-bulanan Danang, entah itu ketika adiknya menggedor-gedor pintu itu, atau saat Danang menggebrak bahkan membantingnya.

"Eh, Zel, lo udah ngebuktiin kalo kalian itu tunangan, tapi gue masih penasaran tentang Iqbal. Fotoin Iqbal pas lagi tidur, dong... "

Azel bersumpah, bahwa itu adalah ucapan teralay dari Ica yang pernah didengarnya.

~♥~♥~♥~

Ketika Azel menuruni tangga, Azel bisa melihat Mamanya tengah mengobrol dengan Iqbal dan seorang wanita sebaya Mamanya. Azel menebak bahwa wanita itu adalah Bundanya Iqbal.

Jadi sebelum benar-benar menapakkan kakinya di tangga terakhir, Azel merapikan rambut dan blousenya yang kusut, dan dengan reflek mengusap wajahnya yang sedikit berminyak.

Meskipun Azel tidak menyukai pertunangannya dengan Iqbal, tapi apa salahnya bila Azel berlaku baik dan tampil cantik di depan Bundanya Iqbal yang baru sekilas dilihatnya itu.

Iqbal menengadahkan kepalanya begitu menyadari keberadaan seseorang di samping sofanya.
Pemuda itu tersenyum manis sekali hingga menular pada Azel yang melihatnya.

"Sini, kak. Duduk di sebelahku."
Iqbal menepuk-nepuk sofa di sebelahnya, dan hal itu secara langsung menjadi pusat perhatian dua wanita disana.

"Iya," balas Azel sambil tersenyum. Gadis itu mengangguk kecil saat bersitatap dengan Bundanya Iqbal.
"Tante," sapanya.

Wanita itu tersenyum. Azel dapat melihat bulan sabit yang tercetak di mata Bundanya Iqbal sama persis seperti milik Iqbal. Dan Azel akui, Bunda Iqbal benar-benar cantik. Nggak heran jika Iqbal seganteng itu.

Azel akhirnya duduk di sebelah Iqbal karena sofa di sebelah Mamanya sudah diisi Bunda Iqbal. Apalagi Danang yang datang tiba-tiba dan menyerobot sofa incarannya. Azel harap Iqbal nggak akan ambil kesempatan dalam kesempitan saat mereka duduk bersebelahan seperti ini.

"Jangan panggil Tante, panggil Bunda aja, Azel," kata Bundanya Iqbal begitu Azel tepat mendaratkan bokongnya di samping Iqbal.

Azel tersenyum canggung. Ia menyelipkan rambut panjangnya dan melirik Iqbal yang saat itu juga tengah menatapnya.
Azel memberikan death glarenya pada Iqbal, tapi malah ditanggapi dengan kerlingan dari Iqbal.

"Iqbal pasti ngerepotin kamu ya, selama ini?" tanya Bundanya Iqbal. Ada jeda sebentar sebelum wanita itu melanjutkan. "Maaf ya atas sikap Iqbal yang agak manja dan nyebelin itu. Pasti Iqbal manja ke kamu sama Mama kamu, kan?"

Azel meringis.
Azel ingin sekali mengiyakan, dan berteriak keras-keras pada Bundanya Iqbal bahwa ia menyetujui semua perkataan Bundanya Iqbal, tapi masa Azel mau bilang begitu? Kesannya nggak sopan. Jadi Azel hanya meringis kecil dan menjawab, "Nggak kok, Tan-eh, Bunda. Iqbal baik. Nggak ngerepotin."

Semua yang ada disana tertawa menanggapi ucapan Azel. Tidak terkecuali Iqbal.

"Bunda, aku nggak ngerepotin siapa-siapa kok. Termasuk Kak Azel." Diam-diam tangan Iqbal merayap naik ke pundak Azel dan hinggap disana. Iqbal melirik Azel ketika mengucap 'Kak Azel'.

Azel mendengus sebal. Ditatapnya Iqbal yang masih santai merangkul pundaknya. Azel mendelik, tapi Iqbal tetap tidak peka. Jadi gadis itu memutuskan untuk memberikan pelajaran untuk Iqbal.
Sedikit injakan di kaki tidak apa-apa kali, ya?

"Bunda mau ke luar Jawa lagi ya? Bunda betah banget sih disana, padahal nggak ada hal bagus yang bisa disawang disana, contohnya aku," canda Iqbal tiba-tiba.
Azel yang semula ingin merealisasikan apa yang ada di pikirannya, jadi terhenti. Ditatapnya wajah Iqbal yang dalam canda tersirat tatapan sedih disana.
Entah itu benar-benar tatapan sedih atau bukan, yang jelas, rangkulan Iqbal di pundak Azel ikut turun seiring dengan perubahan raut wajah Iqbal yang berubah.

"Iya, sayang. Bunda mau balik lagi kesana, karena Ayah kamu masih belum ijinin Bunda balik ke Bogor. Jadi Bunda harus nyusul Ayah kamu besok pagi."

Azel mendengarkan dengan khitmad percakapan ibu dan anak itu.
Tapi percakapan itu terhenti saat Bundanya Iqbal tiba-tiba menatapnya dan berkata, "Azel, setelah ini bisa kita bicara berdua?"

Azel tertegun di tempatnya.

~♥~♥~♥~

Azel memandang Wanita  di depannya yang meskipun berkepala empat namun masih tampak cantik. Azel tersenyum canggung. Ia memilin pelan ujung kaosnya untuk melampiaskan kegugupannya.
"Bunda tau hal ini begitu memberatkan kamu. Bertunangan dengan seseorang yang lebih muda dari kamu dan juga asing bagimu, Bunda yakin itu membuat kamu nggak nyaman, iya kan?"

Azel diam tak bergeming. Gadis itu masih menanti kelanjutan perkataan dari Bundanya Iqbal.
Bundanya Iqbal menarik napasnya sebelum berkata lirih, "Maaf karena membuat kamu nggak nyaman dengan keadaan ini."

Azel tercengang, tapi sekali lagi ia hanya diam.
"Bisa Bunda minta tolong sama kamu?"
Meski canggung, Azel tetap menyuarakan isi dalam otaknya. "Apa Bunda?"

"Bisa tolong jaga Iqbal?"

~♥~

S

enin, 5 Desember 2016
Aster

Oh My Fiance! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang