36- Ujian dan Kebiasaan Buruk

714 60 13
                                    

36

"Youre beautiful
Don't we look good together?
I always imagine it like this,
You be with me, with me." ---- Beautiful (BTS)

~♥~

Iqbal tersenyum memperhatikan keduanya. Pikirannya yang sejak tadi sudah ke mana-mana karena membayangkan Ilham akan kembali menyakiti Azel, akhirnya terpatahkan. Nyatanya kini gadis itu, tunangannya, bisa tersenyum dan mengobrol dengan santai. Tidak secanggung sebelumnya.
Iya, sejak tadi Iqbal memperhatikan keduanya, bahkan sejak Ilham menyapa gadis itu dan mengajaknya duduk di kursi. Meski samar dan terbatas jarak, Iqbal masih mengerti terkait apa percakapan keduanya. Bukannya menguping, hanya saja ingin memastikan apakah Noona-nya akan baik-baik saja setelah menemui Ilham.
Dan, rasa khawatirnya kini melebur entah ke mana. Ia tersenyum melihat senyum Azel.

Ia melihat Azel dan Ilham beranjak dari kursi. Keduanya melangkah dengan perlahan. Lalu, Azel tiba-tiba tersandung batu, yang entah disengaja atau tidak, Ilham langsung menangkapnya. Pemandangan di depannya kini membuatnya hilang senyuman.
Bergegas ia menghampiri keduanya.

"Eh, eh. Udah, udah. Jangan pegang-pegangan kayak gitu." Ia menepuk tangan Ilham yang masih bertengger di pundak Azel. Iqbal memberi tatapan death-glare pada Ilham, yang notabene-nya lebih tua darinya. Benar-benar tidak ada sopan santunnya.

Ilham meringis kecil diberi tatapan seperti itu. Kemudian memperhatikan Iqbal di depannya, yang tengah memegang pundak Azel sembari membolak-balikan badan gadis itu, seolah memeriksanya.

"Noona enggak apa-apa, kan?" tanyanya.

Azel menyentak lengan Iqbal. "Gak pa-pa." Ia tersenyum. "I'm okay."
Azel kini membalik badan menatap Ilham. "Kita berdua pulang duluan, ya, kak."

Ilham hanya tersenyum kecil. "Kita masih bisa chat loh. Ingat janji kamu."

"Okey." Azel nyengir dan mengangguk.
Ia menarik lengan Iqbal dan beranjak dari taman. Pemuda di sampingnya kini malah mengintrogasinya.
"Janji apaan?" tanyanya.

Azel hanya diam.
Dan bukan Iqbal namanya jika ia tidak kepo. "Apa Noona? Ih."

"Apaan sih? Kepo." Azel tertawa. Mood-nya benar-benar baik hari ini.

"Ah, Noona."

Ilham melihat interaksi keduanya dengan senyuman. Ia bahkan melihat bagaimana pemuda bernama Iqbal itu sangat menyayangi Azel. Iqbal merubah Azel jadi kembali ceria setelah kepergiannya. Yang ia yakini, pasti sangat susah menanggapi juteknya Azel. Ia saja hampir menyerah dan pasrah membuat Azel kembali seperti dahulu. Jadi ia bisa membayangkan perjuangan Iqbal meraih hati gadis itu.

"Jaga Azel, Bal."

~♥~

"Zel, nomer dua apaan?"

Azel hampir bereaksi heboh tatkala sebuah bola kertas secara mengejutkan dilempar ke arahnya. Pelakunya itu Ica. Gadis itu, yang hanya berjarak dua bangku di depannya, membalikkan badannya dan memanggil-manggil Azel sejak tadi.

Rasanya Azel ingin mengadu saja ke pengawas ujian. Tetapi, karena ia baik hati, tidak sombong, rajin menabung, dan tidak pelit, jadi ia hanya mengacungkan tangan. Jemarinya membentuk huruf, jawaban soal yang diinginkan Ica.

"Okey." Ica mengerti. Kemudian membalikkan badannya kembali.

Suasana di ruang ujian setiap harinya seperti sekarang. Gaduh, namun tidak begitu kentara. Dan pengawas hanya diam saja. Apalagi saat ini yang sedang mengawasi itu guru olahraga mereka, sudah jelas mereka senang bukan main. Jangan ditiru, ya!

"Bal," bisik Deon. Ia menjaga suaranya agar tidak terlalu terdengar oleh pengawas.
"Bal, elah."

Iqbal yang berada persis di depan pengawas, mengangkat kepalanya. Namun ia bingung, antara ingin memutar kepalanya atau tetap diam.

Tapi kasian Deon. Batinnya benar-benar berpihak pada Deon.

Jadi, ia memberanikan diri memutar kepalanya ke belakang, setelah memastikan guru itu tidak memperhatikan tingkahnya.
Deon berbisik-bisik meminta jawaban, namun Iqbal malah tidak memperhatikan temannya itu. Tatapannya justru berakhir pada gadis di sebelah Deon.

Gadis itu fokus mengerjakan soal ujiannya. Ia memasang raut bermacam-macam yang mengingatkan Iqbal pada hari saat mereka belajar bersama. Tanpa sadar ia menyungging senyum. Dan semakin lebar saat gadis itu menyelipkan rambutnya --yang hari ini diurainya-- ke belakang telinganya.

"Cantik," batinnya.

Saat tahu Noona-nya itu sebangku dengan Deon, Iqbal benar-benar terkejut. Harusnya ia saja yang duduk dengan Azel. Namun dengan mengingat-ingat akibat jika ia duduk sebangku dengan Azel saat ujian berlangsung, akhirnya ia mengalah dan pasrah. Bisa-bisa sepanjang waktu ujian, ia hanya berakhir memandangi Azel. Ia akan berakhir tidak bisa fokus mengerjakan soal ujiannya sendiri. Bisa gawat, kan?

Deon geram pada Iqbal padahal ia sudah berhasil membuat pemuda itu menoleh ke belakang setelah beberapa hari jual mahal. Sekarang Iqbal dengan tidak berperasaannya  malah memandangi gadis di sebelahnya.

Dasar teman kurangajar!

"Iqbal!"

Dan bisikan Deon pada akhirnya berubah jadi teriakan.

Iqbal kaget dan mendelik. Pun gadis itu.
Oh, jangan lupakan seluruh murid di ruang itu dan sang guru pengawasnya!

~♥~




Youre beautiful~
Ada yang tau lirik lagu inggrisnya Beautiful yang di atas tuh? Lagunya BTS kok wkwk.

Jangan lupa vote dan komennya ❤


Oh My Fiance! [COMPLETED]Where stories live. Discover now