34- Aku Selalu Bersama Noona

745 60 13
                                    

"Will you just please stay by my side?
Should I try to run to you?
I want to know the way you feel about me
That’s the only thing I need
I can’t imagine a day without you" --- Should I Confess? (Soyou - Ost. Playfull Kiss)

~♡~

08967xxxx
Azel, sepulangnya kamu dari sekolah, kita bisa bicara?

Azel mengerutkan dahinya membaca pesan tersebut. Ia mengingat-ingat empunya siapa nomer tersebut. Namun semakin ia mengingat, semakin ia tidak bisa mengingatnya. Baru lah setelah sang pengirim pesan mengirimkan pesan selanjutnya, Azel mengenalinya.

08967xxxx
By Ilham

Azel memutar bola matanya jengah. Nomor Ilham yang terakhir kali ia simpan sudah diganti pemiliknya. Padahal bahkan sebelumnya ia sampai memblokir kontak dengan cowok itu, namun sekarang cowok itu masih berusaha menghubunginya dengan nomor lain. Azel memandang Ica dan Irma.

"Kenapa?" tanya Irma ketika melihat raut wajah Azel berubah. Kini mereka tengah istirahat. Hanya lima belas menit hingga kemudian mereka harus bergegas kembali belajar untuk ujian mata pelajaran selanjutnya.

"Kak Ilham kirim pesan."
Azel mencebikkan bibirnya. Ia menatap ibu kantin yang jualan batagor dengan senyum tipis. "Terima kasih, Bu," katanya sembari menerima seplastik batagor.

"Mau bicara apaan coba?" seru Ica sembari membaca teks dalam ponsel Azel. Suaranya tadi lumayan nyaring hingga membuat beberapa orang melirik. Namun selanjutnya mereka acuh.

"Enggak tau." Azel mengedik bahu.

"Barangkali ingin menyelesaikan masalah kalian?" Irma melirik Azel. "Ya, siapa tau, kan?"

Azel balas meliriknya. "Iya juga. Gue sebenarnya ngerasa sedikit bersalah, karena hubungan kami pada akhirnya harus begini."

Ica menganggukan kepalanya. "Enggak apa-apa kalau begitu. Temui aja, Zel," sarannya. Ia membawa plastik batagornya dengan hati-hati.

Azel menatap keduanya. "Haruskah?" tanyanya ragu.

Kedua sahabatnya itu mengangguk yakin.

~♡~

"Noona pulangnya bareng aku?"

Selepas seluruh murid menyelesaikan ujiannya, mereka bergegas pulang ke rumah masing-masing untuk menyiapkan ujian besok hari. Termasuk Iqbal yang bergegas menghampiri Azel di ruang ujian, karena anehnya semua murid sudah menyelesaikan ujiannya dan menyisakan mereka berdua saja.
Bahkan Ica dan Irma sedari tadi susah melambaikan tangan mereka, berpamitan pulang.

Azel melirik Iqbal yang menatapnya antusias. Ingin rasanya Azel berjalan pulang sendirian hari ini, namun ia juga tidak tega membiarkan pemuda itu pulang sendirian.
Jujur, sejak mengerjakan soal-soal ujian tadi ia tidak bisa fokus. Betapa menyebalkannya karena harus memikirkan pesan yang Ilham kirimkan. Rasanya pikirannya terpecah menjadi bercabang. Mendadak pusing sendiri.

Namun, setelah melihat Iqbal yang terus tersenyum menunggu jawabannya, Azel akhirnya menjawab, "Iya, lah, dari tadi aku nungguin." Azel tersenyum lembut.

"Ternyata kita seruangan ya," kekeh Iqbal. Ditatapnya Azel yang sejak tadi menatap koridor kelas di depannya. "Aku juga baru tau pas Adit tadi bilang. Dan makin terkejut pas masuk ke ruangan." Ia menyengir.

Azel balas menatapnya. "Iya, Bal," sahutnya singkat.

Sial! Kenapa kini hati dan pikirannya tidak tenang? Ia masih memikirkan pesan Ilham. Masih berpikir terkait pembicaraan yang dimaksud cowok itu. Menduga-duga perihal apa hingga dirinya harus diundang ke taman itu lagi. Iya, taman yang sudah setahun ini bahkan tidak pernah dikunjunginya lagi, meskipun jaraknya dekat dari rumahnya.

Oh My Fiance! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang