35- Tali yang Terajut Kembali

680 50 12
                                    

"I’ll forget about the past times where I only looked at you like a fool
I want to forget the past times
So I ’ll just be myself" --- Be Myself (Apink)


~♥~

"Azel, udah lama?"

Suara di belakangnya membuat Azel terkesiap kecil. Ia membalik badan memandang sosok yang memanggilnya. Ilham tersenyum di sana, namun terlihat agak canggung. Ia meringis karena sadar sudah terlambat dari perjanjian awal.

"Yuk duduk." Tangannya mempersilakan Azel untuk menduduki kursi panjang yang setahun lalu juga mereka duduki.

Azel melihat arah tangan Ilham. Gadis itu mengangguk kecil. Sebenarnya ia sama canggungnya dengan Ilham. Mengingat hubungannya yang --belakangan-- kurang baik dengan Ilham, kecanggungan pasti sangat kentara di antara keduanya.

Sekali lagi ia merasa dejavu saat bokongnya menyentuh kursi. Ingatan setahun yang lalu tiba-tiba terputar. Azel susah payah menelan ludahnya sendiri. Tenggorokannya tercekat. Apa keputusannya untuk menemui Ilham ini  salah?

"Kamu udah lama di sini?"
Pertanyaan Ilham membuat Azel menyudahi pikirannya. Gadis itu melirik sekilas Ilham.

"Maaf ya, aku telat," lanjut Ilham sembari meringis.

"Enggak, kok," sahut Azel singkat. Entah ia jadi bertambah susah bicara dengan cowok di sebelahnya.

Ilham menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Oh, begitu."

Setelah itu hening. Baik Azel ataupun Ilham bingung untuk memulai percakapan. Benar-benar seperti orang yang baru berkenalan. Dalam hati, Azel tidak menyangka bahwa hubungan pertemanannya dengan Ilham, yang sudah terjalin belasan tahun, bisa dalam sekejap terasa asing baginya.

Tidak betah berlama-lama dalam keheningan, Azel memberanikan diri membuka suara. "Apa yang ingin Kak Ilham bicarakan?" tanyanya. Ia melirik Ilham sekilas kemudian menatap rumput di bawah kakinya. Dipikir rumput jauh lebih menarik daripada cowok itu.

Ilham tampak berpikir sejenak. "Emm-- Sebenarnya, aku ingin meminta maaf atas perbuatan setahun lalu." Ia menatap Azel. "Lalu, mencoba membujuk kamu untuk memperbaiki hubungan kita," ucapnya lagi, kali ini berhasil membuat Azel menoleh ke arahnya.

"Aku udah maafin Kak Ilham," kata Azel. "dan memperbaiki hubungan kita yang bagaimana maksud Kakak?" sambungnya.

"Memperbaiki hubungan seperti dulu lagi, eh jangan sebal dulu-- maksudku ... aku ingin kita enggak canggung seperti sekarang. Kita sudah berteman sejak kecil, kan, Zel? Aku merasa sedih semenjak hubungan kita jadi begini." Ilham berkata panjang lebar. Ditatapnya Azel yang raut wajahnya sudah tidak setegang tadi. Gadis itu menggigit kecil bibirnya. Sejenak berpikir.

"Aku bersyukur kamu udah maafin aku. Sungguh, aku benar-benar berterima kasih karena kamu udah maafin aku," sambungnya. "Tapi aku merasa ini salah. Memutus tali hubungan seperti ini salah, Zel, makanya aku kembali mencoba membujuk kamu."
Melihat Azel hanya diam, Ilham melanjutkan bicaranya.

Gadis di sampingnya mengangguk kecil. "Benar kata Kakak. Aku juga sebenarnya sedih karena hubungan kita akhirnya berakhir seperti ini," jelas Azel. Ia mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk. Matanya menatap mata Ilham. Bibirnya menyungging senyum, meski masih samar.
"Aku menyayangkan hubungan belasan tahun itu berakhir bagai dua orang asing," lanjut Azel. Ia menghela napas sebelum kembali berujar, "Jadi, aku akan menerima bujukan itu. Aku ingin kita bisa seperti dahulu lagi."

Ilham tersenyum lebar. Matanya balas menatap Azel. Ia berujar tulus, "Aku benar-benar minta maaf, ya."

Azel mengangguk.

"Aku ninggalin kamu sendirian di tengah hujan hari itu dan kudengar kamu sakit sehari setelahnya. Bukannya menjenguk dan berpamitan, tapi aku malah langsung pergi ikut orangtuaku ke luar kota."

Azel mengangguk kedua kali.

"Aku tahu perasaanku terlambat, tapi aku akan kubur dalam-dalam semuanya. Karena aku tahu, kamu udah bahagia dengan Iqmal."

Azel mengangguk kesekian kalinya. Namun tiba-tiba ia terkesiap. "Iqbal, kak. Bukan Iqmal."

"Eh?" Ilham lagi-lagi menggaruk belakang kepalanya. "Iya, itu maksudku." Ia meringis.

Azel tertawa kecil.

Melihat gadis itu tertawa, Ilham ikut terkekeh.
"Jadi, kita ... udah baikan?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alis.
Ia menunggu jawaban Azel.

Azel tampak berpikir. Namun setelahnya ia mengangguk berulang kali. Hal itu membuat Ilham tersenyum semakin lebar.
"Iya."

"Yes!" Ilham meninju angin. Kemudian malu sendiri saat Azel memperhatikannya.

Dengan ini, sekarang mereka tidak perlu merasa canggung seperti sebelumnya. Tidak perlu merasa seasing kemarin. Tidak perlu seaneh duduk bersama seperti sekarang. Entah mengapa, Azel bersyukur.
Ia benar-benar bisa tersenyum dengan lega. Benar-benar bisa tidur dengan nyenyak. Tidak menyimpan rasa sakit hati dan dendam lagi. Seindah itu ternyata memaafkan seseorang.

"Eh, aku juga mau bilang sesuatu lagi." Ilham tiba-tiba berujar. "Aku keterima beasiswa di luar negeri dan akan ke sana dalam beberapa pekan lagi."

Ada jeda sebentar.
"Kali ini aku pamit dong," candanya.

Azel terkesiap. "Oh iya? Ke mana?" tanyanya. "Hebat banget kakak bisa diterima seperti itu."
Ia tidak menyangka hari ini Ilham akan sekaligus berpamitan dengannya.

"Korea."

Azel menganga kecil. "Wah, daebak!" Ia mengacungkan kedua jempolnya lalu menyengir. "Titip dong, kak. Bawain ahjussi-ahjussi ganteng dari sana."

Ilham tertawa kecil. "Om-om?" tanyanya. "Emang sejak kapan seleramu om-om? Lah itu si Iqbal mau dikemanain?" canda Ilham.

"Ahjussi-nya yang kek Lee Min Ho atau Gong Yoo gitu, loh. Enggak tua amat." Azel terkekeh.
"Eh iya, lupa nanya. Jurusan apa, Kak?"

"Bentar aku inget dulu, ribet namanya," sahut Ilham. Setelah berpikir ia melanjutkan, "Bachelor Degree in Political Science and Information System."

Azel mengangguk-angguk sok paham. Padahal bahasa inggrisnya pas-pasan. "Ah, iya."

Ilham hanya terkekeh. "Gitu deh pokoknya. Searching aja di google penjelasannya," ledeknya. Ia tahu Azel setelah ini akan mencari dengan detail.

"Di universitas apa?" tanya Azel. "Setauku tuh yang dijadiin drama korea tuh yang viral itu ada tiga. Orang-orang Korea menjuluki dengan SKY. Apa kakak di salah satunya?"

Lagi, Ilham mengangguk.
"Iya dong, jelas." Ia pura-pura sombong. "Yonsei University. Keren, kan?"

"Dih." Azel gantian pura-pura jijik.

Setelahnya, mereka bertukar obrolan dengan perasaan biasa. Tidak secanggung sebelumnya. Hal yang sangat disyukuri keduanya, mereka kembali merajut tali itu. Tali yang sempat terputus. Tali yang susah payah harus dirajut kembali setelah sekian bulan. Tali itu, yang melilit keduanya hingga kesusahan tidur dan tersenyum dengan baik.
Sekarang, tali itu, kembali mengikat. Namun dalam ikatan yang berbeda dari sebelumnya.
Azel bersyukur.

~♥~


Karena kemarin aku ga post, maka hari ini spesial dua part ya. 😊😘
Lanjutkeun ke next part~>
Jangan lupa vote dan komennya ya. Karena dengan itu aku semangat nulis :)

Aster

Oh My Fiance! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang