28- Pohon Kersen dan Sekotak Martabak

934 73 9
                                    

"I’m OK
Don't worry about me
You don't have to mind about me
I'm used to be alone
I’m OK" -- I'm Ok (Ikon)

~♥~♥~♥~

Azel baru memasuki kelasnya dan dua orang begitu heboh menyambutnya. Dua orang itu langsung menarik kedua lengan Azel kemudian mendudukkan gadis itu ke tempat duduknya, membuat Azel kebingungan. Namun setelah salah satu dari keduanya melontarkan pertanyaannya, rasanya Azel menggetok kepala dua orang di hadapannya itu.

"Benar kalau kemarin Kak Ilham ke rumah lo?"

"Kak Ilham balik lagi ke sini?!"

Keduanya kini bertanya dengan ekspresi heboh.

"Ih, Azel jawab dong!"

"Iya, jangan bikin kita berdua penasaran gitu dong!"

Kedua orang itu kini malah menggoyang-goyangkan tubuh Azel, seolah dengan cara itu bisa membuat Azel berbicara. Azel memutar bola matanya jengah.

"Iya. Dia dateng ke rumah. Puas?"
Dengan sekali hentak, Azel menyingkirkan kedua lengan yang sejak tadi menggelayut di lengannya. Azel menaruh tas selempangnya dengan acuh bahkan ketika dua orang itu cengo di tempatnya.

"Kenapa dengan ekspresi kalian?"
Azel mengangkat sebelah alisnya.

"Ca? Ir?" Azel mengibaskan tangannya di hadapan keduanya.

Ica dan Irma masih terpaku. Kini mereka malah memerosotkan bahu mereka.

"Kenapa dia harus balik pas lo udah sama Iqbal?" Ica mencebikkan bibirnya, menatap melas ke arah Azel.

"Dia seenak jidatnya aja. Blegug emang. Ninggalin pas lagi sayang-sayangnya dan sekarang balik lagi. Emang dikata hatinya Azel tuh kos-kosan apa yang bisa seenaknya ditinggalin?!" Kini gantian Irma mencak-mencak.

Hal yang sejak tadi singgah di pikiran Azel akhirnya bisa ia salurkan. Tangannya secara spontan menjitak kedua orang di depannya. Mereka mengaduh dan menatap Azel tidak terima.
"Aduh! Azel!"

Mendapati keduanya kesakitan, Azel justru terkekeh. "Lagian kalian ini apaan sih? Lebay banget sumpah!"

Ica mengelus pelipisnya. "Emang beneran udah ga ada apa-apa?"

"Maksudnya?" Azel mengerutkan dahi.

"Ya ... perasaan lo ke cowok itu, emang beneran udah ilang?"

Azel mengabaikan pertanyaan Ica dan malah mengeluarkan buku dari dalam tasnya. "Kalian udah ngerjain PR? Gue nyontek dong."

"Azel ..."

Azel menutup dengan sekali hentak. "Udah ilang. Gue udah hilang respect ke dia."
Azel menatap keduanya dengan bersungut-sungut. "Udah sekarang ga usah dibahas lagi okay? Mana liat PR-nya."

Irma mengambil buku dari dalam tasnya dan menyerahkan ke Azel. "Yakin? Beneran udah ilang?"

Azel yang menerima buku bersampul biru milik Irma kegirangan. Ia langsung menyalin PR temannya itu. Semalam ia tidak bisa tidur lagi, dan akibatnya ia jadi lupa menggarap PR. Padahal Sosiologi ini pelajaran yang menurutnya gampang, dan pantang menyontek, tapi emang dasarnya Azel aja yang males.

Gadis itu mengibaskan tangannya di hadapan Irma. "I'm Okay, jangan bahas hal itu lagi. Toh udah ada Iqbal, jadi ngapain gue masih menaruh hati sama cowok yang udah ninggalin gue di taman sendirian di tengah hujan?"

Pulpen di tangannya tiba-tiba terhenti. Azel tersentak perkataannya sendiri.
Iya, cowok itu sudah terlalu jahat meninggalkannya sendirian dan bahkan menolak perasaannya tanpa rasa kasihan sedikitpun. Jadi seharusnya memang Azel sudah tidak mempunyai perasaan apa-apa pada cowok itu, kan?

Oh My Fiance! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang