13- Call Me Noona

2.8K 209 6
                                    

~♥~♥~♥~

"It felt like you were going to rob my heart
Okay, I will allow you in
Only you
You're the only one
I can't even say a word to" -- Puss In Boot (Astro)

~♥~♥~♥~







Langit-langit kamarku menjadi satu-satunya hal paling menarik yang kupandangi sekarang. Dua jam yang lalu aku berniat untuk tidur, tapi hingga saat ini aku masih terjaga. Sialnya lagi, aku semakin kepikiran perkataan Bundanya Iqbal tadi siang.

Kira-kira apa ya maksud dari "menitipkan Iqbal kepadaku"?

Ah.. semakin kupikirkan, aku semakin bingung. Yang aku heran, perkataan itu rasanya terdengar seperti "Bunda akan pergi jauh, apa bisa titip Iqbal selamanya?"

Aku menggeleng kuat-kuat menepis pikiranku itu. Bukan itu artinya, kan?

Tenggorokkanku terasa kering, dan aku akhirnya melangkahkan kakiku keluar kamar, aku berniat mengecek apakah masih ada beberapa botol minuman yang sengaja aku sisakan tadi siang.

Aku hampir berteriak saat secara nggak sengaja melihat sosok berjalan di depanku. Di dalam kegelapan ruang dapur, aku masih bisa melihat Iqbal membuka kulkas, mengambil sebotol es jeruk, dan meneguknya sambil berdiri. Bukannya menghampirinya atau menegurnya, aku malah diam mematung masih memperhatikannya. Iqbal kini menuju balkon di area ruang makan. Iqbal membuka jendela besar penghubung ke arah balkon dan membiarkan angin malam menerbangkan gorden juga rambut hitam kecoklatan miliknya.

Niatku untuk mengambil minuman kuurungkan, aku jadi keasyikan mengamati tingkahnya. Rasa haus di tenggorokkanku sudah kuacuhkan. Dan entah sihir apa yang Iqbal gunakan, aku merasakan kakiku melangkah mendekat ke arahnya. Kini aku dapat memandang Iqbal dari samping. Iqbal memejamkan matanya. Kurasa Iqbal juga nggak bisa tidur sepertiku.

"Gue tau kalo gue ganteng, tapi nggak perlu segitunya lo natap wajah ganteng gue."

Aku terkesiap. Iqbal tiba-tiba membuka matanya dan menarik tanganku hingga wajah kami benar-benar hanya berjarak sekepal tangan.
Oh, nggak! Ini nggak boleh terjadi!
Aku nggak boleh goyah dengan debaran jantungku saat ini!

"Sejak kapan lo disitu?"
Pertanyaan Iqbal membuatku terkesiap. Aku mengerjapkan mataku dan menghempaskan tangannya. Mengambil jarak sejauh mungkin dan menyandarkan tanganku ke pegangan balkon, aku menatap air tenang kolam renang di bawah balkon, kemudian berdecih sambil berkata, "Siapa juga yang ngeliatin lo?! Ge-er! Tadi gue juga mau ngambil minum."

Iqbal tersenyum menatapku. Ia bergeser sedikit demi sedikit ke arahku, aku tahu niatnya menggodaku. Tapi aku nggak bisa dekat-dekat dengannya, aku takut aku kembali goyah. Jadi setiap dia bergeser ke kanan, aku pun ikut bergeser. Hingga aku terdesak.

Dan aku menyerah.

"Gue nggak bisa tidur," kata Iqbal tiba-tiba.

Aku nggak sadar, tapi entah sejak kapan posisi kami yang tadinya benar-benar menempel, kini Iqbal sendiri yang membuat jarak.
Iqbal kembali memandang langit malam, seolah itu satu-satunya hal paling menarik yang langka. Lalu pemuda itu tersenyum.
"Dan senengnya lo juga nggak bisa tidur sekarang. Berarti lo bisa nemenin gue," ucap Iqbal.

Aku menatapnya sekali lagi, wajah Iqbal begitu polos dari samping. Sekarang aku mengakui wajar bila Ica dan Irma begitu mengagumi Iqbal dan ngefans padanya, Iqbal memang ganteng. Dan kenapa aku baru sadar sekarang ya?

Oh My Fiance! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang