25- Tidak Terduga

1.6K 115 24
                                    

"For me, our memories
It looks like a memorable gift." -- Bye (GFRIEND)

~~

Aku masih melongo melihat mata Iqbal yang seketika tertutup. Iqbal kini menggerakkan bibirnya dan mulai memagut lembut bibirku. Aku terkesiap. Kemudian aku mulai menutup mataku. Yang kutau saat ini jantung dibalik dadaku bertalu-talu sangat kencang. Kupikir jantungku sampai ingin mencuat keluar dari rongganya.

Eh tunggu, tadi bukannya Iqbal sedang tidur ya?

Begitu aku membuka mataku lagi, Iqbal menyudahi ciumannya. Pemuda itu dengan santainya kembali tidur, dan malah menarikku mendekat ke arahnya. Sudut bibirku tertarik. Aku kini berada di dekapannya, berbaring bersama di atas tempat tidur.
Seharusnya aku mendorongnya menjauh atau menendangnya, kan? Namun badanku malah diam. Bisa gawat jika besok ada yang memergoki kami.

Sebuah kalimat terlontar dari bibir Iqbal sebelum aku akhirnya ikut memejamkan mata bersamanya, samar-samar aku mendengarnya.
"Aku sayang Noona."

~♥~


Mataku mengerjap-ngerjap. Aku menggerakkan badanku yang kaku, kemudian menguap dan mengecap-ngecap. Sekian detik terdiam untuk mengumpulkan nyawa, barulah kesadaranku kembali. Aku memelotot menyadari masih berada di kamar Iqbal.
Badanku sudah ditutupi selimut Iqbal. Menoleh ke kiri, aku melihat Iqbal yang mengamatiku sambil menopang dagunya.

"Selamat pagi," sapanya enteng.

Aku berjengit kaget dan langsung duduk dari tidurku. Kutatap Iqbal yang kini malah cekikikan sendiri.

"Noona tidur seperti bayi," katanya lagi.

Mau tak mau aku ikut tersenyum canggung padanya. Aku melirik sekitar. Rupanya masih subuh. Sebelum kami kepergok, aku harus bergegas kembali ke kamarku.

"Aku balik ke kamar, Bal."

Selepas mengatakan kalimat itu, aku buru-buru melompat. Tak sadar selimut Iqbal kulempar ke wajahnya. Biarin aja deh, lagian dia juga salah semalam karena membiarkanku tidur disana.

"Hati-hati nanti kesandung." Iqbal memperingatkan.

Aku menutup pintuku dengan cepat. Masih berdiri di balik pintu, aku meraba dadaku. Lagi-lagi jantungku berdegup dengan kerasnya. Ini semua gara-gara Iqbal! Aku nggak tau apa aku sanggup berbicara santai dengannya lagi?

"Canggung banget," eluhku. Aku mengacak-acak rambutku, dan langsung melompat ke tempat tidur. Berguling-guling disana dan membungkus diri di balik selimut. Kemudian aku menendang-nendang udara dengan kaki masih terbungkus selimut. Wajahku memanas.

"Awas kamu, Bal!" teriakku di pagi buta.

~♥~

"Loh Noona udah berangkat?"

Iqbal menghampiri meja makan dengan sudah berpakaian rapi. Matanya menelisik meja makan, ada sayur sop hangat di sana. Asapnya masih mengepul, dan harumnya membuat perut Iqbal bergejolak minta diisi.
Danang yang tengah menyantap ayam gorengnya mendongak. "Iya udah. Baru aja."

Iqbal memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu karena hari ini ada mata pelajaran olahraga. Ia menatap Danang. "Makan jangan buru-buru gitu dong."

Danang hanya nyengir. "Makan, Mas."

"Dimakan, Bal." Kali ini Reina yang menawarinya.

"Iya, Ma," balasnya langsung mengangkat piring untuk mengambil nasi.

"Wah, sekarang Mama punya dua anak lelaki! Tanpa harus melahirkan dulu," canda Danang. Cowok itu terkekeh di akhir kalimatnya.

Reina sontak menggetok kepala cowok itu dengan sendok. Ia mencibir. Lalu mengabaikan Danang dan memandang Iqbal lagi. "Yang banyak ya makannya."

Oh My Fiance! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang