[#EXOFFIMVT2019] ZANIA GARDEN_HAE WON

8 0 0
                                    


Hae Won

Oleh Zania Garden

Siang ini udara di Yeonsu-gu, Incheon masih cukup dingin. Awal musim semi ini, aku mulai menanam bunga Magnolia putih dan sedikit sayuran di balkon kecil depan kamarku. Aku menatap keluar dari balik jendela kamar sambil mengepang rambut ikalku. Kulihat burung-burung kecil bertengger di dahan pohon Ginkgo. Ocehannya yang saling bersahutan sedikit mengobati kesepianku. Meskipun ini hari Minggu tetapi mama tetap bekerja agar bisa mendapatkan upah lembur. Mamaku adalah single parent, kami hanya tinggal berdua di apartemen kecil sewaan dengan satu kamar tidur.

Baru saja aku akan menyalakan televisi, tiba-tiba terdengar suara ponselku berbunyi. "Hem, telepon dari siapa ya?" celetukku. Tiba-tiba aku merasa was-was bila terjadi sesuatu dengan mamaku. Aku angkat ponselku, kulihat ternyata temanku Sonbook melakukan panggilan video lewat Kakao Talk.

"Halo, Sonbook," ucapku dengan lega. "Hai, Hae Won. Apa kamu di rumah?" tanya Sonbook. "Ya, ada apa?" tanyaku dengan mengernyitkan kening. "Aku dan Jung-Hwa sedang berjalan-jalan, bolehkah kami mampir ke tempatmu?" kata Sonbook sambil menyibakkan rambutnya yang panjang. Kulihat melalui tampilan video, temanku bernama Jung-Hwa tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. Sonbook sering bilang jika Jung-Hwa sudah ia anggap seperti kakak laki-lakinya meski usianya masih 18 tahun, sebaya dengan kami. "Ya, tentu saja," jawabku sambil membalas lambaian tangan Jung-Hwa. "Baik, tunggu kami ya!" kata Sonbook. Aku acungkan jempolku sambil tersenyum dan kulihat tampilan video menjadi gelap.

Aku lalu bergegas menuju dapur "Oh, apa yang harus kuhidangkan untuk mereka?" tanyaku pada diri sendiri. Kubuka lemari es, kulihat mama masih menyimpan ikan Tuna dan ada sedikit Kimchi. Otakku berpikir keras apa yang bisa kumasak dengan kedua bahan makanan itu. "Oh iya, kenapa aku tidak mencoba resep baru yang diajarkan mama kemarin. Chamch-kimchi-jjigae!" ucapku sambil menjentikkan jari. Dengan sigap, aku lalu mulai memasak.

Lima belas menit kemudian, kudengar pintu bel berbunyi. "Untung sudah matang!" kataku sambil mematikan kompor. Aku bergegas berlari ke ruang tamu. Sambil tersenyum pintu kubuka, kulihat Sonbook dan Jung-Hwa berdiri di depan pintu. "Hae Won, akhirnya kami sampai juga di tempatmu! Tadi kami kira apartemenmu masih di lantai bawah. Kami pun salah ketuk pintu apartemen orang lain, untung dia mengenalmu. Jadi dia memberitahu kalau kamu tinggal di lantai dua," ucap Sonbook dengan muka kesal. "Maaf, aku lupa memberitahu kalian jika aku pindah ke lantai dua," kataku sambil menepuk kening. Aku benar-benar merasa bersalah.

Aku bergegas masuk dan memanggil mereka untuk mengikutiku. Dengan sedikit kikuk, aku mempersilahkan kedua temanku untuk duduk di bantal-bantal kecil yang telah kupersiapkan. "Maaf, kalian harus duduk di bawah. Kami tidak memiliki kursi tamu," kataku dengan tersipu malu. "Ah sudahlah, tidak perlu minta maaf. Ini juga nyaman buatku," ucap Jung-Hwa yang sedari tadi diam sambil membetulkan kacamatanya. Ia lalu duduk memojok dan bersender ke tembok.

Aku lalu mengalihkan pandanganku pada Sonbook, kulihat ia sedang mengibaskan tangannya seakan-akan membersihkan bantal tempat duduknya. Kugigit bibirku. Aku merasa diriku sebagai debu itu. Sonbook adalah anak orang terpandang. Ia tinggal di rumah yang besar dengan orangtua lengkap. Kulitnya putih halus seperti mannequin berbeda jauh dengan kulitku yang kemerahan dan kusam. Aku membayangkan kami sangat berbeda seperti langit dan bumi. Oh bukan, seperti titik debu dan rembulan.

"Hae Won, apa kamu sakit?" tanya Sonbook sambil tertegun heran melihatku. "Tidak apa-apa," kataku setengah terkejut. Aku pura-pura membenahi posisi dudukku agar tak bertatapan mata dengan Sonbook. "Apa kamu belum makan, Hae Won? Kamu terlihat pucat," ujarnya masih dengan nada keheranan. Tiba-tiba aku teringat masakan yang tadi kusiapkan untuk mereka. "Ya, tadi aku sudah makan. Aku bahkan telah mempersiapkan makanan untuk menyambut kalian," kataku dengan gugup. "Benarkah?" sahut Jung-Hwa dengan kencang. Aku dan Sonbook pun lalu tertawa berbarengan. "Apa ada yang salah dengan perkataanku?" tanya Jung-Hwa dengan malu.

#EXOFFIMVT2019Where stories live. Discover now