[#EXOFFIMVT2019] NURUL ARIFAH_Kumenangkan Hari Kita di Neraka

3 0 0
                                    


Kumenangkan Hari Kita di Neraka

"Jaga adik-adikmu. Mama titipkan mereka padamu", kudengar samar-samar perkataan terakhir nenek pada papa kala itu di rumah sakit. Kulihat ia sangat terpukul atas kepergian nenek. Beberapa tahun yang lalu, ia adalah seorang duda dan memiliki enam orang anak yang masih SD dan SMP. Aku merupakan putra sulung dikeluarga ini. Aku sesaudara tinggal bersama om dan tante yang berjumlah delapan orang beserta sepupu-sepupuku di rumah besar yang dibangun atas kepemilikan papa. Entah bagaimana kisahnya ibu kandungku meninggalkan kita semua. Itu berjalan begitu cepat hingga aku menyadari bahwa aku telah kehilangan salah satu dari mereka. Akhirnya aku dan adik-adikku diasuh oleh papa. Papa adalah pengacara termasyhur di kota ini. Beberapa kali ia dipercaya untuk menangani kasus-kasus penting. Bukan hanya sekali ia terbang dari ujung ke ujung sisi Korea meninggalkan kami beberapa hari. Itu bukan masalah besar bagiku. Masalah terbesarnya adalah ketika papa lelah dan mulai bermain dengan wanita-wanita cantik itu. Tak jarang pula ia mengenalkan salah satu atau dua padaku. Namun aku menoolak mentah-mentah untuk menjadikannya mama baruku.

Hari berganti bulan, ia masih suka bertemu dengan wanita-wanita murahan itu. Kami, anak-anaknya cukup menutup mata, telinga, dan mulut sambil terus fokus pada pendidikan kami. Pada suatu hari, entah angin apa yang membuatnya ingin mengunjungi sebuah desa terpencil. Ia berkata padaku bahwa semalam ia bermimpi aneh.

Suatu hari di tempat yang berbeda. "Jangan takut, aku tidak akan melukaimu. Tolong beri aku makanan. Aku lapar." Kata seekor burung besar yang serupa dengan burung garuda. Ia hinggap ke pundak gadis itu. Keesokan paginya, ia lupa akan mimpi aneh itu untuk sejenak. Setelah membuatkan bapaknya kopi, ia menyapu lantai dari depan sampai belakang, kegiatan rutinnya. Ketika ia melintas di depan bapaknya yang sedang membaca koran, seketika ia teringat akan mimpinya semalam dan menceritakan padanya. Demi mendengar cerita dari putrinya itu, bapaknya seketika bangkit dari sandaran kursi rotannya dan menutup koran itu. Ia tertegun sejenak lalu berkata pada putrinya. "Suatu saat nanti, akan ada pemuda hebat yang datang melamarmu."

Berminggu-minggu setelahnya. Di siang hari yang terik, ia duduk dibawah pohon yang rindang bersama ibu-ibu petani sayuran lainnya. Mereka sedang istirahat dan menyantap bekal makan siang masing-masing sambil menghirup nafas lega sejenak. Kim Yoe Sun juga membuka bungkusan nasi dan lauknya. Seketika itu anjing penjaga ladang juga ikut duduk disebelahnya, berteduh dari sengatan matahari. "Gamja, kau lapar? Ayo makan bersamaku." "Sudahlah, jangan hiraukan anjing itu. Dia bisa mencari makan sendiri. Lebih baik kau makan saja bekalmu yang sedikit itu. Kau masih memerlukan tenaga untuk setengah hari selanjutnya bukan?" kata salah satu ibu-ibu didekatnya. Yoe Sun hanya tersenyum simpul tidak menghiraukan.

Waktu makan siang sudah habis, ia dan rekan-rekannya kembali bekerja di bawah hantaman sinar raja siang itu. Ia mengambil topi rotannya dan meraih cangkul. "Apakah ibumu masih berjualan jamu tradisional itu?" Yoe Sun mengangguk mengiyakan. Di tengah-tengah kesibukan mereka, melintaslah sebuah mobil keluaran terbaru. "Lihat! Lihat! Tampan sekali dia! Andaikan saja dia menjadi menantuku, pasti aku tidak akan melakukan pekerjaan ini", seru salah satu ibu-ibu itu, terkesima. Yoe Sun hanya melihat sekilas mobil mewah itu, tidak tertarik. Ia kembali mengusap peluhnya di dahi yang menetes kearah matanya dan membuatnya sedikit perih.

Hari sudah petang ketika ia kembali kerumah. Ia memang terlalu rajin dalam bekerja. Ia tidak seharusnya melakukan pekerjaan berat ini. Orang tuanya masih mampu mengais uang untuk kebutuhan kelima anak-anaknya. Walau usianya masih 25 tahun, namun kerja kerasnya melebihi wanita-wanita diusianya. Hari sudah gelap dan hanya sedikit lampu yang menerangi desa itu namun ia dapat memastikan bahwa ada sebuah mobil yang sedang terparkir di halaman rumahnya. Ia mendekat dan mengamati. "Ada apa dia kemari? Apakah bapak mempunyai hutang padanya?"

#EXOFFIMVT2019Where stories live. Discover now