[#EXOFFIMVT2019] NIDA RAFA AROFAH_MAKE A WISH

3 0 0
                                    


Make a Wish

Oleh : Nida Rafa Arofah

If you never try, you will never know

Hanya satu permintaannya. Hidup bahagia. Alih-alih merasa bahagia ia justru merasa semesta sedang mempermainkan kehidupannya. Kanvas langit hari itu tak sebiru siang hari, warnanya mulai menjingga sedikit keunguan karena ulah matahari yang mulai turun keperaduan. Duduk termenung sambil menikmati angin senja yang meniup pori-pori kulitnya yang ia butuhkanhanya sebuah ketenangan dan aliran tenang sungai di bawah sana sudah cukup membuat hati resahnya sedikit tenang. Dulu ia hanya pemuda naif yang sangat berambisi namun semakin dewasa pemikirannya berubah. Karena ambisi itu ia memilih hidup jauh dari keluarga. Hidup sebatang kara hanya karena sebuah impian. Awalnya mungkin ia sangat berambisi karena jiwa mudanya yang masih berkobar. Semangatnya pun kala itu demikian namun setelah menjalani ia baru menyadari ada lubang besar yang menghadang jalannya. Jalan menuju impiannya tak semudah itu. Ambisinya seolah menguap seiring waktu. Seiring semakin rumitnya dunia yang ia jalani. Hidup memang tidak mudah. Bahkan untuk sebuah harapan yang ingin ia wujudkan dibutuhkan pengorbanan yang teramat besar. Kemudian lubang itu seolah semakin membesar ketika ia menerima pesan dari sang adik beberapa hari yang lalu.

Oppa. Don't you miss home?

Dad said he missed you.

Benarkah ayah merindukannya? Mungkin saja itu hanya sekadar tipuan karena sepertinya jika ia pulang ke rumah hanya cacian yang akan ia dapatkan karena telah menjadi anak durhaka. Ia bahkan tidak tahu bagaimana kondisi keluarganya saat ini. Jadi pantaskah ia untuk pulang setelah sekian lama memilih pergi.

Namanya Yang Jeongmin. Dua tahun sudah ia meninggalkan keluarganya di Australia demi sebuah impian. Layaknya anak muda seusianya, Jeongmin yang kala itu berambisi besar harus menelan kenyataan pahit jika impiannya tidak disetujui oleh sang ayah. Alasannya klise. Jeongmin merupakan anak laki-laki satu-satunya di dalam keluarga sudah semestinya ia mewarisi usaha keluarga namun alih-alih belajar bisnis Jeongmin justru lebih tertarik dengan dunia perfilman. Dan karena impiannya itu ia harus berperang dingin dengan sang ayah dan berakhir memutuskan melanjutkan studinya di negara di mana kedua orang tuanya berasal. Korea Selatan. Ia nekad kabur menuju negara yang jauhnya berpuluh mil dari negara kelahirannya demi mengejar impian. Berbekal uang tabungan selama bekerja paruh waktu di Australia pun bantuan sang kakek yang jelas merasa berat hati melepas cucunya itu. Jeongmin membelah langit, melintasi samudra dan merelakan kehidupan mewahnya, bahkan rela hidup seorang diri di negara yang masih buta di memori otaknya. Walau keturunan Korea asli, Jeongmin tak pernah sekali pun mengunjungi negara tanah leluhurnya. Keluarganya seolah memutuskan semua hal yang berhubungan dengan Korea. Dan kini tanpa sanak saudara yang ia kenal. Jeongmin nekad hidup di Korea seorang diri.

Jeongmin yang sedari tadi melipat kertas menjadi sebuah origami berbentuk perahu akhirnya menyelesaikan tugasnya. Berjalan mendekati air sungai kemudian berjongkok, ia arungkan perahu kertas itu. Kemana pun perahu itu pergi semoga saja perahu itu akan membawa serta keinginannya. Sebuah permintaan yang tak pernah ia akui. Bertemu dengan keluarganya. Walau hati kecilnya ingin sekali bertemu namun ia terlanjur kecewa pada ayah.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Jeongmin bertanya sedikit mengbentak tak terima tatkala perahu kertasnya yang belum lama mengarung justru diambil seseorang.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Tuan Jonathan Yang?"

Gadis itu menatap perahu kertas buatan Jeongmin kemudian tertawa kecil seolah perahu itu adalah sebuah candaan yang sangat lucu dan karena hal itu membuat Jeongmin setengah tak terima mahakaryanya menjadi sebuah lelucon. Omong-omong perihal mahakarya membuat Jeongmin kembali mengingat karya filmnya yang dianggap rendahan karena harapan besarnya yang ingin membawa karya film itu ke festival film bertaraf internasional. Banyak orang yang meragukan kualitas dan kemampuan kerjanya. Seolah karya film yang ia hasilkan merupakan karya murahan yang tidak pantas bersanding dengan deretan film berkualitas lainnya dari seluruh penghujung dunia. Apa begitu rendahnya seorang Jeongmin? Selain ayah kandungnya sendiri, orang lain pun meragukan jerih payahnya.

#EXOFFIMVT2019Where stories live. Discover now