[#EXOFFIMVT2019] Mitsu_Meet With You, Juyeon

3 0 0
                                    


Meet With You, Juyeon

"Abang ... ayo ke kantin bareng aku."

"Gak bisa, In Ping. Abang lagi kena remedial." Akhirnya aku hanya bisa menerima kepergian kakak sulungku. Kulihat punggungnya yang semakin jauh dan berbelok menuju ruang wakasek. Kenapa dia tidak belajar dengan baik? Kini aku tak tahu harus ke mana bila sendiri.

Getaran hebat membuyarkan rasa kantukku. Tanganku meraba-raba sumber getaran tadi hingga kutemukan sebuah benda pipih bermerek S*ms*ng di saku rokku. Aku melihat nama kontak yang menelponku, Sanni Jang. Kenapa dia menelponku?

Lantas aku menekan ikon hijau dan ku tempel di daun telingaku. "Ada apa, Sanni Jang?"

"Haloo, In Ping." Dasar Sanni Jang, setiap dia berbicara denganku selalu seperti ini, manja. "Hari ini guru bahasa Korea kita gak masuk. Dia kasih tugas mencari artikel tentang politik. Kita ngerjainnya di perpus mau gak?"

"Di perpus?" Lantas aku berbalik dan berjalan menuju gedung serba rak buku yang ada di depanku. Sekitar 30 langkah mungkin sampai. "Emang kamu udah ada di sana?"

"Err ... belum sih." Sanni Jang terkekeh renyah. "Tapi kamu ke sana aja dulu. Nanti aku nyusul sambil bawa buku punya kamu. Oke?"

Aku hanya menggumam malas sebagai jawaban. "Cepetan." Dan layar ponsel kembali menampilkan wallpaper foto keluargaku semasa liburan di pantai. Setelah sampai di depan perpustakaan, kulepaskan sepatu pantofel hanya menggunakan ujung kaki.

Begitu masuk, terlihat isi gedung kecil ini penuh akan buku paket pelajaran. Entah itu di rak buku, atas rak buku, sampai di lantai dan gudang pun ada buku paket pelajaran. Aku tak tahu alasan pustakawan membiarkan buku paket lama berdebu di gudang, tapi teknologi sudah canggih. Mungkin sebagian orang lebih memilih membaca lewat benda canggih semacam ponsel atau laptop.

Tapi alasan aku ingin meluangkan waktu di ruangan bercat kuning ini karena aku merasa sedang bermeditasi.

"Hai, In Ping." Seorang pemuda dengan blazer biru gerau menoleh dengan senyum ramah. Mata sipit yang selalu menambah kesan ramah, aku menyukainya. "Sendirian aja?"

"Gak." Aku mengangkat bahu sambil terus berjalan menuju bangku dekat seseorang. Kutarik kepala kursi dikala pandangan menatap orang itu lama-lama. Sampai bokong mendarat di pangkuan kursi pun aku masih memandang sosok dengan wajah ditutupi buku paket matematika.

Setiap aku menyalakan ponsel di sini, aku selalu membaca moto yang selalu terpampang jelas di layar utama. Terkadang begitu aku baca, apa aku bisa menyakini dengan moto buatanku sendiri? Pasalnya aku menulis moto yang berupa ...

Apakah aku bisa menyatakan cinta pada Juyeon?

Mungkin untuk sebagian orang pasti dengan mudah menjawab pertanyaan demikian. Apalah daya diriku yang selalu memendam perasaan ini.

"Kamu yang cantik badai kayak Putri bangsawan mau-maunya sama si maniak api? Dasar gila kamu!" Seperti itulah yang mereka katakan ketika aku curhat pasal pria yang aku sukai, apalagi kakak-kakakku yang semuanya bergender jantan.

Membayangkan wajahnya saja sudah membuat tubuhku panas-dingin seperti kena meriang. Yah ... walau berpostur paling pendek di antara pelajar pria lainnya, beda cerita kalau sifatnya yang sedikit kepala batu.

Hee? Kenapa aku memikirkan dia?! Langsung saja kuketuk kepala berulang kali sambil mengucap sumpah serapah. "Dasar In Ping bego! Dasar In Ping bego!"

"In Ping." Suara lembut nan berat dari si pustakawan itu menarik perhatianku. Walau sebatas menoleh, tetap saja aku bermikik bak anak kecil yang memelas minta permen lolipop. Kulihat dia menghadap padaku dan mengerling ke kiri, seperti menandakan adanya tamu. Bahkan dia melotot padaku, apa maksudnya?

#EXOFFIMVT2019Where stories live. Discover now