[#EXOFFIMVT2019] SHIRLEYDU_SARANGHAE, OPPA!

Magsimula sa umpisa
                                    

"Mianhada, apakah anda Mia eonni?" tanya seorang pria muda mengejutkanku. Wajahnya tidak berbeda jauh dengan Chung Hyeon. Tubuhnya lebih kurus, lebih jangkung, dan warna rambutnya lebih kuning. Pria itu menatapku lekat, bahkan terlalu dekat hingga aku terperanjat.

Astaga! Aku pasti sempat tertidur!

Kuusap bibirku yang sedikit basah. Mungkin aku tertidur sambil mengeluarkan air liur ... sungguh memalukan! Pria itu tertawa melihatku. Bola matanya yang coklat dan senyumnya yang mempesona membuat jantungku berdetak kencang. Aku pernah bertemu dengannya ... tapi di mana?

"Aku Chung Hee, adik Chung Hyeon." Pria itu langsung duduk di sampingku dan kembali tertawa.

"Apa yang lucu?" gerutuku tak mengerti. Kalau dia tertawa karena tampangku waktu tidur tadi, itu namanya keterlaluan!

"Kamu!" serunya sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. "Aku tahu kamu bukan pacar Chung Hyeon Hyung. Mudah-mudahan kamu juga tidak naksir dia."

"Memangnya kenapa?" tanyaku masih dengan nada kesal.

"Karena aku naksir kamu sejak pertama kali datang ke Korea," ujar Chung Hee. "Hyung juga tahu itu."

"Haha! Lucu!" ejekku. "Kita belum pernah ketemu! Kalau kamu hanya ingin berterima kasih kaena aku sudah membantu kakakmu, bukan begitu caranya! Ini waktu yang salah untuk bercanda ... annyeonghi gaseyo!"

Aku berbalik, berniat pulang dan meninggalkan mereka. Chung Hee sudah ada di sini, buat apa aku tetap menanti Chung Hyeon siuman?

"Tunggu! Biar aku antar ... please?" seru Chung Hee sambil menjejeri langkahku.

"Bagaimana kalau Chung Hyeon Oppa bangun?" tanyaku.

"Hyung bisa meneleponku. Pihak rumah sakit juga sudah kuberi nomorku kalau terjadi sesuatu. Kita makan dan minum dulu di kedai kopi, ya! Aku traktir!" Chung Hee menarik tanganku menyusuri koridor ke luar rumah sakit. "Aku tak mau kehilangan kamu lagi!"

Alisku terangkat. Chung Hee pasti bercanda!

Tak butuh waktu lama hingga kami tiba di sebuah restoran yang cukup besar. Aku tahu, ini kesempatan makan enak setelah beberapa bulan berhemat. Biasanya, aku hanya makan tteokbokki jalanan dan sejenis nasi kebal dari mart Seven-eleven. Jadi, makananku hari ini harus setimpal dengan harga yang dibayar Chung Hyeon karena sudah membuatku bolos kerja!

"Sejak berpisah di Incheon, aku beberapa kali cari kamu di Seoul. Kukira kamu kuliah di Seoul!" Chung Hee menatapku dengan pandangan itu lagi. Ya Tuhan ... sekarang aku ingat mata itu. Dia pria yang duduk di sebelahku di pesawat ke Incheon! Dia juga pria pertama yang kutaksir sejak menginjakkan kaki di pesawat menuju Korea! Tapi ....

"Kenapa kamu cari aku?" tanyaku curiga.

"Waktu itu kamu terus tanya tentang sekolah di Korea. Kita sampai lupa tukaran nomor ponsel. Terus terang, sejak itu aku selalu ingat kamu. Bodohnya aku ... kenapa tidak mencarimu ke Cheonan?" gumamnya sambil menepuk jidat. "Sejak kapan kalian saling kenal?"

Pertanyaannya membuatku tersipu. Apakah tadi pagi sebenarnya aku tanpa sadar mengajukan permohonan saat meniup lilin?

"Dengan Hyung-mu? Aku tinggal di asrama dekat kampus. Aku juga masuk kelas bahasa di Cheonan. Jadi aku sering bertemu Chung Hyeon Oppa."

"Hm ... tapi kamu sudah memanggilnya Oppa!" protes Chung Hee.

"Dia lebih cocok kupanggil Oppa, kan?" Chung Hee ingin protes lagi, tapi ponsel di tangannya berbunyi. Chung Hyeon sudah siuman, pihak rumah sakit menghubungi Chung Hee agar segera kembali ke rumah sakit.

Sebenarnya aku ingin pulang ke asrama, tapi Chung Hee sama sekali tak mau melepasku. Lucunya, perasaanku pada Chung Hee mulai hadir kembali. Ah! cinta memang aneh!

"Dowa jusyeoseo gamsahabnida, terima kasih atas bantuan anda," ujar Chung Hyeon sopan saat melihatku dan Chung Hee tiba.

"Cheonman-eyo ... sama-sama." Aku membungkuk hormat. Chung Hyeon menatapku dan Chung Hee bergantian. Tiba-tiba dia tertawa.

"Ileon! Igeos-eun dangsin-i malhaneun Indonesia sonyeoibnida," kata Chung Hyeon pada Chung Hee. "Jadi ini wanita Indonesia yang selalu kamu ceritakan."

Aku menatap Chung Hee yang tersenyum malu-malu. Wajahnya yang memerah membuat Chung Hyeon semakin gencar menggodanya. Aku sendiri tengah sibuk mengatur kupu-kupu yang beterbangan di perutku. Benarkah aku mencintai Chung Hee?

"Dia anak rajin. Kalau kamu tidak pernah membicarakannya, mungkin sudah lama aku mengajak Mia pacaran," goda Chung Hyeon lagi.

"Oppa ... tahu namaku?" tanyaku takjub. "Bagaimana mungkin?"

"Selama ini, diam-diam aku menyelidiki Mia. Aku kasihan pada Chung Hee. Dia merengek setiap hari, memintaku mencari wanita Indonesia yang ditaksirnya tahun lalu. Menyusahkan sekali!" gurau Chung Hyeon. "Sebetulnya hari ini aku mau mempertemukan kalian, tapi kepalaku sakit. Kalian memang berjodoh."

Aku tersipu. Bagiku, baik Chung Hyeon atau Chung Hee sama saja. Mereka berdua memiliki sinarnya sendiri. Aku sama sekali tak keberatan menjadi kekasih salah satu dari mereka. Tapi ... aku memang menyukai Chung Hee sejak dulu.

"Hei!" tegur Chung Hee tiba-tiba. "Apa yang kamu lamunkan?"

"Oh ... tidak apa-apa!" aku tergagap. "Sebaiknya aku pulang. Masih ada pekerjaan yang harus kulakukan. Oppa juga masih harus istirahat. Annyeonghi gaseyo."

"Aku juga ... Hyung, aku akan antar Mia, lalu kembali ke mari," pamit Chung Hee. Chung Hyeon melambai sambil tersenyum manis.

Chung Hee meraih jemariku, dan menggenggamnya sepanjang koridor rumah sakit. Jantungku berdetak kencang, sementara jemariku berkeringat.

"Aku tak akan melepasmu lagi kali ini," tukas Chung Hee. "Mulai sekarang, kamu juga bisa memanggilku Oppa."

"Oh ya? Annyeonghaseyo, Oppa!" godaku.

"Eonni, saranghae," bisiknya.

Dalam sekejap, koridor rumah sakit berubah menjadi taman bunga yang indah bagiku. Suara mesin pemacu jantung dan derak roda ranjang rumah sakit jadi lagu cinta yang indah. Segala masalah keuangan dan nilaiku yang jeblok menghilang dari ingatan, yang ada hanya tatapan lembut mata coklat Chung Hee dan senyuman manisnya.

"Saranghae, Oppa," bisikku.  

#EXOFFIMVT2019Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon