[#EXOFFIMVT2019] SHIRLEYDU_SARANGHAE, OPPA!

Start from the beginning
                                    

Tepat sebelum menyeberang jalan, mataku menangkap bayangan seorang pemuda yang melangkah dengan limbung. Sebelum mencapai mobil mewahnya, pria itu jatuh dan tak sadarkan diri. Astaga! Itu Chung Hyeon! Tanpa pikir panjang lagi, aku segera berlari menghampiri.

"Oppa!" teriakku panik sambil berusaha membangunkannya. Tapi Chung Hyeon sama sekali tidak merespon panggilanku. Matanya tertutup rapat, wajahnya pucat dan napasnya sangat lemah.

"Kamu kekasihnya? Cepat bawa dia ke rumah sakit!" seru seorang pria paruh baya sambil menghentikan taksi. Aku belum sempat menjawab, tapi pria itu sudah memasukkan Chung Hyeon ke dalam taksi dan mendorongku masuk.

"Cepat!" teriaknya pada pak sopir.

"Gamsahamnida, Ajeossi," ucapku dari dalam.

Astaga! Betapa bodohnya aku! Bagaimana nasibku sendiri? Aku sama sekali tidak membawa uang, dan Chung Hyeon tidak mengenalku! Ini seperti mimpi buruk dan indah sekaligus!

"Oppa ...." Aku berusaha menggoncang-goncangkan tubuh Chung Hyeon lagi, tapi pria itu tetap diam. Dia juga tidak menyimpan nama dengan embel-embel ayah, ibu, kakak atau adik di ponselnya. Bagaimana bisa aku menemukan mereka dari sekian banyak nama di kontaknya?

Sebelum aku sempat menelepon Monik, Vivi, atau Lia, ponsel Chung Hyeon berbunyi. Segera kuberikan benda itu pada sopir taksi.

"Mianhada, Ajeossi, saya kurang pandai bahasa Korea. Bisakah Anda menjawab ponselnya?" tanyaku sesopan mungkin. Aku bukan pendengar dan pembicara bahasa Korea yang baik, jadi aku takut salah bicara dengan orang tua, atau siapapun yang menelepon Chung Hyeon.

Sopir itu menyambut ponsel dari tanganku dan membicarakan kejadian hari ini pada orang tua Chung Hyeon. Dari bahasanya, aku tahu kalau itu ibunya.

"Silakan bicara saja langsung pada kekasihnya ...." ujar sopir itu sambil mengulurkan kembali ponsel Chung Hyeon padaku.

"Maaf merepotkan, Miss," tukas Ibu Chung Hyeon. "Kami masih di Amerika. Tolong jaga Chung Hyeon sampai kami kembali ke Seoul. Maaf, siapa namamu?" tanyanya.

"Mia, Ajumma," jawabku hati-hati. "Tentu. Saya akan menjaganya."

"Terima kasih banyak, Mia. Senang sekali akhirnya Chung Hyeon punya kekasih. Tenang saja, akan saya telepon Chung Hee segera. Sampai jumpa!"

Aku terperangah. Cobaan apalagi ini? Apakah aku harus gembira, atau bersedih? Mereka benar-benar mengira aku kekasih Chung Hyeon! Bagaimana kalau Chung Hyeon bangun dan mengetahui semuanya?

Mobil sudah tiba di IGD, sudah jelas aku juga tak mungkin masuk kerja. Selain tidak menerima upah hari ini, aku juga sudah kehabisan uang. Siapapun yang dipanggil Chung Hee oleh Ibu Chung Hyeon belum terlihat di tempat ini. Lalu ... bagaimana aku membayar taksi sekarang?

Tunggu dulu! Bukankah Chung Hyeon anak orang kaya?

"Mianhae," bisikku sambil merogoh dompet di saku Chung Hyeon dengan hati-hati. Walau bagaimanapun, aku harus minta maaf karena mengambil uangnya tanpa ijin. Apa boleh buat, aku tidak punya uang untuk membayar taksi.

"Gamsahabnida, Ajeossi," tukasku sambil menyerahkan tiga lembar uang won seribuan yang kuambil dari dompet Chung Hyeon, sesuai tarif.

Beberapa perawat menyambut kami dengan ranjang beroda. Selanjutnya, aku hanya mengikuti prosedur, dan tak tahu harus berkata apa pada dokter dan para perawat. Semua berjalan begitu cepat, dan aku begitu bingung.

Dengan gelisah, aku duduk di kursi samping ranjang pria itu. Chung Hyeon yang tak kunjung sadar membuatku jadi serba salah. Aku tak tahu harus bicara apa pada bossku, atau pada ketiga sahabatku. Bahkan aku tidak berani bertanya pada keluarga Chung Hyeon kapan sampai ke Seoul. Ah!

#EXOFFIMVT2019Where stories live. Discover now