The Last Friendship

Mulai dari awal
                                    

Dan hal yang sangat mengerikan saat kami harus LDM untuk beberapa bulan atau bahkan tahunan, ada beberapa (oknum) suami yang satgas di kota/pulau lain atau kursus/kuliah memanfaatkan kondisi tersebut untuk selingkuh dari istrinya. Alasannya? Sepele!? Hanya untuk hiburan saja. What the hell, man!?
Tapi yang lebih parah, jika perselingkuhan itu didasarkan atas ketidakpuasan pada pasangan, sehingga saat berjauhan si suami dengan bebas tebar pesona untuk mencari yang "lebih" daripada yang ada di rumah saat ini.

Miris!!!

Tapi kembali lagi bahwa apapun profesi seorang suami itu hanyalah suatu perantara mereka untuk mencari nafkah bagi keluarganya dan yang paling baik adalah keimanan dan juga akhlaknya. Itu yang utama, bukan?!

Aku masih teringat dengan cerita mbak Hami selama menjadi istri om Tejo.
Ia seperti sulit bahagia dengan pernikahannya, karena pengkhianatan yang pernah dilakukan oleh suaminya sejak awal mereka menikah.

Dari situ aku perbanyak rasa syukurku karena suamiku pun seorang prajurit tapi ia berbeda, tidak seperti label buruk yang dicapkan kepada mereka umumnya. Dia seorang yang taat pada Tuhan-nya, selalu menjaga diri dari yang haram dan tidak suka mempermainkan wanita. Dia adalah pria yang penuh wibawa, menjaga kehormatan dirinya juga martabat keluarganya. Hal itu yang baru aku ketahui setelah kami menikah.

"Assalamu'alaikum, tante Aji." Seseorang membuka pintu rumah, padahal masih sangat pagi.

Mataku masih sangat sembab, tangisku semalam hingga membuatku tertidur tanpa menunggu suamiku pulang. Lalu aku segera mengambil kerudungku dan membuka pintu, tampaknya sangat berisik diluar sana.

"Wa'alaikumsalam, iyaa mbak!" aku terkejut saat di depan teras rumah telah terpasang tenda kecil dan penuh kursi juga mobil jenazah rumah sakit. Air mataku menetes lagi dan tiba-tiba kepalaku pusing.

"Ayooo ke sebelah, bu Tejo sudah nunggu sampeyan." Bu Anto memapahku perlahan, ia paham betul dengan kondisiku yang sangat terpukul dengan kepergian Bu Tejo karena melihatku jalan sempoyongan dengan mata membengkak.

Aku berjalan pelan memasuki ruangan yang biasa menjadi tempatku dan Bu Tejo bersenda gurau, makan bersama dan curhat. Aku tidak mempedulikan tamu yang melayat sepagi ini, aku lewat saja di depan mereka dan duduk disamping tubuhnya yang sudah tertutup rapi dengan kafan putih. Bu Anto masih menemaniku dan mengelus punggungku agar aku kuat.

"Shubuh tadi Bu Tejo datang, trus saya, Bu Anom sama Bu Arifin yang mandikan. Bu Tejo sudah bersih, sudah tidak sakit lagi. Sampeyan yang ikhlas yaa!?" Bisiknya lirih membuatku makin terisak.

Setelah beberapa menit mendengarkan tetamu membacakan Yassin, aku mengajak Bu Anto keluar dan duduk di kursi teras depan rumah. Rasanya perutku begah jika terlalu lama duduk lesehan begini. Janin yang tadinya tenang, sekarang seperti akan menjebol dinding perut ibunya. Beginilah rasanya hamil memasuki trimester ke 3, rasa ketidaknyamanan pun mulai berdatangan.

"Mbak, ada kue ndak yaa? Bayiku laper dari tadi nendang terus," Aku mengelus dinding perutku dan terasa sekali telapak kaki bayi disana.

"Ya ampun, bumil... Kasian banget! Bentar saya ambilkan yaa, ada snack kotak dari Ibu Ketua tadi. Tunggu yaa..."

Beberapa saat kemudian, Bu Anto datang membawa 2 kotak snack untukku.

"Alhamdulillah, makasih yaa mbak." Aku segera melahapnya. Sejak awal hamil, aku makin menjadi dalam hal makan dan tidur. Semua makanan begitu nampak di mata dan membuatku selalu lapar. Kesedihan ini tidak boleh berlarut, aku masih harus memikirkan kebutuhan gizi anakku juga.

"Kita ikhlaskan kepergian mama Oni yaa mbak, kita semua juga merasa kehilangan. Insyaa Allah almarhumah sudah tenang disana, tadi waktu kami mandikan wajahnya keliatan lega dan cerah seperti lagi tidur pulas. Kita doakan moga perjalanannya menuju kampung halaman dijaga sama Allah dan keluarga disana ikhlas menerima takdir ini." Ucap Bu Anom menjelaskan padaku yang tidak sempat melihat wajah terakhirnya sendiri, karena tetangga yang lain ikut membantu mengurus jenazah selain aku yang sedang hamil besar.

"Aamiin..... Aamiin.... Ya Allah," Jawab yang lain. Yaaah... Kami semua sudah mengikhlaskan Bu Tejo pergi, akan sangat merindukan tingkahnya yang lucu dan ceplas-ceplos, juga apa adanya tanpa ada gengsi pada kami tetangganya.

~~~~~~

Seminggu setelah kepergian Bu Tejo, rumahku terasa sangat sepi. Juga tidak ada acara tahlil di rumahnya karena pihak asrama mengalihkan ke masjid Batalyon. Aku mulai terbiasa dengan kondisi ini, tak ada orang yang biasanya menggodaku saat rambutku basah di pagi hari, tak ada lagi yang tetiba membuka pintu rumah meminta segelas air panas hanya untuk membuatkan susu anaknya. Atau kadang ia seliweran ke rumah untuk mengecek masakanku.

Baiklah... Aku ikhlas....

"Yank.......!?" Aku terkejut dengan suaranya yang tetiba muncul sambil memelukku dari belakang.

"Kaget aku, mas! Bisa gak, kelakuan begini dibuang jauh-jauh? Bikin jantungan tau gak? Bisa-bisa nie wajan mencelat!"

Mas Aji malah mengeratkan pelukannya dan mulai menelusupkan wajahnya ke leherku. "Mau sarapan gak nich? Gosong yang ada kalo diginiin terus,"

"Hehehe... Iya iyaa, sensi amat deh istriku!?"

"Gak usah nyari perkara ya! Mas itu tega banget sama aku, senengnya godain tapi giliran minta jatah malah takut dan gak mau ngasih. Emangnya aku gak stress apa digituin?"

"Jangan deh! Kasian dedek kalo disundul-sundul, nanti mengganggu kenyamanannya di dalam." Begitulah alasannya.

Aku hanya meliriknya tajam sambil menyuguhkan sepiring nasi goreng dan teh hangat untuknya sarapan pagi.

*****

Haiii, my lovely readers!!!
Terimakasih yaa terimakasih banget kalian masih mau nengokin kisah ini yang sumpah saya pun hampir lupa menyelesaikannya. Hehe...

Maapken atas kekurangan author selama beberapa tahun kemarin karena tidak sanggup melanjutkan cerita ini yaaa🙏

Jujur, memanajemen waktu sebagai ibu dari 2 bayi dan membangun karir itu sussyaaaaaah!? 😞😞😞

Baiklah... Moga episode ini bisa mengobati kerinduan kalian semua yaa... Insyaa Allah, akhir tahun ini bakal selesai...

Jangan lupa support kalian untuk cerita ini yaa...

Salam rindu dari kota Ngalam
❤❤❤

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang