Sahabat 2

3.9K 235 18
                                    

Sebaik - baiknya seorang sahabat adalah mereka yang berada disampingmu dalam setiap keadaan...
Suka dan duka, tanpa pamrih...

_G_

~***~

Alhamdulillah.
Hal yang selalu aku syukuri di setiap pagi adalah aku bisa bersama orang yang sangat aku cintai dalam ikatan suci ibadah. Indah sekali...

Dan aku pun begitu bahagia bisa melalui tahun pertama pernikahan ini dengan baik. Hal yang sangat aku impikan setelah menikah adalah kami bisa berdiri sendiri, tanpa topangan atau bantuan dari orangtua. Bisa hidup sendiri dari jerih payah dan kerja keras berdua dan terutama bisa tinggal sendiri (tanpa harus numpang orangtua) di rumah ini walaupun hanya di sebuah asrama.

Karena tidak semua pasangan dapat merasakan apa yang aku rasakan. Banyak dari mereka di luar sana yang sedang berjuang untuk jodohnya, bahkan yang sudah menikah pun tetap harus terpisah sepanjang waktu karena tuntutan profesi sang suami atau keduanya. Aku tidak perlu muluk - muluk untuk mengharapkan sesuatu yang belum bisa menjadi hakku. Toh jika ia datang, belum tentu juga aku bisa menjaga amanah atasnya. Iya 'kan?

"Dek, bu Nazar semalem dibawa ke RSMM dah mulai pembukaan kayaknya. Kamu mau kesana?" tanya mas Aji usai shubuh.

"Lho? Iya tha? Trus gimana sekarang?"

"Sudah mas suruh om Kes jaga untuk temani suaminya."

"Kalo gitu, nanti jam 9 aku tak nengokin ke sana yaa!? Paling ibu - ibu disini juga mau,"

"Tapi, mas gak bisa antar. Pagi ini mas naik piket,"

"Yawes gak papa, aku bisa barengan sama bu Tejo nanti."

"Nanti hati - hati nyetir motornya, pelan - pelan saja!"

"Oke deh! Aku masak dulu yaa?!"

~~~~~~

"Di ruang apa katanya?"

"Ruang Melati nomor 3, mbak."

"Berarti lewat sebelah sini," Bu Anto menggiring rombongan sebagai penunjuk jalan kami.

Pagi tadi usai sarapan, ibu - ibu kompleks memutuskan untuk segera menengok bu Nazar di RSMM Timika melalui grup chat BBM. Sebab, kami tak ingin kehilangan momen yang sangat dinantikan itu. Yaa walau hanya sebentar, berharap dengan kedatangan kami dapat menjadi penyemangatnya untuk melahirkan normal.

"Assalamualaikum," salam bu Anto setiba di depan pintu kamar itu. Nampak bu Nazar sedang berdiri menahan rasa sakit di samping bed pasien ditemani suaminya. Ia baru saja berjalan - jalan di sekitaran kamar.

"Wa'alaikumsalam, masyaa Allah... Rame banget! Ayo masuk sini, mbak!" balas om Nazar ramah.

"Ini ada cemilan, biar kuat nanti 'ngeden' - nya!" Bu Tejo meletakkan bungkusan kresek lumayan besar di meja pasien. Hasil sumbangan kami.

"Ya Allah, ini kok pada repot? Makasih yaa, bu ibu! Mari duduk di sini," lanjut om Nazar. Tapi, kami memutuskan untuk keluar kamar & satu persatu berada di dalam.

"Kita di luar dulu ya, Om. Gak enak sama perawatnya,"

"Oh iya, bu Tejo. Silahkan," sementara bu Nazar masih terdiam dan sesekali meringis kesakitan.

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang