Jangan Pergi...!!!

5.4K 307 16
                                    

Kumohon untuk kali ini
Jangan bawa dia pergi...
Sahabatku, tetaplah disini

_G_

~***~

Aku teringat beberapa hari yang lalu sebelum Oni jatuh sakit, tiba - tiba bu Tejo tampak aneh. Ia sangat mudah melamun dan berkata yang tidak biasanya.

Ia sempat mengatakan bahwa akan segera melunasi hutang - hutangnya, seperti pulsa, cicilan baju dan arisan. Lalu berharap setelah arisannya selesai ia tak akan ikut lagi, karena uangnya akan ia tabung untuk sekolah Oni nanti.

Bukan hanya itu.

Ia pun juga mengatakan jika beberapa malam lalu mudah terbangun di tengah lelapnya orang tertidur, lalu ia mengerjakan tahajud yang sempat tidak ia kerjakan karena kesibukannya setiap hari dan setelah itu ia keluar rumah, duduk di depan terasnya sambil memandangi langit tepat jam 1 - 2 malam.

"Bu, saya beberapa malam habis tahajud itu kan gak bisa tidur lagi. Trus saya keluar dan duduk di depan teras sambil liatin langit. Masyaa Allah, banyak sekali bintangnya, Bu! Bagus banget! Hati saya jadi terasa tenang setelah itu, Bu. Trus saya ulangi lagi sampe 3 malam berturut - turut." curhatnya malam ini di rumah.

"Ih....sampeyan ini kenapa keluar jam segitu? Banyak nyamuk, bahaya nanti kalo sampeyan kelamaan di luar malam - malam bisa kumat lagi sakitnya lho!" tegurku lembut.

"Gak papa, Bu. Cuma seneng aja abis liatin langit hati jadi tenteram dan adem,"

"Wes jangan diulangi lagi, di-eman awake tow!?!"

Lalu, tiba - tiba Oni berulah. Ia berusaha untuk membuka pintu rumahku yang hanya terkunci slot dengan berdiri diatas kursi yang sengaja ia geser ke belakang pintu agar ia bisa bermain di luar, padahal saat ini sudah jam 8 malam.

Dan tersulutlah emosi sang ibu,

"Oniiii!!!" teriaknya dari arah dapur, sedangkan aku sedang duduk di depan tivi.

Oni pun belum menghiraukan panggilan ibunya.

"Eh.... Kamu dengar mama panggil apa tidak? Ayo turun! Nanti kalo kamu jatuh, benjol gimana?"

Oni menoleh, "Ke tante Anom," pintanya lirih.

"Ini sudah malam, besok aja kesana lagi 'kan bisa? Lagian dari siang sudah main kesana tow!"

Oni pun mulai merengek dan tangannya masih sibuk meraih slot pintu yang lumayan tinggi bagi anak seumurannya.

"Heh! Kamu bisa mama kasih tau ka tidak?"

"Sudah, Bu. Pelan sedikit, nanti dia tambah melawan," ucapku menenangkannya.

"ONIII!!!" suaranya makin mengeras. "Oh....liat saja nanti yaa, ayahmu pulang satgas mama su malas urus kamu lagi. Tak kasihkan ke ayahmu saja tow! Mama tinggal pergi yang jauh, biar tidak punya mama lagi!" ucapnya penuh emosi.

"Astaghfirullah.... Bu! Ngomong apa sih? Gak boleh begitu! Namanya anak kalo lagi nakal ya biasa tow, jangan sampe bilang begitu, pamali!" sontak aku terkejut dengan ucapannya tadi.

"Biar sudah, Bu. Saya sudah capek dengan tingkahnya itu, tiap hari bikin dongkol terus! Setiap dikasih tau cuma melawan saja, merengek minta maunya diturutin terus. Biar nanti bapaknya saja yang urus, saya sudah capek!"

"Ya Allah, bu Tejo.... Istighfar, Bu. Anak itu titipan, harus dijaga bersama. Jadi tanggung jawab ayah dan ibunya,"

"Yawes, Bu. Saya tak pulang saja, biar tak kunci dia di rumah. Assalamualaikum,"

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang