Persit Baru (2)

24K 933 23
                                    

Tepat tengah malam aku terbangun. Rasanya tenggorokan kering membuatku tak bisa menelan ludah sedikit pun. Aku mencoba duduk dengan mata yang berat dan sembab. Tapi, ada yang aneh. Kemana suamiku semalam?

Ia tak ada disampingku. Tanpa disadari aku tidur sendirian malam ini. Segera kubangkit dan menuju dapur untuk mengambil segelas air.

Ku jalan perlahan dan saat kembali ke kamar begitu terkejutnya aku melihat seseorang sedang tidur meringkuk di atas karpet ruang depan tanpa bantal dan selimut. Ku kedipkan mata beberapa kali untuk memperjelas penglihatan karena ruangan begitu gelap sengaja lampu dipadamkan saat jam tidur malam.

Ya Allah, itu suamiku!!! Kenapa ia tidur disana?

Aku segera meletakkan gelas yang sebelumnya kugunakan untuk minum dan mendekatinya, mencoba membangunkannya.

"Mas, ayo pindah ke kamar. Jangan tidur disini, nanti bisa masuk angin," ucapku lirih didekatnya dengan mengusap pipinya lembut.

"Mas gak mau tidur di kamar sampai adek udah gak marah lagi sama mas!" jawabnya tegas.

"Aku gak marah sama mas,"

"Kalo gitu kenapa semalam? Adek udah gak percaya sama mas?" tanyanya dengan posisi masih meringkuk tak bergerak.

"Bukan begitu. Apa salah kalo aku cemburu?" Akhirnya aku sanggup jujur padanya tentang perasaanku semalam. Istri mana yang tidak cemburu jika menemukan foto wanita yang dulu hampir dinikahi suaminya masih tersimpan di dalam lemari pakaian.

"Ya mas paham, maafin mas ya sayang!" Ia beranjak dari posisinya dan duduk dihadapanku dengan menangkup kedua tangannya di wajahku. Aku hanya bisa menunduk tak sanggup memandang wajahnya.

"Jadi, kenapa foto itu masih ada disana?"

"Gini sayang, waktu itu mas sudah minta temannya mas di barak untuk buang foto itu. Sudah lama sekali. Tapi mas juga gak tau kenapa foto itu tiba-tiba ada di lemari. Adek percaya sama mas kan!? Cuma kamu yang mas pilih untuk menjadi istri, jadi di hatiku pun cuma ada kamu. Tidak ada wanita lain, selamanya!" kutatap matanya yang memerah hampir mengeluarkan cairan bening di pelupuknya.

"Iya mas. Aku minta maaf," lalu ia mengecup keningku dan memelukku dengan erat. "Percaya sama mas ya!" bisiknya lirih. Dan malam itu berakhir indah dengan kenikmatan cinta halal suami istri.

~~~~~♡~~~~~

Assholaatu khoirum minannauum!

"Mas.. ayo bangun, mandi trus ke masjid. Sudah shubuh," tubuhnya masih memelukku. Berat! Membuatku tak bisa bergerak.

"Hmmm.. iyaa,"

"Aaaaaah! Leganya!" Terlepas dari pelukannya membuat tubuhku terasa kaku dan "ngulet" sebelum bangun menjadi begitu nyaman. Beberapa saat kemudian, mas Aji pamit untuk sholat berjamaah di masjid.

Pagi yang melelahkan tapi membahagiakan. Ya harusnya aku bisa maklum, bukan aku saja yang punya masa lalu tapi juga suamiku. Harusnya aku sudah bisa menerimanya, begitu juga dengannya padaku. Moga kejadian malam itu tidak terulang lagi.

"Pagi ini bikin sarapan apa ya?" Pikirku di dapur. Sekarang semua kebutuhan peralatan rumah tangga sudah mulai lengkap. Ya aku sendiri juga tidak tau kalau bisa secepat ini melengkapi isi rumah. Yang jelas Allah. SWT sudah menjamin rejeki hamba-Nya supaya berkecukupan. Alhamdulillah!

"Yang, buatin mas nasi goreng aja ya! Pagi ini mau apel pagi jam 8." Sahutnya usai berpakaian lengkap PDL.

"Iyaa mas,"

Ya mulai dari saat ini aku mewajibkannya untuk sarapan sebelum ia berangkat ke kantor, karena ketika masih bujang ia selalu melewatkan hal terpenting ini. Kebiasaan buruk yang harus dihilangkan, bukan!

"Yang, nanti sekitar jam 10 disuruh menghadap ke rumah ibu Ketua pake baju PSK lengkap, tapi belum ada sepatunya nich gimana?"

"Coba tanya dulu ke Bu Tejo, barangkali sama nomer sepatunya kan adek bisa pinjam,"

"Hmm iya nanti tak tanyakan dulu, moga sama." Aku baru teringat kalau aku belum punya sepatu yang sesuai untuk dipakai dengan seragam PSK, itu memang nama dari seragam ibu-ibu Persit lho yaa!? :)

Baju harus berkancing 4 berwarna hijau tua kerah bunga dan roknya berwiru 1 di depan seperti rok SMA. Di bagian kerah kiri dipasang lencana Persit. Sedangkan jilbabnya harus diselipkan ke dalam kerah baju. Ya kurang lebihnya seperti itu.

Memang nampaknya sangat "ribet" dengan seragam yang harus diatur sedemikian rupa dan pengeluaran dana yang tidak sedikit untuk semua atribut Persit tapi semuanya memiliki tujuan yang baik untuk kami. Yaa kebersamaan, kepatuhan, dan kedisiplinan. Ketiga hal itu yang bisa kusimpulkan dari apa yang kudapatkan dalam organisasi Persit.

Itu memang sudah jadi kewajiban suami kita untuk menyediakan atributnya, ntee!

Ucapan Bu Anto mengingatkanku, walau sebenarnya aku tidak tega kalau suamiku harus terus mengeluarkan dana untukku sedangkan kami baru saja menikah dan masih banyak kebutuhan lain yang lebih penting dibandingkan itu. Ya mau bagaimana lagi, kan!

~~~~~♡~~~~~

"Assalamu'alaikum, ijin Ibu. Ini saya bu Aji mau menghadap," ku ketuk pintu rumah Danki (Komandan Kompi) yang istrinya menjabat sebagai Ketua Persit Anak Ranting 1 di Mayon.

"Oh iya, tunggu sebentar ya Bu."

Beberapa saat pintu terbuka dan beliau mempersilahkan aku masuk. Begitu gugup, seolah seperti sedang menghadapi wawancara pihak HRD dalam seleksi penerimaan karyawan dan kondisiku sangat membutuhkan pekerjaan tersebut.

Beliau memperkenalkan diri dengan singkat, namanya Bu Roni. Beliau nampak cerdas, ramah dan tegas. Dan setelah giliranku memperkenalkan diri, beliau memintaku untuk menyanyikan lagu Mars dan Hymne Persit juga menyebutkan sifat dan watak Persit.

Memang agak sulit, walau sedikit lupa aku berusaha mencoba. Kami hanya berdua didalam rumah jadi tak perlu banyak malu untuk salah melafalkannya. Hehe :P

Beberapa kali beliau memberiku wejangan mengenai etika sebagai seorang istri prajurit. Memberitahuku betapa pentingnya mendampingi suami di daerah tugasnya, juga bagaimana berbaur dengan sesama Persit dan tidak membedakan mana istri Tamtama, Bintara ataupun Perwira.

Benar - benar ilmu yang langka, tidak akan ditemukan di sekolah manapun. Mungkin hanya istri prajurit yang seperti ini, entahlah karena inilah yang kurasakan.

Saat akan berpamitan, ia memerhatikanku dengan seksama dari ujung kepala hingga kaki.

Ya Allah... moga aku tak membuat kesalahan!

"Hmm... bajunya sudah betul ya Bu Aji. Jilbabnya juga sudah, sepatu juga sudah. Ya kalo gitu yang belum ada nanti dilengkapi ya!" koreksinya pada penampilanku sekarang. Aku beruntung sekali bisa tertolong dengan sepatu milik Bu Tejo yang tadi pagi kupinjam di rumahnya.

"Iya bu, terima kasih," balasku ramah. Dan aku berpamitan padanya.

Rumahnya lumayan jauh dari rumahku jika berjalan kaki. Tapi tadi mana mungkin aku kesana tanpa diantar suamiku, kan! Pastinya karena aku belum tau daerah yang kutinggali sekarang.

Ini baru awalan aku menjadi istrimu ya mas! Kira - kira ada kejutan apa lagi nanti di depan sana ya?

Entahlah! Aku tak mau menjadikan ini beban, tapi justru pembelajaran hidup. Cukup dinikmati dan disyukuri. Toh Ibu Ani Yudoyono bisa menikmati indahnya pernikahan dengan Pak Sby sebagai seorang prajurit, kenapa aku tidak?

To be continued

Menarik gak?
Mohon vommentnya ya readers!
Makasih banyak😊😊

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang