We're Strong Wife 3

5.4K 297 46
                                    

Berumah tangga itu tidak semudah menjalin hubungan "pacaran"
Setiap kali membuka mata, kau akan selalu dihadapkan dengan kekurangan seseorang yang awalnya tidak kau kenal.
Disinilah kau harus benar - benar belajar, apa makna sebuah kesabaran.

__G__
***

"Maaaaaas!!! Subhanallah.... Ini baju udah disetrika rapi, pasti tiap pulang cuma ditarok aja sembarangan," Mia memungut baju PDL suaminya di atas kursi dan menggantungnya di sampiran.

Mas Aji hanya melongokan wajah di depan pintu dapur dan tersenyum mengejek, "Hehehe.... Maap... Tadi buru - buru ada yang mau beli ayam di belakang. Bentar yaa!?"

Mia hanya mengelus dada, menahan diri untuk tidak marah karena ia masih berpuasa. Lalu melanjutkan kegiatannya di dapur.

Siang ini ia tampak sangat sibuk di dapur, sepertinya sedang menyiapkan sajian yang istimewa untuk menu berbuka nanti. Atau mungkin ada projek baru yang akan ia geluti selama Ramadhan yang baru beberapa hari ini.

"Dek, masak apa tow? Baru juga jam segini, gak tidur siang dulu aja? Yuck bareng!" ajak mas Aji yang baru saja masuk dapur lalu mencuci tangan. Ia tampak begitu senang karena beberapa ternaknya laku terjual tadi.

"Hmmm....bentar lagi, aku cuma siapin adonan aja buat sore nanti. Abis ini baru mau tidur," ia masih semangat mengaduk adonan tepung yang dilarutkan dengan beberapa gelas air.

"Mau bikin apa tow? Ini sayurnya banyak banget, sewajan gini emang bisa habis nanti?" Mas Aji berdiri disampingnya dan mengecek bahan masakan yang ada di atas meja.

"Dah yuk kita rehat bentar! Dah capek nie... Nanti aku ceritain deh!" Mia segera membereskan adonannya dan mencuci tangan. Lalu menarik lengan suaminya yang masih penasaran itu menuju kamar.

Memasak menjadi hal yang sangat digemari Mia sejak menikah. Bisa dibilang ia mendapat bakat pintar memasak dari mama dan ibu mertuanya. Resep apapun yang baru saja dicobanya langsung membuat lidah siapapun yang mencoba langsung lumer dan meleleh, apalagi suaminya yang dalam beberapa bulan saja berat badannya sudah naik beberapa kilo. Hihihi...

"Jadi, istriku mau bikin apa sih?"

"Kemarin di pengajian, ibu Dankima ngasih saran untuk ibu - ibu yang mau jualan takjil berbuka dipersilahkan. Bisa dijual sendiri atau dititipkan di koperasi katanya. Trus aku jadi kepikiran jualan kue atau gorengan gitu, yaa ini tadi nyoba bikin risoles sederhana dulu. Siapa tau laku. Kan mas yang bilang apa aja yang ku masak pasti enak, bu Tejo juga dukung banget aku bikin takjil, mas."

"Woooow.... Pinter kamu ya? Trus mau dijual kemana nanti?"

"Yaa aku pasarin di grup BBM jam 3an, nanti mas bantuin antar ya?"

"Kenapa gak disuruh kesini aja?"

"Ih mas! Namanya juga baru pertama, yaa harus dilayani dulu. COD dulu - lah! Supaya dapet pelanggan banyak, baru deh nanti kita buka di depan rumah. Gimana?"

"Hmmm.... Bolehlah...."

"Yawes, merem dulu yaa! Masih jam 1 tidur bentar yaa,"

~~~~~~

"Yah, bentar sore jadi ke dokter 'kan? Perutku gak enak trus, gak bisa masuk makanan," keluh bu Nazar yang sedang berbaring di kamarnya.

"Hmmm, bentar aku tanya bakes dulu ya, bisa antar pake ambulans apa gak," suaminya itu meraih ponsel yang ada di atas nakas.

"Ih, kenapa harus pake ambulans sih? Naik motor aja gak papa, Yah!" balasnya lagi. Suaminya berbalik dan duduk di sampingnya.

"Sayang, perutmu lagi gak nyaman 'kan? Daripada nanti ada apa-apa di jalan, RS - nya juga jauh dan pasti bakal pulang malam jadi cari yang aman saja ya!"

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang