Yang Dinanti

9.7K 460 13
                                    

Alhamdulillah... Akhirnya aku kembali ke kota kecil ini. Tempat dimana suamiku mengabdikan dirinya untuk negara selama 7 tahun.

Kota yang lumayan terasa menyengat sinar mataharinya dan jika lewat tengah hari terkadang mendung tiba - tiba datang, lalu menjatuhkan bulir - bulir bening perlahan hingga sangat deras.

Kota yang hampir tidak mengenal musim, Timika - Papua.

"Mas... " sapaku dengan agak kikuk.

"Iya, kenapa?" jawabnya lembut, walau masih fokus mengemudi ambulance yang sering ia pakai untuk bertugas.

"Harusnya aku yang tanya, kenapa mas jadi begitu?" tanyaku agak menegang.

"Uhuuk...uuhuuk.... Kenapa apanya, sayang?"

"Mas sakit ya?" ku coba menyentuh lehernya untuk memastikan suhu tubuhnya. Hangat! "Sudah sarapan tadi?"

Ia menggeleng.

Aku terdiam, menunduk, melihat kondisinya yang bagiku miris.

Aku tiba di kota ini tepat jam 12.00 WIT dan suamiku belum makan dari pagi. Entah apa yang membuat ia tak ingin menjelaskan kondisinya selama tak ada aku di rumah. Ia akan menjawab jika aku tanya, cukup, tak ada istilah curhat.

Ya Allah.... Ampunilah hamba yang seolah menyia - nyiakan suami selama sebulan lebih ini.

Selama perjalanan menuju asrama, kami membisu, hening, aku malu untuk bertanya lagi padanya.

Ia begitu kurus. Baju loreng yang biasa ia pakai tampak agak kedodoran, padahal sebelumnya sangat nge-pas di tubuh gagahnya. Pipinya yang biasa ku cubit gemas tampak cekung, rahang kokohnya sangat menonjol di wajahnya. Ingin ku menangis... 😭😭

Akhirnya kami sampai di depan rumah mungil di dalam asrama. Suamiku segera menurunkan semua barang dan membawanya masuk rumah. Namun, ketika aku masuk ke dalam nampak begitu berantakan. Pakaian bersih yang baru saja dicuci menumpuk, menanti untuk segera disetrika, kasur yang telanjang tanpa sprei dan bantal guling selimut yang berserakan. Piring kotor yang menumpuk dan rendaman cucian seember penuh. Lantainya?? Oh tidak, jangan tanyakan lagi! 😥😥

Inikah kondisi rumah tanpa wanita? Sesibuk apakah sang pria sampai tak sempat menata rumahnya?
Lelahku hilang dalam sekejap.

"Sayang, mas kembalikan mobil dulu ke klinik ya! Cepat saja, mas langsung pulang." pamitnya di depan pintu.

"Iya, mas. Cepetan pulang, kita makan sama - sama ya!"

"Iya, assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam.. "

Setelah itu, kekuatan seorang istri tiba - tiba saja seperti full charge. Segera aku berganti pakaian dan kerja bakti! 💪💪

Sejam berlalu, lantai beres, cucian piring rapi, kamar tertata dan mesin cuci masih berputar. Tidak sadar kalau mas belum juga pulang.

"Bilangnya sebentar, tau - tau sudah sejam ini." gerutuku sambil merebahkan tubuh di atas kasur.

Lalu, terdengar suara motor parkir di depan rumah. Alhamdulillah akhirnya ia pulang. Lalu segera ku bukakan pintu untuknya.

"Sayang, kok lesu? Pucat banget. Ayo kita makan dulu, sudah aku siapin di meja. Yuck!" ajakku dengan merangkul tangannya, mengajaknya makan lesehan.

"Iya sayang, mas pusing banget. Maaf ya mas lama baru pulang, tadi cek darah dulu di klinik." jawabnya dengan lesu.

"Ya ampun sayang, badanmu panas. Ayo makan dulu, aku suapin ya! Buka mulut, aaaaa.....? Aaaaaam..."

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang