Ikhlas

8.5K 380 93
                                    

Pernahkah kau terpikirkan akan dipisahkan dengan orang yang kau sayangi?
Setiap ada yang datang...
Pasti akan ada pula yang pergi...

_G_

~***~

Aku termenung sendiri di jendela kamar, menatap sisi dinding rumah bu Tejo yang sepi. Biasanya pagi begini aku sudah mendengar sapaannya di depan rumah itu atau di depan pintu rumahku. Tapi kali ini sungguh sepi, hanya semilir angin yang kurasakan.

Ya Allah... Mengapa begini?
Baru saja aku merasakan manisnya sebuah persahabatan, tapi sekarang akan menghilang lagi.

Kemarin, setelah mas Aji mengabariku tentang kondisi bu Tejo, siang harinya ibu - ibu sekompi beramai - ramai menjenguk bu Tejo ke RSMM dengan menaiki truk kompi. Di sepanjang jalan aku hanya terdiam, pikiranku kacau, tak bisa ku bayangkan seperti apa kondisinya saat ini.

"Tante Aji, saya semalam masih sempet ngobrol sama mama Oni. Ada saya, bu Arifin, bu Nazar dan bu Jack, nungguin dia lumayan lama lho! Ngobrol sampe jam 9 kayaknya, trus tak kasih tau 'cepet pulang mama Oni, jangan lama - lama dirawat, kasian Oni sendirian di rumah', gitu!" terang bu Anto padaku.

"Iya, mbak. Saya juga masih ngobrol santai waktu antar baju ganti sama buburnya kemarin sore,"

"Ya Allah, bu Tejo... Kenapa bisa sampe begitu yaa, ntee?"

"Soalnya panas sudah berapa hari dan dia cuma di rumah aja gak mau periksa, semalam mau dirujuk juga gak mau. Peralatan dan obat di KSA juga terbatas 'kan, mbak. Apalagi dengan kondisi begitu, jadi komplikasi yang sekarang muncul."

"Trus gimana? Masih bisa sembuh' kan?" tanyanya lagi.

Tapi, aku tak bisa memberikan jawaban pasti. Dengan kondisi seperti itu, mustahil bu Tejo bisa terselamatkan kecuali Allah berkehendak memberikan keajaiban.

Hal yang paling mengerikan ketika seorang penderita malaria yang sudah terlambat ditangani adalah Blackwater Fever. Dan kemungkinan besar hal inilah yang dialami oleh bu Tejo sekarang.

Tak beberapa lama, truk hijau kami tiba di depan UGD RSMM Timika, tampak sudah ada beberapa pria berpakaian loreng dan ibu - ibu berseragam guru yang lalu lalang dan berdiri di koridor UGD. Wajah mereka sedih, ada yang menangis tersedu disana. Hatiku bergetar melihat suasana ini, mungkinkah?

Lalu kami satu persatu masuk ke ruang observasi di UGD tersebut dan apa yang kulihat persis sama dengan yang kupikirkan selama perjalanan tadi. Tubuhnya terbaring lemah di atas bed tepat di tengah ruangan yang hanya seluas 3 x 5 meter itu. Banyak selang yang sudah terpasang pada tubuhnya, hanya sehelai kain saja yang menutupi tubuhnya. Dan beberapa selang sudah terisi cairan berwarna merah darah, di hidung (NGT) dan selang urin (kateter). Semua monitor dan oksigen menyala memantau dan menyuplai kebutuhan dasarnya dan selang infus yang tak kalah banyaknya terpasang di kedua punggung tangannya.

"Astaghfirullah.... ya Allah, apa ini? Kenapa sahabatku seperti ini?" lirihku dalam hati.

Kami semua pun mengharu biru, tak sadar air mata sudah mengalir deras membasahi pipi. Mungkinkah ia bisa sembuh ya Allah?

Aku tak tahan melihat kondisi ini, lalu aku keluar menuju koridor UGD dan menangis sepuasnya disana. Dan seseorang menghampiriku.

"Dek...."

"Mas! Ya Allah...." aku memeluknya erat, hatiku terasa hancur berkeping - keping. Siapa yang menyangka jika hanya dalam semalam kondisi bu Tejo bisa berubah semengerikan ini.

Blackwater Fever adalah komplikasi yang mengerikan dari malaria dan paling banyak diakibatkan karena infeksi dari p. Falciparum yang terlalu lama tak ditangani dan menyebabkan hemolisis sel darah merah, melepaskan hemoglobin ke dalam pembuluh darah dan urin, dan juga sering menyebabkan gagal ginjal. Sekitar 25 - 50% kejadian tak bisa tertolong lagi. (wikipedia)

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang